5 - Sadar

36 3 0
                                    


Happy reading all.

***

Malam sudah menyelimuti dunia saat ini. Cahaya lampu rumah sakit menjadi penerang ditengah gelapnya malam dan juga pikuknya keadaan.

Suasana ruang tunggu hening dengan kata, riuh dengan isak tangis. Menunggu kabar dari dalam ruang pemeriksaan yang tak kunjung memberi keterangan.

Abi yang duduk di kursi menemani Keena yang masih sesenggukan. Baheen yang masih berdiri, enggan duduk meski kursi di ruang tunggu saat itu masih banyak.

Dari arah pintu masuk, Ifel dengan langkah panjangnya mendekat kearah Keena.

"Apa yang terjadi Keen?" tanya Ifel dengan suara gemetar.

Bukannya dijawab Keena masih menangis saja tanpa mampu menjelaskan, Baheen akhirnya mendekat dan meraih tangan Ifel.

"Kak." panggil Baheen dan menatap Ifel, mengangkat kedua alisnya mengajak.
Ifel mengikuti Baheen, dan berlalu dari hadapan Keena dan Abi.

Disusul Eja, Celin, dan Dara yang baru datang dan menempatkan di dekat Keena yang tak berhenti menangis. Abi pun berdiri dan bergabung dengan yang lainnya.

"Kak, maaf Baheen ngga bisa menjaga Aish dengan baik." kata Baheen saat duduk di lorong rumah sakit dengan Ifel.

"Memang apa yang terjadi Heen? Kenapa Aish bisa sampai masuk rumah sakit seperti ini?" tanya Ifel dengan sedikit menenangkan kekhawatirannya.

"Baheen, belum tau jelas permasalahannya kak. Yang jelas Aisha sempat hilang sepulang sekolah tadi. Dan kami menemukan Aish sudah dalam keadaan seperti ini di dalam gudang sekolah." jelas Baheen.

Mendengar penjelasan Baheen membuat Ifel melempar pandang kepenjuru lorong dan menatap langit-langit rumah sakit yang penuh dengan nuansa putih dan bau obat yang semerbak.

"Aish, itu. Cewek tomboy dan cewek yang ngga pernah bisa diem Heen. Dia adik kakak yang pinter bela diri, jadi kaya ga percaya kalau Aish bisa masuk rumah sakit." terang Ifel menjelaskan tentang Aisha. "Kalau dipikir-pikir, Aisha itu bukan tipe anak yang suka cari gara-gara kak." balas Baheen.

Menolehkan wajahnya kearah Baheen yang duduk tepat disebelahnya, tersenyum. "Kamu belum kenal Aish, Heen." balas Ifel melanjutkan kegiatannya memberi kabar Mamanya.

Baheen hanya menganggukan kepalanya, benar juga. Baheen memang belum begitu mengenal sosok Aisha.

***

Diruang mawar, tampat Aisha yang pucat pasi terbaring dikasur rumah sakit dengan segala alat bantu yang menempel dihidung dan bagian badan lainnya. Kepala yang diperban dan wajah yang memar tak mengurangi kecantikannya.

Yang ditemani oleh ke-empat sahabatnya, Baheen dkk, dan Ifel yang masih menunggu Aisha sadar.

Dengan Baheen yang duduk dikursi sebelah kanan Aish berbaring, isyarat bahwa kesadarannya sudah kembali diperlihatlan oleh gerak jari juga mata cantik Aisha yang mulai terbuka.

"Aish! " sontak yang lainnya terkejut dan menghampiri Baheen yang memanggil nama Aisha, dengan keadaan Aisha yang berhasil membuka kedua matanya.

Bola mata Aish menyusuri setiap sudut ke sudut dan bertabrakan dengan mata Baheen. "Kenapa, gue di rumah sakit?"

"Ma, Pa. "

Panggil Aisha yang berhasil menangkap wujud kedua orangtuanya yang berjalan mendekat dan Amira yang langsung duduk di ranjang pasien, sebelah Aisha.

"Gimana? Mendingan sekarang? Masih sakit? Pusing? Coba sekarang cerita. "

Seraya menekankam kedua tangan didamping kanan dan kiri badannya dan berusaha bangun. Dan dibantu dengan uluran tangan Amira membenarkan posisi duduk anaknya.

Baheen AdelouahidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang