16

160 20 45
                                    

Yoo Rin berdiam diri didalam kamar,ia berada dirumah sekarang. Setelah kejadian tadi sang mamah membawanya pergi dari sana secara paksa. Dan tidak hanya itu, sang mamah ingin Yoo Rin berhenti dari Hankuk dan pindah ke Busan bersamanya. Ia juga melarang Yoo Rin bertemu dengan Jong Hoon dan teman temanya. 

Yoo Rin terduduk dilantai dengan kepala yang ditenggelamkan di antara lutut. Menangis secara diam itu sangat menyakitkan, tidak ada isakan. Ia bingung kenapa banyak sekali masalah yang menimpanya, seakan akan tuhan tidak ingin ia bahagia.

"Keluar Yoo Rin, kamu harus makan! Kamu belum makan dari tadi" suara sang mama dari balik pintu.

Yoo Rin tidak membalas, ia benci dengan mamanya dan keadaan. Dimana sang mama tidak ingin mendengar penjelasan Jong Hoon dan dirinya, dimana juga keadaan tidak berpihak padanya dan Jong Hoon.

Ponselnya terus berdering, sudah 57 panggilan tidak terjawab dari Jong Hoon. Yoo Rin hanya menangis dan menangis.

***

Jong Hoon menarik rambutnya fruatasi. Dari tadi panggilanya tidak dijawab oleh gadisnya. Ia bingung harus gimana, otaknya seakan akan tidak mau bekerja.

"Akhh" teriaknya frustasi.

Jong Hoon berada di Apartemen sekarang. Ia izin pulang untuk tidak mengajar dulu. Pikiranya sedang kacau sekarang.

Jong Hoon mengambil sekaleng bir dari dalam kulkas. Meneguknya langsung hingga tandas. Merasa satu kaleng kurang, ia mengambilnya lagi sampai tujuh kaleng sudah kosong diatas meja makan. Ia tidak mabuk, kenapa bisa begitu? Padahal sudah tujuh kaleng ia habiskan. Mungkin karna suasana hatinya sedang tidak baik sekarang.

***

Sudah tiga hari Yoo Rin tidak ada kabar, membuat Jong Hoon tidak karuan. Ia mencari kesana kesini, menanya pada kenalan Yoo Rin tapi tetap saja tidak ada yang tau keberadaan Yoo Rin sekarang. Yoo Rin juga tidak pernah datang ke kampus, bahkan ia mengundurkan diri dari Hankuk membuat Jong Hoon semakin bingung mencarinya dimana.

"Ada yang tau keberadaan Yoo Rin dimana?" tanya Jong Hoon pada teman sekelas Yoo Rin. Mungkin mereka ada yang tau atau pernah melihatnya disuatu tempat.

"Tidak Professor, kami tidak mendapat kabar apa apa tentan Yoo Rin" balasnya. Jong Hoon menghelang nafas kasar, dimana lagi ia harus mencari Yoo Rin.

Nomor Yoo Rin tidak aktif, mungkin ia menggantinya. Jong Hoon mendudukan dirinya di kursi ruangan. Memijit pangkal hidung yang membuat kepalanya pusing, dengan kantung mata yang menghitam dan tubuh yang sedikit kurus. Jong Hoon tidak makan secara teratur, bahkan ia pernah satu hari tidak makan apapun. Ia hanya sering meminum bir hingga tujuh lebih.

Tok tok tok

"Masuk?"

"Ingin makan bersama? Sudah jam makan siang" tanya Professor kim diambang pintu.

"Tidak, kau saja! Aku tidak nafsu makan" ucapnya

Professor Kim menghelang nafas kasar, ia sudah muak melihat Jong Hoon yang seperti ini.

"Baiklah aku menyerah, Yoo Rin ada di Busan! Aku akan mengirim alamat rumah Yoo Rin Di busan. Jika kau ingin"

Jong Hoon mangkit dari duduknya, memakai Jas yang dilepas.

"Kirimkan padaku segera!" pintanya.

Jong Hoon langsung keluar menuju stasiun, ia ingin ke busan sekarang. Menemui Yoo Rin pujaan hatinya, Jong Hoon sudah sangat rindu ingin memeluk dan membawanya kembali padanya.

Apakah Jong Hoon bisa membawa Yoo Rin kedalam dekapanya lagi?

***

Yoo Rin duduk menatap kosong laut yang sangat damai. Angin angin menerbangkan anak rambut membuat Yoo Rin tambah canti. Di otaknya banyak sekali pikiran yang sangat mengganggu. Jujur, dirinya rindu Professor galaknya. Tiga hari tidak bertemu membuat dirinya sepi dan gelap, tidak ada lampu yang menerangi hidupnya lagi.

Our Destiny To Meet [ Law School ] | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang