13| Sambal Kemangi 2

130 20 3
                                    

Malam ini tidak seperti biasanya dimana Bima menghindari tidur satu ranjang bersama Kirana dan lebih memilih menyibukan diri dengan tumpukan berkas dan dokumennya. Lelaki tersebut tampak berbaring disamping tubuh sang istri.

Perasaan bersalah masih membuatnya tidak nyaman meskipun Kirana tampak tidak sama sekali mempermasalahkannya. Istrinya tersebut begitu mengerti kalau Flo bisa saja bersikap lebih keras kepala kalau sampai Bima tidak menurutinya.

Lagi, kalimat Kirana berhasil mengusiknya.
'Aku nggak akan pernah minta Mas Bima memilih'

Sebenarnya, ada hal lain juga yang kini tengah mengusik dirinya. Sambal kemangi buatan Kirana belum juga mau hilang dari pikirannya.

Beberapa kali mencoba terpejam tetapi tetap saja Bima kesulitan melakukannya. Ini tidak biasanya terjadi, jika dulu dirinya tidak akan bisa terlelap tanpa mengkonsumsi obat tidur maka semenjak kedatangan Kirana dirinya sudah tidak pernah lagi membutuhkan obat-obat terebut.

"Ck!" Bima memiringkan kepala, menatap wajah lelap Kirana yang meringkuk menghadapnya.

Merasa tidak ada gunanya menahan keinginannya, Bima beranjak duduk dan memutuskan membangunkan sang istri.

"Kirana..."

Kirana tampak tidak terusik sama sekali. Mungkin saja istrinya tersebut kelelahan karena sepanjang harinya yang tidak pernah mau hanya duduk diam.

"Kirana..." Bima tidak memiliki pilihan selain menepuk pelan lengan istrinya

"Hmm... kenapa Mas? Butuh sesuatu?" Kirana langsung membuka matanya yang tampak memerah menahan kantuk. Langsung saja hal tersebut membuat Bima ingin menembak kepalanya sendiri

"Ngg... tidak jadi" sahutnya cepat. Dirinya tidak mungkin tega membuat istrinya yang mengantuk untuk bengun dan menuruti keinginan gilanya

Kirana menguap dan kini pandangannya baru benar-benar fokus ketika suaminya tersebut tidak juga kembali berbaring. Apanya yang 'tidak jadi' kalau wajah Bima saja seolah benar-benar menunggu Kirana bangun.

"Kenapa? Kamu mau aku ngapain?" Kirana menumpukkan kedua tangannya dibawah pipi, tubuhnya dibiarkan tetap berbaring miring menghadap Bima yang tampak sekali gelisah dalam duduknya

"Saya lapar..." Bima memalingkan wajahnya malu, apalagi kekehan geli istrinya terdengar tidak lama setelahnya

Kirana jelas tidak menyangka hal tersebut akan diucapkan suaminya. Baiklah, jadi suaminya ini lapar dan membangunkannya di tengah malam seperti ini. Sepertinya Kirana tahu kenapa suaminya sampai mengeluh lapar dan membangunkannya, padahal sudah menghabiskan makan malamnya tadi.

Kirana beranjak duduk dan memilih menyandarkan tubuh di kepala ranjang.

"Jadi kamu lapar dan ngebangunin aku, terus aku harus gimana ini?"

Wajah Bima tertoleh cepat, matanya bererak-gerak ragu sementara ekspresi wajahnya tetap datar. "Siapkan saya makanan"

"Oke, kamu mau makan western atau asia biar aku teleponkan kokinya-"

"Tidak-" Bima menolaknya cepat. Tidak satupun masakan koki tersebut yang dirinya inginkan. Harus Kirana. "Kamu..."

"Aku? Kenapa sama aku?" Kirana masih saja menggoda suaminya padahal dirinya jelas tahu apa yang diinginkan Bima

"Kamu... masak"

"Lho memangnya kamu nggak takut nanti makanannya nggak higeinis, nggak matang sempurna dan-"

Bima memotong cepat, tahu kalau kirana sedang menyindirnya, "yasudah tidak jadi"

Kali ini Kirana tidak bisa menahan senyumnya ketika melihat Bima kembali merebahkan diri. Berbaring memunggunginya, lucu sekali. Padahal dirinya sendiri dilarang untuk tidur memunggungi lelaki tersebut.

 The Crown PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang