Si Anak Baru

8 2 0
                                    

"Bener boleh?"

Brian melihat ke arah Tiara dan Kila. Kila pun ikut menatap ke arah Tiara. Tiara yang ditatap seperti itu oleh 2 orang di hadapannya langsung menunjukkan wajah bingungnya.

"Kok kalian semua natap ke gue gitu sih?", tanya Tiara dengan bingungnya.

"Ya kan nunggu jawaban elo Ti. Gue mah setuju aja, kan gue yang nawarin", jelas Kila.

"Boleh aku ikut kalian ke kantin?", tanya Brian sekali lagi memastikan.

"Iya boleh. Lagian siapa juga gue? Mangnya gue nenek moyang pemilik sekolah ini? Dah yuk ah daripada kelamaan. Keburu bel bunyi lagi", Tiara menjawab dengan cuek serta datarnya dan langsung bangun dari duduknya dan melangkah meninggalkan kelas lebih dulu.

"Tunggu gue oncom! Main tinggal tinggal aje tuh anak. Yuk Brian", kicau Kila lalu mengajak Brian untuk segera pergi menyusul Tiara yang sudah lebih dulu berjalan menuju kantin.

Sesampainya di kantin, Tiara sudah menyiapkan meja dan kursi kosong untuk mereka bertiga. Kila datang bersamaan dengan Brian.

"Cepet banget sih lo jalannya", protes Kila kepada Tiara.

"Lagian lo kelamaan", sahut Tiara singkat lalu mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru stall kantin untuk mencari makanan apa yang akan dia santap untuk istirahat pertamanya.

"Mau pesen apa lo Ti, Brian? Biar gue pesenin sekalian", tawar si Kila.

"Gue siomay sama es good day coolin aja deh", ucap Tiara yang pada akhirnya menjatuhkan pilihannya pada menu tersebut.

"Kalo lo, Brian?", tanya Kila kepada Brian.

Brian lalu menjawab, "Aku siomay juga deh. Minumnya es teh. Makasih banyak Kila. Maaf ngerepotin."

"Chill aja kali. Oke, I'll be right back."

Kila melangkah ke stall penjual siomay. Tinggalah Tiara dan Brian di meja tersebut. Brian yang ingin menambah teman, memulai percakapannya dengan Tiara.

Brian membuka percakapan, "Tiara. Kita belum kenalan secara langsung tadi. Salam kenal ya. Semoga kita bisa berteman dengan baik ke depannya", lalu Brian tersenyum tulus.

Tiara yang merasa sedang diajak bicara pun mengalihkan atensinya dari novel yang dibawanya, lalu menjawab interaksi yang ditunjukkan Brian kepadanya, "Oh ya Brian. Salam kenal juga. Semoga ya", sambil tersenyum tipis di akhir kata. Namun setelahnya ia kembali seperti semula, dengan ekspresinya seperti biasa, datar.

"Singkat, padat, dan jelas sekali ya bun. Datar juga macam tembok versi cewe. Mana jutek juga lagi tu nada. Hhh sabar Brian. Semangat!", batin Brian dalam hati.

10 menit kemudian, Kila membawa pesanan untuk mereka bertiga dibantu mbak asisten si penjual siomay.

"Nih pesenan kalian", ucap Kila sambil meletakkan siomay dan minuman ke meja dibantu mbak asisten penjual siomay.

"Makasih ya mbak Iqo", ucap terima kasih Kila kepada asisten penjual siomay yang bernama Iqo.

"Sama sama mbak e", balas mbak Iqo. Lalu mbak Iqo berjalan menuju lapaknya kembali.

"Selamat makan", ucap Tiara lalu mendahului makan.

"Selamat makan", balas Brian dan Kila.

Mereka menyantap makanannya dengan hikmat. Entah karena makanannya yang enak atau mereka yang kelaparan. (POV author: kayaknya dua duanya sih. wkwkwk)

**

Bel pulang berbunyi nyaring. Wajah para siswa tergambar mulai cerah kembali seperti saat mendengar bel istirahat berbunyi. Para guru menyudahi materi pelajaran yang mereka bawa di dalam kelas.

A Cup of CoffeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang