Menikmati angin yang berhembus melalui celah kaca mobil memang tidak se menyenangkan menikmatinya langsung di alam bebas. Namun itu sudah cukup membuat seorang Alea Melody tenggelam dalam memori masa lalunya. Angin yang katanya merupakan roh, nafas vital alam semesta itu membawanya kembali pada masa saat dua bersaudara itu sedang tertawa bahagia, menertawakan hal yang bagi kebanyakan orang tidaklah lucu. Tertawa saat melihat se gerombolan semut berjalan dengan rapi.
Angin kembali membawanya pada saat mereka menghabiskan waktu akhir pekan bersama, entah itu piknik, menonton film, membantu bundanya menanam bunga di halaman belakang mereka, atau hanya bermain Game seharian.
Alea hampir saja menutup matanya dan jatuh tertidur jika sebuah suara tidak menyadarkannya.
"nona, kita sudah sampai" Alea mengangguk lalu turun dari mobilnya, melangkah memasuki rumahnya.
Ayah dan bundanya berada di ruang tengah sedang menikmati waktu bersantai mereka. Seperti janji Alea kemarin, hari ini mereka akan mengunjungi kakak Alea, anak sulung dari pasangan Chandresh dan Candramaya.
"bunda, Alea pulang" bundanya menoleh, namun dia tidak merentangkan tangannya untuk memeluk anaknya seperti biasa. Matanya sedikit mengernyit saat melihat perban di pipi sang putri.
"ini kenapa sayang?" sang bunda terlihat khawatir, tangannya menyentuh dengan hati-hati perban yang menutupi luka putri bungsunya.
"Cuma kecelakaan kecil, bunda gak usah khawatir" Alea tersenyum meyakinkan sang bunda.
"duduk sini, ayah liat" Alea menurut duduk di tengah-tengah ayah dan bundanya. dengan sangat hati-hati sang bunda melepas perbannya. Menyuruh mbak ayu salah satu pekerja di rumah mereka untuk mengambil kotak obat.
"sudah di obati?" Alea mengangguk, tangan sang ayah masih sibuk memeriksa luka di area pipinya, lalu mengganti perbannya dengan plester luka.
"bunda mau siapin makan siang dulu" Alea menahan tangan bundanya saat beliau akan berdiri.
"Alea masih kenyang, kita langsung berangkat aja bun" bunda dan ayahnya mengangguk setuju.
.
.
Tempat yang sepi, dengan berbagai pohon yang rindang. Angin sekitar menghembuskan arti tersendiri bagi satu keluarga yang sedang berdiri dengan kaca mata hitam untuk menghalau sinar mentari yang menyilaukan.
Alea membawa satu buket bunga Soba di tangannya. Bunga berwarna putih kecil-kecil ini melambangkan cinta abadi. Tidak hanya untuk pasangan kekasih tetapi juga keluarga tercinta.
Alea berjongkok meletakkan buket bunga yang ia bawa. Mengusap batu nisan yang tertera nama Luna Chandresh. Anak sulung dari Keluarga Chandresh, kakak dari Alea Melody Chandresh. Kakak sekaligus sahabat terbaik dalam hidupnya, kakak yang selalu membawa tawa di keluarga mereka, kakak yang selalu berusaha ia jaga. Namun mereka merebutnya, membuatnya menutup mata untuk selamanya.
Bunda Alea ikut berjongkok lalu mengusap punggung anak bungsunya saat melihat tangan Alea meremas batu nisan milik Luna. Sang ayah merangkul Alea memberi kekuatan putri bungsunya supaya tetap tegar.
Mereka semua kehilangan, hancur, marah juga kecewa. Semua bercampur aduk, namun nyatanya Alea yang paling berantakan. Ia kecewa pada dirinya sendiri karna merasa tidak bisa menjaga kakak sekaligus sahabatnya itu.
Alea masih ingat bagaimana tubuh sang kakak yang terbujur kaku dengan tangan memegang gelas yang berisi alkohol. Ia tidak menangis selama proses pemakaman berlangsung, bahkan saat ia melihat tubuh sang kakak akan di kuburkan, ia tidak menumpahkan air mata barang setetes pun. Ia tidak tersenyum, ataupun berbicara. Alea hanya terus berada di samping sang bunda, berusaha menjadi penguat untuk beliau.
![](https://img.wattpad.com/cover/277479050-288-k839213.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
HEXAGON The Dallin
Fiksi RemajaAlea Melody, murid baru di SMA DIWANGKA. Ia memiliki mata berwarna hijau, dengan Paras yang cantik dan otak cerdasnya membuatnya banyak di kagumi baik laki-laki maupun teman perempuannya. Tapi siapa sangka, dibalik wajah indah itu, ia menyimpan si...