Bab 16. Pertolongan

255 24 9
                                        


"Nona Indira!"

"U--Umar ...?" Mendadak gadis itu seperti mempunyai kekuatan baru saat mengetahui siapa lelaki di hadapannya saat ini. "To--long, mereka mengejarku." lanjutnya dengan suara lirih, sambil menunjuk tiga lelaki yang sedang berlari mengejarnya.

"Masuk mobil, Nona." Lelaki itu segera membawa Indira yang begitu lemah masuk ke dalam mobil.

Setelahnya, lelaki itu pun mengunci mobil dan menyimpan kuncinya di saku celana.

"Mana wanita itu?!" tanya Fabian saat sudah berada di dekat Umar yang waspada di samping mobil.

Umar diam, merasa tak ditanya. Hanya menatap tajam ke arah Fabian dan anak buahnya.

"Aku bertanya padamu, di mana wanita itu?!" teriak Fabian, mengulangi pertanyaannya.

"Wanita? Wanita yang mana? Aku tidak melihat siapa-siapa." Umar berusaha bersikap tenang menghadapi empat orang pria itu.

"Jangan bohong, aku melihat dia lari ke sini dan bicara denganmu." Fabian mengatupkan rahang dan mengepalkan tangannya erat.

"Kalaupun aku tahu, kenapa aku harus memberitahumu."

"Kau menantangku rupanya!"

"Kalau kau memang laki-laki sejati, lawan aku. Jangan jadi pecundang yang hanya bisa menyiksa perempuan!"

"Bangs*t!" Fabian menarik kencang kerah kemeja pria itu dan menatapnya nyalang. Umar pun tersenyum miring menghadapi Fabian yang emosi. Sebuah pukulan hampir saja bersarang di wajah orang kepercayaan Abinaya itu, tapi dengan cepat Umar menangkap tangan Fabian lalu menyentaknya hingga pria itu nyaris terjengkang.

"Ternyata hanya segitu kemampuan kamu," ucap Umar sambil membenahi kerah kemeja dan tersenyum miring.

"Hajar dia!" seru Fabian pada anak buahnya.

Serentak ketiga laki-laki berperawakan preman itu pun langsung merangsek ke hadapan Umar yang tampak waspada dengan lawan-lawannya.

Pukulan dan tendangan diarahkan pada Umar yang dengan gesit dapat berkelit dari serangan-serangan lawan. Untuk beberapa saat Umar hanya menghindar dan bertahan tanpa membalas serangan mereka. Namun, saat ketiga anak buah Fabian makin beringas menghajarnya, mau tak mau Umar pun harus membalas serangan itu dengan ilmu bela diri yang dia punya.

Tak terlalu sulit bagi Umar untuk melawan ketiga preman yang berkelahi hanya dengan mengandalkan otot tanpa ilmu bela diri, karena lelaki bertubuh kekar itu sudah menguasai taekwondo sampai sabuk merah.

Lima belas menit berjalan, makin terlihat ketiga anak buah Fabian mulai keteteran menghadapi Umar yang seorang diri. Mereka mulai kewalahan dengan serangan yang dilakukan oleh pria jangkung itu, hingga di satu kesempatan tendangan memutar dari anak buah Abinaya itu mampu melumpuhkan tiga orang musuhnya sekaligus.

Melihat ketiga anak buahnya terkapar, Fabian pun meradang. Tanpa pikir panjang, ia langsung maju dan melayangkan sebuah tendangan yang dengan mudah ditangkis oleh Umar.

Lagi, dengan amarah yang membuncah, Fabian mencoba menyerang Umar. Namun lagi-lagi serangan itu dengan mudah dipatahkan oleh pria berbadan kekar tersebut.

Fabian makin kalap, ia pun semakin membabi buta menggempur lawannya. Namun, dengan sekali sentak Umar sanggup membuat Fabian jatuh tersungkur dan tak berdaya, menyusul ketiga anak buahnya yang masih tergeletak di tanah.

Melihat sang bos pun terkapar, ketiga lelaki itu berusaha menolong Fabian dan membawanya pergi dari hadapan Umar. Namun, sebelum meninggalkan lelaki yang sudah membuatnya kalah telak, Fabian yang berdiri terhuyung masih sempat melontarkan ancaman.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 07, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Jejak LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang