05 ~ SMA Pertiwi

21 3 0
                                    

Suasana kota tampak ramai pagi ini, jalanan dipenuhi oleh orang-orang yang akan memulai aktivitas mereka.

Sellin turun dari boncengan motor tua milik pak Toto. "Terimakasih banyak ya pak, berkat bapak Sellin gak terlambat hari ini." ujar Sellin mengucapkan terima kasihnya kepada pak Toto yang sudah mengantar dirinya.

"Iya non, tapi itu baju non koto-"

"Hehe iya pak, tapi gak papa kok." jawab Sellin memotong ucapan pak Toto sambil terkekeh.

"Sellin masuk dulu ya, bapak hati-hati di jalan." pamit Sellin dan dibalas anggukan dari pak Toto. Tak lama kemudian motor tua itu berjalan meninggalkan Sellin yang masih berdiri di pinggir jalan.

Cuaca pagi ini sangat cerah, secerah senyum Sellin yang mengembang manis di bibirnya, mata indahnya menatap kearah depan. Ia merasa bangga kepada dirinya sendiri.

Sekitar beberapa meter di depan, terlihat gerbang SMA Pertiwi yang berdiri kokoh, beserta logo kebanggaan sekolah tersebut. Berapa puluh mobil mewah terlihat keluar masuk melewati gerbang tersebut.

Sellin menolehkan kepalanya ke kanan dan kiri hendak menyebrang. Suasana jalan yang ramai membuat Sellin sedikit kesusahan.

Melihat jalan yang sedikit lenggang Sellin langsung bergegas menyebrangi jalan dengan sedikit berlari.

"TIIINNNNNN!" suara kelakson mobil melengking nyaring membuat Sellin terkejut. Bukan hanya Sellin semua orang yang berada di sana langsung menatap kearah jalan. Dimana terlihat sebuah mobil putih mengerem mendadak dan berhenti tepat di depan tubuh Sellin.

Sellin menatap kejadian tersebut dengan syok bahkan kakinya bergetar hebat, jantungnya berdegup kencang. hampir saja dirinya tertabrak jika mobil putih itu melaju dengan kencang tadi.

Keringat dingin mulai membasahi pelipis Sellin yang hanya bisa terdiam. Semua pasang mata menatap kearah Sellin.

Brakk!
Tas selempang yang berada di bahu kanan Sellin terjatuh begitu saja. Sellin masih tak bergeming sedikitpun.

Tak lama seorang sopir yang mengemudi mobil putih tadi keluar dan menghampiri Sellin.

"Kamu gimana sih kalau mau nyebrang itu liat-liat!" hentak seorang lelaki berbadan kekar dengan setelan jas serba hitam, sepertinya lelaki itu berumur 30 tahunan.

Seolah kesadarannya kembali, Sellin mengerjapkan kedua matanya lalu menatap lelaki tersebut dengan takut.

"Maaf saya minta maaf mas." tutur Sellin, suaranya terdengar bergetar. Tenggorakan Sellin terasa tercekat untuk mengeluarkan suara saja rasanya susah.

"Maaf-maaf kalau tadi terjadi apa-apa gimana, kamu mau tanggung jawab? Kamu tau bertapa berharganya sebuah nyawa itu."  suara tersebut terdengar sangat sengit membuat Sellin tak tahu harus menjawab apa. Ini memang salahnya yang kurang hati-hati.

Melihat Sellin yang hanya terdiam lelaki tadi merasa kesal. "Hei! Kamu dengar saya ngomong gak?"

Didalam mobil putih yang berhenti tadi terlihat seorang lelaki tampan tengah membaca sebuah buku. Sedetik kemudian tangannya menutup buku tersebut lalu keluar dari mobil, ia penasaran apa yang terjadi diluar sana sehingga kakaknya lama sekali tidak kembali.

Lelaki tampan yang memakai seragam itu berjalan menghampiri Sellin dan lelaki berbaju hitam tadi.

"Ren lo ngapain keluar sana masuk, biar gue yang ngurus." ujar lelaki yang memakai jas hitam tadi. Sedangkan lelaki yang di panggil 'Ren' tersebut tak bergeming. Dia malah menatap kearah Sellin yang terdiam. Tatapan gadis itu terlihat kosong.

Rendy Abraham seorang lelaki tampan yang memiliki tatapan lembut bak malaikat, tak hanya tampan dia juga terkenal sangat pintar di sekolah, Lelaki yang kerap di sapa Rendy ini mempunyai sikap ramah, tak ayal jika para kaum hawa banyak mengidolakannya. Siapa sih yang tidak luluh dengan sosok Rendy, malaikat berhati lembut ini.

SELLINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang