Selamat Membaca!!
-
-
-***
Selesai mengerjakan sholat Maghrib berjama'ah dengan keluarganya, Salma segera menaiki anak tangga. Hari ini begitu lelah rasanya, acara pernikahannya tadi baru saja selesai setelah ashar. Rasanya ia ingin membaringkan tubuhnya di kasur yang empuk, meng-istirahatkan tubuhnya sejenak dari kegiatannya berdiri seharian menyalimi para tamu undangan. Memang tidak banyak, namun ini adalah hal pertama yang Salma rasakan.
"Huh! Capek banget!!" Keluh Salma saat ia sudah membaringkan tubuhnya di kasur yang masih dengan memakai mukenah-nya. Matanya terpejam sembari tangan sebelahnya yang terus memijat bahunya. Sesekali ia membunyikan jemari lentiknya.
"Mau di pijitin gak?"
Salma langsung terduduk dari tidurannya, ketika ia mendengar suara Zidan dari arah pintu. Ia lupa jika sekarang dikamarnya tidak sendirian lagi, dirinya sudah mempunyai suami.
"Nggak, kak. Gak usah " balasnya sedikit kikuk.
Zidan mendekat ke arah Salma, ia mendudukkan dirinya di tepi ranjang. "Gapapa. Gue tau, lo pasti capek banget kan berdiri terus seharian ini?"
"Eh nggak kak, beneran kok gapapa. Udah enakan juga kok, gak pegel-pegel banget." Salma mengumpat dalam hati, mengapa dirinya sangat bisa berbohong. Padahal aslinya saat ini ia begitu sangat remuk badannya. Siapa sih yang kuat berdiri terus selama berjam-jam?
"Yaudah kalo lo gak mau. Nih, biar gue aja yang lo pijitin." Ucao Zidan seraya mengulurkan tangannya kearah Salma.
Salma mengambil napas dalam-dalam, lalu ia hembuskan secara perlahan. Bilang aja Zidan ingin di pijitin, pake kode-kodean segala. Salma mengambil tangan Zidan, dan mulai memijatnya dengan pelan.
"Yang bener, gak kerasa ini. Kencengin lagi coba." Titah Zidan.
Salma tersenyum miring, ide jahil terpikirkan olehnya. Dengan kekuatannya yang masih tersisa, ia mulai memijatnya dengan secara kasar. Membuat Zidan meringis kesakitan.
"Aduh, sal. Pelan-pelan dong. Malah tambah sakit ini mah."
"Tadi katanya yang kenceng, yaudah nih kayak gini kan maunya?" Ucapnya sambil menekan-nekan tangan laki-laki itu dengan kuat.
Zidan mengambil paksa tangannya dari Salma. Memang benar-benar ya, kekuatan cewek gak ada lawannya. Badan aja kecil, tapi tenaganya kuat banget.
"Udah agak mendingan, kan?" Tanya Salma
"Mendingan gimana, yang ada badan gue malah tambah remuk." Jawabnya kesal.
"Yaudah kalo gitu." Salma beranjak dari kasur, ia ingin melepaskan mukenanya menjadi hijab instan. Tetapi gerakannya terhenti ketika ia teringat ada seseorang di dalam kamarnya. Salma menengok kebelakang, Zidan sedang menyenderkan kepalanya di ranjang sembari memainkan ponselnya.
Salma menggigit bibir bawahnya. Untung saja ia belum membuka mukenanya, jadi Zidan pastinya belum melihat mahkotanya ini. Ia segera mengambil hijabnya, dan berjalan menuju kamar mandi.
"Salma." Langkahnya terhenti ketika Zidan memanggilnya.
"Ngapain ke kamar mandi?" Tanya Zidan.
"Mau ganti kerudung, kak." Jawabnya tanpa menoleh ke arah Zidan.
Zidan meletakkan ponselnya di kasur. "Disini aja gantinya."
Salma tersentak kaget mendengarnya. Jika ia membuka kerudungnya disini, itu artinya Zidan melihatnya. Tidak, tidak! Ia tidak akan meperlihatkan sehelai rambut pun pada laki-laki. Tapi--ah iya lupa, Zidan kan suaminya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SALMA
Teen FictionBagaimana perasaan kalian jika di jodohkan dengan kakak kelas? ______________ (FOLLOW DULU, SEBELUM BACA !!) Menikah di usia muda tidak pernah ada dalam kamus seorang perempuan bernama Salma Putri Prawira. Ia harus menerima perjodohan ini, karena p...