Baru Permulaan

14 6 2
                                    

Alea mengetuk pintu mobilnya dari luar, paman Erik yang mengantarnya itu segera membuka kaca mobil tersebut.

"langsung ke rumah sakit" paman Erik mengangguk lalu menutup kaca mobilnya dan segera menuju tempat yang di perintahkan nona mudanya.

Alea merapikan seragamnya lalu berjalan menuju kelas, di koridor ia bisa melihat The Dallin DIWANGKA sedang berjalan entah mau ke mana, karna jika mereka akan ke kelas seharusnya mereka hanya perlu berjalan lurus, namun mereka berjalan belok ke arah kiri koridor. Saat ingin mengikuti mereka, tiba-tiba ada yang menarik lengan Alea kasar.

Murid perempuan itu membawa Alea di toilet yang memang jarang di pakai karna letaknya di anggap terlalu sepi dan juga dekat dengan gudang sekolah. Dia menghempaskan tubuh Alea keras hingga menghantam dinding. Dia ini bisa di bilang cukup berani untuk ukuran perempuan karna biasanya para murid perempuan akan membuli ramai-ramai, tapi dia hanya seorang diri.

Belum sempat Alea protes, murid perempuan itu sudah menarik rambutnya dengan cukup keras hingga membuat Alea sedikit merintih.

"elo! Anak baru sudah bikin masalah! gak tahu diri banget lo!"

"gara-gara lo! tangan gue harus susah payah berurusan sama tikus macem lo lagi!"

"akh!" Alea merintih sakit saat perempuan di depannya merik rambutnya lebih kencang dari sebelumnya.

"jalang kyak lo bikin gue muak tau nggak!" Alea menepis kasar tangan yang tadi berani menarik rambutnya. Menatap ragu perempuan di depannya.

"oh,, berani?" perempuan bernama Mika itu perlahan maju mendekat ke arah Alea. Membuat Alea secara otomatis melangkah mundur sampai ia membentur dinding di belakangnya.

"gue gak sudi basa-basi sama lo! jadi mulai sekarang jauhin Kara! Atau-"

"atau apa?" Alea menyela sebelum Mika menyelesaikan kalimatnya. Alea menatap berani pada lawan bicaranya. Alea membenarkan rambutnya yang sedikit berantakan lalu melangkah maju menantang Mika.

Mika bisa melihat itu, mata yang tadi menyiratkan ketakutan sekarang berubah dingin. Melihat Alea yang mengeluarkan cutter dari saku bajunya membuat Mika melotot. Ia tak pernah berpikir jika Alea akan menyiapkan benda tajam seperti itu. Mika semakin menarik dirinya ke belakang sampai kakinya tidak sengaja tersandung dan membuatnya terjatuh dengan posisi duduk.

"Stop! Jangan mendekat!" karna demi apapun tatapan Alea sangat menakutkan. Perkataan Mika membuat Alea tersenyum miring. Ia berjongkok, meraih tangan kiri Mika dan memberikan cutter yang ia pegang pada Mika.

"Mika Indira... gunain ini buat gores wajah gue" Alea meremas punggung tangan Mika, memaksa Mika untuk menggenggam cutter tersebut. Mika menggeleng tidak setuju.

"gunain cutter ini persis kayak yang lo lakuin sama Luna" Mika melotot saat mendengar Alea menyebut nama Luna, nama siswi yang sudah di putuskan untuk tdak boleh ada yang mengungkitnya. Lagi, bagaimana Alea tahu apa yang sudah ia lakukan pada Luna.

"l-lo tau dari mana?" Alea memasang mimik yang seakan sedang berpikir, lalu selanjutnya menatap Mika dengan ekspresi lugunya.

"gak penting gue tahu dari mana, yang jelas gue mungkin tau lebih banyak dari pada lo" Alea melirik ponselnya yang berdering menandakan ada panggilan masuk, ia menggeser tombol hijau. Alea tersenyum lalu menunjukkan panggilan video tersebut pada Mika. Mika terkejut.

"dinda? Lo apain adek gue bangsat!!" Mika melihat adiknya yang sedang terbaring di rumah sakit, dengan satu orang berpakaian serba hitam di sebelahnya. Mika berusaha merebut ponsel milik Alea, ia ingin sekali berteriak pada adiknya untuk segera menekan tombol emergency supaya ada perawat yang menghampirinya. Tapi tentu saja Alea tidak akan membiarkan tangan kotor Mika menyentuh barang pribadinya.

HEXAGON The DallinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang