03 ~ Tidak Diharapkan

24 5 0
                                    

Sellin berjalan mendekat kearah gerbang. Mata indahnya tak berhenti menatap kagum setiap sudut rumah yang berada di hadapannya sekarang.

"PERMISI!" tutur Sellin nyaring, tidak berselang lama terlihat seorang satpam menghampiri Sellin dari balik pagar.

"Maaf neng bisa baca tulisan itu?" baru saja Sellin hendak membuka mulut tetapi suara bapak itu terlebih dahulu terdengar. Pak satpam yang terlihat lumayan tua tersebut menunjuk kearah tulisan yang tertempel di tembok samping pagar.

Sellin menyipitkan matanya agar bisa membaca tulisan tersebut dengan jelas. 'maaf tidak melayani sumbangan dalam bentuk apapun."

Sellin terkekeh. "Oh engga kok pak, saya kesini nyari Tante Tiara, apa betul ini rumahnya?" jawab sekaligus tanya Sellin dengan ramah.

Satpam tersebut menatap Sellin dari atas sambai bawah dengan tatapan tidak yakin. "I- iya betul ini rumahnya, neng ini ada urusan apa ketemu nyonya?"

Sellin menghela napas lega lega, akhirnya ia menemukan rumah tantenya. "Sa-"

"Apa neng sudah buat janji?"

Sellin menggeleng. "Belum pak."

Satpam tua itu menghela nafas, jujur ia merasa sedikit iba melihat wajah letih gadis dihadapannya ini. Namun apa daya nyonya Tiara sangat tidak suka jika ada orang asing masuk ke wilayah rumahnya tanpa izin. "Kalau boleh tau neng ada perlu apa? Dan kenapa? Biar saya sampein ke nyonya."

"Anu pak sa- saya keponakannya." jawab Sellin sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal, Sellin yakin bapak satpam ini tidak percaya akan ucapannya barusan. Mengingat tampilan dirinya yang sangat berbeda dengan kehidupan mewah tante Tiara. Benar dugaan Sellin pak Satpam tersebut terlihat sedikit terkejut.

"Oh bentar ya bapak kedalam dulu, neng disini dulu."

Sellin mengangguk mengiyakan. "Iya pak silahkan."

Dan tak lama satpam tersebut beranjak masuk kedalam rumah sedangkan Sellin masih menunggu di luar pagar. Kaki jenjang yang terbungkus celana hitam panjang itu sangat terasa letih, Sellin berjongkok untuk menghilangkan rasa pegel dikakinya.

Lumayan lama Sellin menunggu sampai akhirnya terdengar suara satpam tadi tengah berbincang dengan seseorang.

"Ada yang ngaku-ngaku jadi ponakannya nyonya Yem diluar, baiknya aku suruh masuk atau enggak ya?"

"Hah jangan ngarang kamu To! Nyonya itu cuman punya ponakkan dua dari pak Anton adik nyonya yang sudah meninggal berapa tahun yang lalu. Tapi mereka sudah lama gak keliatan lag- "

Sellin yang mendengar suara tersebut langsung berdiri dari jongkoknya lalu menatap pak Satpam yang tengah berbincang dengan seorang wanita tua sambil berjalan kearah gerbang, suara mereka terdengar lumayan nyaring.

Sellin tersenyum cerah begitu melihat wanita tua yang berbincang dengan pak Satpam tadi adalah bi Yem,  bi Yem dulu pernah bekerja di rumahnya, sedari kecil Sellin sudah mengenal bi Yem. Ternyata wanita itu bekerja dirumah tantenya sekarang.

"Bi Yem, apa kabar?" pekik Sellin dengan antusias membuat Bi Yem dan pak Satpam yang asik bercerita langsung menatap kearah Sellin.

"YA AMPUN NON." kaget Bi Yem sambil menutup mulutnya syok dan langsung menghampiri Sellin yang sudah mengembangkan senyum lebarnya.

"To cepat buka pagernya." suruh Bi Yem kepada Satpam tadi. Dengan bingung Satpam tersebut langsung membukakan pagar degan cepat.

Tanpa berkata-kata Bi Yem langsung memeluk tubuh Sellin. Ia sangat merindukan gadis ini.

"Non kok lama gak keliatan sih, non kemana aja selama ini." lirih Bi Yem sambil mengusap-usap punggung Sellin.

"Sellin tinggal diujung kota bi semenjak kematian ayah." jawab Sellin dengan haru. Ia tak menyangka akan bertemu bi Yem lagi disini.

SELLINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang