17| The Devil

158 21 2
                                    

Kirana menggeliat saat merasakan kecupan di kening. Begitu membuka mata wajah Bima adalah yang pertama kali dilihatnya. Amat dekat hingga Kirana yakin bisa menghitung deretan bulu mata suaminya.

"Pagi..."

Bima membalasnya dengan sebuah ciuman. Kali ini bukan lagi di kening tapi langsung ke bibir. Kirana tahu kalau suaminya tidak mentolerir ciuman selain di bibir ketika sedang berduaan begini. Hanya saja dalam keadaan bangun tidur yang mencuci wajah saja belum apalagi gosok gigi, tak ayal membuat Kirana mendorong dada Bima.

Butuh usaha cukup keras hingga akhirnya Bima melepaskan. Kirana mengabaikan tatapan tidak senang Bima dan fokus merasakan bibirnya yang kebas. "Aku belum gosok gigi"

Bima menaikan sebelah alisnya seolah bertanya, masalahnya dimana? Kirana tahu Bima tidak suka diganggu kalau sedang ingin, tapi masalahnya suaminya ini tidak pernah tidak ingin!

Berduaan sedikit saja pasti langsung peluk dan cium-cium. Apalagi kalau sudah diatas ranjang, jarak sejengkal saja sepertinya akan membuat Bima kesal. Tidak ada lagi yang namanya Kirana tidur di kamar dan Bima lembur di ruang kerja. Pukul sembilan malam saat Kirana bersiap tidur maka dipastikan Bima juga akan melakukan hal yang sama.

Beberapa kali membawa dokumen atau komputer tablet untuk urusan pekerjaan, tapi begitu Kirana selesai ritual menyisir rambut dan naik ke ranjang maka Bima akan segera mungkin menyusulnya.

"Mas—" Kirana sedikit mengalihkan wajah saat Bima kembali menunduk. Decakan kesal bima langsung terdengar karena ciumannya hanya menyasar sudut bibir sang istri, "aku butuh cuci muka sama gosok gigi, nanti dulu kalau mau cium-cium"

"Saya yang rasakan dan saya nggak keberatan dengan itu. Jadi—" Bima mengarahkan wajah Kirana, "jangan menghindar lagi!"

Kirana tidak sempat protes saat Bima sudah kembali sibuk dengan kegiatan yang akhir-akhir ini menjadi favoritnya.

"Buka mulutnya, sayang" Bima melirih, pendangannya sudah berkabut gairah padahal dirinya baru saja mandi dan sudah berpakaian rapih hendak ke pergi.

Kirana menggeliat pelan lalu menuruti perintah suaminya. Membiarkan Bima menjelajahi mulutnya. Menyapu dan menyesap bagian sensitif mulutnya tanpa bosan. Tadi malam Bima juga melakukan hal yang sama, bahkan pagi tadi saat Bima terbangun. Kirana yang tertidur melayaninya setengah mengantuk dan membiarkan Bima puas melesakan lidah.

Bima tidak pernah bersikap kasar bahkan Kirana yakin suaminya ini cenderung menahan diri. Hanya saja akhir-akhir ini semakin tidak terkendali. Kirana juga tidak pernah benar-benar tega menolak. Selelah apapun.

Menolak suami itu dosa dan Kirana tidak mau menjadi seorang pendosa!

"Mas... ngh— sesak" keluh Kirana dan baru setelahnya Bima menarik diri

Bima bangkit berdiri di sisi ranjang, mengulurkan tangan yang segera disambut Kirana. Ditariknya istrinya tersebut untuk bangkit duduk. Selimut yang melingkupi Kirana melorot hingga memperlihatkan perut pucatnya akibat piyamanya tersingkap.

Pandangan Bima tidak fokus, dan sebelum Kirana membenarkan pakaian bagian atasnya tangan Bima lebih dulu menahan. Mengusap lembut perut Kirana hingga menimbulkan rasa menggelitik yang membuat Kirana kegelian. Menyenangkan sekali saat tangan besar Bima melingkupi permukaan perutnya.

Kirana hampir terbuai saat tiba-tiba Bima menarik tangan dan ganti memeluk erat. Embusan napas berat Bima terasa di bahu Kirana saat suaminya itu membenamkan wajah disana.

Astagaa!!

"Hari ini ke kantor?" Kirana mengusap-usap belakang kepala Bima seiring dengan kecupan basah di bahunya

 The Crown PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang