Brian's POV
Disinilah aku berada. Menemani teman baruku di hari pertama sekolah yang sedang mencari sesuatu di Gramedia. Aku tidak terlalu begitu suka membaca, tapi aku masih bisa bertahan berada di tempat dimana surganya jendela dunia dengan melihat lihat buku serta membaca deskripsi singkat buku dari cover belakangnya. Aku dapat melihat dari samping, wajah Tiara yang nampak simetris dan sedikit kaku, namun akan terlihat melunak ketika ia mendapatkan buku yang ia inginkan.
"Akhirnya dapet!", seru Tiara dengan sumringahnya sambil menggenggam buku tersebut.
Brian hanya tersenyum tipis melihat reaksi Tiara yang bahagia ketika menemukan buku yang diharapkannya. Reaksi Tiara seperti layaknya telah menemukan oasis ditengah gurun sahara.
"Udah? Apalagi yang mau lo cari Ti?", tanyaku kepada Tiara.
Tiara menoleh ke arahku, "Lo ga mau cari apa gitu Ian?", tanya balik Tiara kepadaku.
"Yee ditanya, malah nanya balik ni cewe", batinku.
Tunggu, Tiara memanggilku dengan penggalan belakang namaku? Hmm, oke nampaknya Tiara sudah mulai sedikit cair terhadapku.
"Mmm, enggak deh kayaknya. Tapi habis ini mau nggak temenin gue beli titipan ibu gue di swalayan nanti?", jawabku sekaligus bertanya kembali.
"Oke boleh. Yaudah gue mau bayar dulu ke kasir. Lo tunggu disana aja", ucap Tiara seraya menunjuk ke arah dudukan yang tidak jauh dari kasir.
**
Tiara's POV
Setelah menjelajahi rak buku yang ada di Gramedia ini, akhirnya aku menemukan buku yang aku cari cari selama puluhan menit. Tidak sia sia aku menempuh perjalanan selama 25 menit dari sekolah menuju Gramedia ini. Tak lupa diantarkan oleh teman baruku yang dengan bersedia merelakan bensinnya serta waktunya untuk menemaniku mencari buku yang sudah beberapa minggu ini belum tersedia di Gramedia.
Brian, teman baruku, dengan sabar menemaniku berkeliling walaupun aku sadar bahwa sebenarnya tempat ini bukanlah tempat kesukaannya. Bisa dilihat dari gerak geriknya, ia sering mengambil buku lalu membaca deskripsinya dan lalu tak lama ia meletakkannya kembali, dan begitu seterusnya.
"Akhirnya dapet!", ucapku dengan sangat sumringah serta mata berbinar.
"Udah? Apalagi yang mau lo cari Ti?"
Aku menoleh kepada Brian, "Lo ga mau cari apa gitu Ian?", tanyaku kepadanya. Basa basi aja sih karena aku tau dia tidak mungkin mencari buku juga disini.
"Mmm, enggak deh kayaknya. Tapi habis ini mau nggak temenin gue beli titipan ibu gue di swalayan nanti?"
Karena dia sudah menemaniku selama kurang lebih sejam, maka tidak mungkin aku menolak permintaanya tersebut. Dan juga, aku dianter olehnya masa iya pulang sendiri, jadi mau tidak mau aku harus menemaninya sampai ia mengantarku balik ke rumahku. Itu aku ikhlas juga ya bukan tanpa paksaan.
"Oke boleh. Yaudah gue mau bayar dulu ke kasir. Lo tunggu disana aja"
"Oke Tiara. Gue kesana ya", pamit Brian lalu melangkah ke tempat dimana aku tunjuk tadi.
Setelah selesai membayar, aku mengajak Brian pulang, "Udah nih. Yuk keburu kemaleman."
"Jam berapa sih sekarang?"
KAMU SEDANG MEMBACA
A Cup of Coffe
General FictionSejak kejadian 6 tahun yang lalu, Tiara yang dulunya sangat terbuka dan periang mulai berubah menjadi seseorang yang cukup tertutup. Hingga suatu saat ketika Tiara sedang menjadi salah satu panitia sebuah event kepanitiaan di kampusnya, ia tak senga...