21|Worry

162 20 0
                                    

"Pak, mau bakso kecilnya lima, yang besar dua. Pakai sambel kacangnya lima sendok dan kuahnya dibanyakin"

Bima hanya geleng kepala melihat tingkah polos sang istri. Tidak biasanya Kirana bersikap seperti ini, atau bahkan memang tidak pernah. Mata tajamnya mengawasi penjual bakso yang jelas canggung dibawah tatapan mengintimidasinya.

"Dua sendok saja" Bima meralat saat penjual gerobak tersebut hendak memasukkan sambal kacang ketiga

Kirana memberengut menatapnya. Bima sampai mengerjap beberapa kali, istrinya ini jelas berkali lipat lebih menggemaskan dimatanya.

"Lima"

"Lima?" Bima mengulanginya tanpa sadar, baru kemudian kembali menggeleng. "Dua saja"

"Aku mau lima Mas"

"Itu terlalu pedas Kirana, kamu bisa sakit perut nanti"

Kirana ganti menggoyangkan lengan Bima, "tapi aku kepengen banget Mas, lima sendok"

Bima baru tahu kalau Kirana bisa sangat keras kepala seperti ini. Akhirnya dirinya mengangguk juga. Tidak tega pada Kirana yang sepertinya benar-benar menginginkannya.

"Si-silahkan pak, bu" penjual bakso tampak begitu gugup ketika memberikan bungkusan bakso dengan kuah mengepul tersebut

Bima tidak terlihat peduli sementara Kirana langsung memasang senyuman lebar, "terimakasih pak"

"Mas, bayar"

Bima mengeluarkan dompet dan menyodorkan uang pecahan seratus ribuan. Penjual tersebut tampak buru-buru menangkupkan kedu tangan untuk mendorongnya kembali, "yang kecil saja Pak, sa-saya tidak punya kembaliannya"

Kirana turut mengulurkan tangan, memberikan lembar uang tersebut untuk digenggamkan pada kedua tangan bapak penjual yang terbuka.
"Ambil saja kembaliannya untuk Bapak"

Bima tidak terlalu mempedulikan, pun ketika Kirana menggandengnya menyeberang. Saat sang istri mulai sibuk dengan makanan berkuah tersebut Bima gantian merangkul agar keduanya tetap berjalan bersisian.

"Emhh... enak banget Mas!"

Sudut bibir Bima sedikit terangkat. Wajah istrinya begitu cantik dimatanya.

"Pelan-pelan"

Kirana menusuk bakso kecil yang masih sedikit beruap tersebut, mengulumnya dalam mulut dan buru-buru mengeluarkannya kembali karena rasa panasnya.

"Pawhnaas..." Kirana mengibas-ngibaskan tangan didepan bibirnya

Bima segera memeriksanya dan tanpa ragu mengusapi bibir sang istri. Kirana mengerjap lambat, kembali jatuh akan pesona Bima saat ditatap dengan demikian lembut.

"Ck! Sudah saya bilang pelan-pelan. Tunggu sampai nggak panas dulu"

Kirana bukannya tidak menyadari bahwa akhir-akhir ini dirinya mudah sekali tersipu oleh hal-hal kecil yang dilakukan suaminya.

"Kenapa?" Tanya Bima saat mendapati raut istrinya sedikit berbeda

"Mau peluk"

Bima masih memastikan kalau dirinya tidak salah mendengar saat Kirana tiba-tiba menyusupkan tangan melingkari pinggangnya.

"Abang!" Flo yang memang menunggu di depan gerbang segera berteriak kencang, kesal sekali melihat Bima bermesraan dengan Kirana

Meski enggan Kirana akhirnya melepaskan Bima. Ditatapinya Flo yang memicing diatas kursi rodanya. Bima menghela napas panjang sebelum akhirnya menggandeng Kirana mendekat.

"Kenapa keluar Princess?"

Flo memang baru saja kembali pagi ini setelah kontrol rutin bersama Dokterny. Pandangan Flo tidak lepas dari Bima yang tidak juga melepas genggaman tangan keduanya. Kesal sekali rasanya sampai-sampai Flo siap berteriak.

 The Crown PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang