07 ~ Debaran Halus

22 2 0
                                    

Suasana malam yang tenang di tambah kilauan bintang yang bertebaran di langit. membuat Sellin terhanyut dalam lamunan.

Karena merasa bosan berada di kamar, Sellin memutuskan duduk disebuah gazebo yang terletak di belakang rumah dekat kolam berenang seorang diri.

Tiba-tiba Sellin teringat akan sosok ayahnya, kalau saja beliau masih ada sampai sekarang mungkin hidup Sellin tidak akan begini. Namun Sellin tak mau menyalahkan takdir.

"Cepat atau lambat Sellin akan membersihkan nama ayah."

"ANAK KAMPUNGGG!" teriak Pritha memanggil Sellin, suara nyaringnya menggelegar.

"Kemana lagi tu anak!" kesal Pritha yang tak menemukan Sellin di kamarnya.

"WOI ANAK KAMPUNG LO DENGER GUE GAK SIH!" Kali ini ia berjalan ke arah dapur.

Mendengar Pritha yang memanggil namanya membuat Sellin langsung beranjak dari gazebo untuk menghampiri Pritha.

"Kenapa Prit?" tanya Sellin bingung, tumben sekali Pritha mencari dirinya.

Pritha membalikkan tubuhnya menatap kearah Sellin. "Prit? What lo manggil gue Prit? Gak osah so akrap deh." protes Pritha tak terima.

Sellin hanya menarik nafas beratnya. Ntah apalagi yang akan di lakukan gadis ini kepada dirinya.

"Kerjain tugas gue! Katanya lo pinter?" ujar Pritha sambil menyodorkan sebuah buku kearah Sellin.

"O iya harus selesai malam ini! Besok istirahat pertama anter ke kelas gue!" tambahnya lagi. Sellin tak bergeming dia mengambil buku yang di sodorkan Pritha dan langsung membukanya.

Sellin cukup terkejut melihat soal yang tertulis di sana.

"Tapi ini banyak, gak mungkin selesai malam in-"

Pritha bersedekap. "Kalau lo gak tidur malam ini kayanya selesai deh." potong Pritha membuat Sellin menatap ke arah Pritha kaget.

"Apa! Gak terima! Perlu diingat lo cuman numpang disini jadi lo harus tau diri sedikit lah." ketus Pritha dan langsung beranjak meninggalkan Sellin. Tak peduli akan gadis itu.

Lagi dan lagi Sellin hanya melengos pasrah dan langsung menuju kamarnya yang nampak sepi.

Sellin duduk di kursi sambil mengerjakan tugas matematika milik Pritha. Untungnya Sellin bisa menjawab semua soal kelas XI dengan mudah. Hanya saja tangannya cape jika harus menulis langkah-langkahnya yang super panjang itu.

Jam sudah menunjukkan pukul 00.00 namun Sellin baru menyelesaikan separuh dari soal yang ada . Matanya sudah sangat ngantuk belum lagi nyeri di kepalanya masih terasa sampai sekarang.

Ntah kenapa tiba-tiba Sellin terbayang akan wajah tampan Rendy. Namun dengan cepat ia menggelengkan kepalanya. "Ngapain sih Sell? Ada-ada aja." gumamnya dan langsung kembali menulis.

***

Sellin berusaha menahan kantuknya ketika guru tengah menjelaskan materi di depan sana. Semalam Sellin baru bisa tidur pukul 3 dini hari setelah menyelesaikan tugas Pritha yang sangat banyak.

"Sel lo gak tidur apa semalem? Tumben lemes banget." bisik Vera yang melihat Sellin berbeda dari biasanya.

"Tidur kok." jawab Sellin tentu dengan berbisik juga.

Vera memandang tak percaya. Dan kembali memperhatikan guru di depan.

"Sel." panggil Vera lagi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 24, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SELLINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang