09

594 64 1
                                    

Tok

Tok

Tok

Nova jalan menuju pintu depan rumahnya. Belum ada yang mengetuk pintu rumahnya sebelumnya. Ketika ada tamu pasti tamu tersebut akan memanggil nama orang yang mereka butuhkan.

Pintu rumah terbuka, Nova memandang anak muda yang ada di depan pintu rumahnya.

"Nyari siapa, nak?" tanya Nova. Anak muda di depan pintu rumahnya sedikit lebih tinggi dari pada anak sulungnya. Di belakang anak muda yang tinggal itu, ia melihat anak lain yang menggunakan kacamata.

"Satya ada Tante?" Tanya Jaya. Jaya tersenyum sopan sambil meletakkan tangannya ke belakang tubuhnya.

Nova langsung paham. Pasti yang ada di depannya ini adalah teman baru Satya. Tadi Satya sudah memberi tahunya kalau akan ada temannya yang datang untuk bermain bersamanya di halaman belakang.

"Satya nya lagi pake baju, yuk masuk dulu." ucap Nova. Ia membuka pintu agar lebih lebar. Tak sengaja ia melihat Satya yang berdiri di belakangnya.

"Mama ke dalam dulu buat bikin minum."

Satya mengangguk. Ia tersenyum simpul pada Jaya dan Azka.

"Mau langsung main?" Tanya Satya.

"Kita cuma bertiga, mana seru. Oh iya, ajak Nayya sama teman temannya boleh lah ya." ucap Azka.

Jaya dam Satya menatap Azka bingung. Ada apa dengan Azka?

"Hehe, kayanya gue tertarik deh sama Alena."

Satya dan Jaya langsung tersenyum. Satya tersenyum karena sedikit geli dengan Azka yang suka sama teman pentakilan Nayya. Kalau Jaya, dia tersenyum karena senang Azka sudah putus hubungan dengan buku fisika.

"Yaudah lu jemput aja sono, si Alena nya. Kita berdua tunggu di sini." suruh Jaya.

"Kan gue bilang 'nayya sama teman temannya', berarti lu berdua yang jemput Sonia sama Nayya. Babay, gue ke rumah Alena dulu." Azka segera berlari keluar dari pekarangan rumah Satya. Ia sudah tahu dimana rumah Alena, rumah Alena tepat berada di depan rumah Nayya.

"et, Ka! Masa kita berdua jadi tumbal sih!" teriak Satya. Namun sepertinya Azka tidak mendengar teriakannya.

Jaya menepuk pundak Satya. "gue jemput Sonia, biar lu yang jemput pacar lu. Gue ke tempat Sonia dulu." Jaya pun berlari mengikuti jejak Azka.

Satya menghela nafas pelan. Sangat memalukan datang ke rumah Nayya sore sore seperti ini. Ia hanya menggunakan kaus oblong dengan celana pendek berwarna abu abu. Untung kalau yang buka pintu Nayya, kalau yang buka pintu mama nya? Malu banget.

Tidak mau menambah beban pikiran, Satya lekas menuju rumah Nayya. Kali ini melewati pagar samping yang menghubungkan rumah keduanya.

Satya mengelus dadanya pelan. Tiba tiba jantung nya berdetak dengan cepat saat tiba di depan rumah Nayya.

"oke Sat, lu pasti bisa."

Pria tampan itu memencet bel rumah 'pacar' nya dengan gugup. Ia mendengar respon dari dalam. Ia menghela nafas lega saat yang merespon bel nya adalah 'sang kekasih'.

"iya siap-pa.. ngapain lu disini?" tanya Nayya dengan muka malas.

"mau ikut main tenis meja di rumah gue gak?"

Nayya meletakkan punggung tangan kanannya di kening Satya. Gunanya untuk mengecek apakan Satya masih sehat apa tidak.

Satya menepis tangan Nayya pelan. "ngapain lu?"

[✓] Pacar | Park SunghoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang