BAB V - RIHLAH

4 0 0
                                    

Pemandangan alam bisa menjadi salah satu alternatif untuk proses healing. Kegiatan sehari-hari yang sudah cukup menguras tenaga dan pikiran tentu saja membuat sebagian orang jenuh, termasuk Syifa. Kegiatan rihlah mungkin bisa sedikit merelaksasikan otot-ototnya yang tegang. Kebetulan sekali, hal ini sangat tepat dengan moment sekolah yang juga akan mengadakan kegiatan rihlah untuk seluruh siswanya. Sudah menjadi program sekolah untuk mengadakan rihlah setiap enam bulan sekali. Selain untuk refreshing, kegiatan ini juga bermanfaat untuk kedekatan antar orang tua dengan anaknya. Sebagian besar pekerjaan wali dari siswa di sekolah Al-Hafidz adalah pekerja kantoran, yang memungkinkan untuk bertemu dengan anak-anaknya hanya pada malam hari dan weekend. Inilah moment yang tepat untuk bisa memiliki quality-time dengan anak-anak mereka.

Namun, untuk menyelenggarakan kegiatan ini butuh banyak sekali hal yang harus dipersiapkan. Mulai dari perizinan tempat, akomodasi, konsep acara hingga keperluan lainnya perlu dirancang dengan baik demi kelancaran acara. Untuk penanggung jawab di acara rihlah kali ini, Syifa yang diberi amanah oleh Pak Hamid—kepala sekolah Al-Hafidz. Sehingga ia harus memikirkan dengan baik konsep acara yang akan direalisasikannya nanti.

Saat Syifa sibuk membaca proposal dan laporan pertanggung jawab acara rihlah tahun sebelumnya, seseorang datang meletakkan secangkir teh hangat di depannya. Sedikit terkejut karena ia tak mendengar siapapun masuk ke ruangan guru saat ini.

"Nge-teh dulu, Bu. Fokus banget," ucap Miss Aya dengan terkekeh. Seulas senyum tergambar di wajahnya yang berbentuk oval. Sesekali ia menyesap kopi yang dibawanya, lalu meletakkannya di atas meja berdampingan dengan cangkir yang dibawakan untuk Syifa.

Syifa yang melihatnya juga ikut tersenyum. Ia meletakkan laporan yang sudah dijilid itu di atas meja. Melepaskan kacamata, lalu memijat sedikit pangkal hidungnya. Entah sudah berapa lama ia membaca laporan-laporan itu.

"Thank you, Miss Aya." Syifa mengambil cangkir teh itu, kemudian menyesapnya pelan. Rasa teh melati yang cukup menenangkan.

"Gimana, Bu? Sudah ketemu konsep yang mau diajukan ke kepala sekolah untuk rihlah tahun ini?" tanya perempuan berjilbab ungu itu.

"Udah, Miss, tapi kayaknya saya perlu tinjau ke lokasinya langsung deh, buat matengin konsepnya," ujar Syifa sembari melihat buku catatannya yang sudah penuh dengan coretan.

"Oh, ya? Emang mau di mana, Bu?" tanya Miss Aya penasaran.

"Rencana mau di Kawasan Wisata Beruang Madu. Beberapa waktu yang lalu, keluarga saya ada liburan ke sana, Miss. Lihat beruang madu dan sekalian wisata edukasi juga. Jadi bisa refreshing sekaligus belajar," jawab Syifa.

"Wah, keren tuh, Bu. Wisata sekalian belajar, ya."

"Iya, Miss. Tapi saya perlu tinjau ke lokasi langsung, apakah ada tempat yang memungkinkan untuk kita nitip barang-barang dan juga sekalian istirahat di sana. Rencana sih mau ngadain lomba seperti tahun-tahun sebelumnya. Biar seru gitu." Syifa menyesap tehnya lagi. Kepulan asap sudah tak terlihat lagi dari cangkir tehnya.

Kawasan Wisata Beruang Madu atau biasa dikenal sebagai Pusat Beruang Madu merupakan sebuah fasilitas pendidikan lingkungan hidup yang terletak di sebelah utara kota Balikpapan, Kalimantan Timur.

Pada tahun 2002, beruang madu diperkenalkan  sebagai maskot dari kota minyak itu. Hal ini didorong oleh sebuah proyek penelitian yang pertama kali dilakukan pada beruang madu di Hutan Lindung Sungai Wain yang terletak di perbatasan kota Balikpapan. 

"Iya, Bu. Saya setuju tuh. Biar lebih seru. Semoga lancar ya, Bu, acara kita nanti."

"Aamiin."

LAFADZ-LAFADZ CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang