1

7 3 1
                                    

Mata bulat Dita melongok ke arah luar jendela. Pikirannya mengawang entah kemana, menghiraukan segala hiruk yang keluar dari mulut guru pengajar.

"Dit... Ditaa"

".."

"DITA SILAKAN BERDIRI!", bentakan dari Bu Desta menggetarkan gendangnya. Tubuhnya beranjak cepat dengan mata yang bergetar, pikirannya tak sejalan dengan situasi. Saat ini pikirannya sedang menghadapi kegalauan namun di depannya terdapat guru kiler yang siap menebasnya.

"Maaf bu, tadi saya nahan.. Jadi ngga fokus bu", Dita mencoba bokis berharap Bu Desta tertipu, yah meskipun kemungkinannya kecil karena Bu Desta selalu handal dalam memergoki kebohongan para siswanya.

Dita mencoba tegak dengan sorot mata yang dibuat-buat seperti menahan tabungan uang yang seakan sudah diujung. Perutnya refleks memegang perut. Reno, sahabat karibnya yang cepat memahami situasi langsung membuat sound "brettt" dari mulutnya, satu tangannya menjepit hidung untuk segera berakting.

"Gila ditt.. Lo kentutt??! Bau bangettt sumpaahhh.. Idihh", sekelas dibuat tertawa karena ujaran Reno. Dita dibuat bersyukur tapi entah kenapa rasanya sedikit dongkol.

"I-iya bu, saya kebelet.. Pengen menabung bu.. Maaf saya tidak sopan.. Izin ke kamar mandi bu", akting Dita masih terus berlanjut. Nanggung jika ketauan bohong maka hukumannya dilipat gandakan. Apalagi Bu Desta termasuk guru kejam yang memberi hukuman siswanya tak tanggung-tanggung. Minggu lalu Dita kegep bengong dan diberi hukuman membersihkan uang (t*i) di toilet yang berserakan di lantai toilet siswa. Dita tidak mau kembali ke neraka itu, bagaimana bisa seorang manusia apalagi siswa bisa berak di lantai. Padahal sudah enak-enak disediakan lubang buat menabung tapi malah lebih milih yang ceper, kan jadi menyumbat dan roti coklat berserakan di mana-mana.

"Iya udah sana.. Awas hati-hati cepirit di jalan ya! Pegang pantatmu jangan keluar dulu", di hati Dita berteriak girang. Dita segera keluar dari kelas tak peduli olokan teman-teman kelas recehnya yang semakin riuh.

"Gila si dita cantik cantik malah mau berak di celana", sahut Danang dengan poni cepaknya.

"Cantik iya, tapi sayang behavior nya bukan manusia.. Kalo di raditya dika setengah salmon, mungkin dita lebih ke setengah babon (induk monyet)", si Rina menanggapi sembari mengupil dan menjilatnya sedikit.

"Iya yah, gue ga ngebayang dita bawa kerikil ke mana mana buat nahan berak wkwkwk", kali ini ucapan Galang membuat seisi kelas tertawa. Galang berujar sambil menggosok cincin batu akiknya.

"Anjirr lahh nyett ati ati tambah galaku lo", jamet kelas si Sirot menanggapi dengan rambut anti badai yang bukan mirip syahrini tapi lebih ke sarang tawon.

"Dita besok lo gue bawain popok biar lo ga perlu ke kamar mandi! Tinggal ngeden aja wkwkkwwkw", candaan mereka semakin jorok membuat Dita yang tadinya muka lempeng jadi nahan malu sampai mukanya mirip ikan fugu.

****
"Lo ngapain sih dit.. Seminggu udah bengong mulu kerjaan lo.. Perasaan nih ya.. Gue sebagai sohib lo dari bocah.. Gapernah liat tuh lo galau galau an.. Ya gue tau lo ga laku.. Tapi beberapa kali kan gue udah pernah bilang.. Ambil hikmahnya! Lo jadi lebih bebas kalo jomblo! Lo lebih bisa makan kayak gorilla seperti biasanya, sedangkan kalo lo punya pacar.. Lo harus bagiin makanan lo.. Gue tau lo kalo makan kek babi, gue kapan hari minta snack komo sebiji aja ga lo kasih! Udah pokoknya jomblo itu enak deh, gausah dibikin pusinglah!", Reno yang awalnya sekedar menegur Dita malah semakin nyerocos ke mana-mana. Bukannya malah menghibur tapi malah pidato keutamaan jomblo dengan kelakuan minus Dita.

"Oke kalo gitu gih lo putus aja sama Nesa", jawaban Dita membuat Reno kicep. Salah lagi.. Salah lagi batinnya, ingin menghibur tapi malah jadi bumerang.

Jomblo Akut (Edisi manusia Imitasi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang