Jangan lupa vote dan komennya
Typo : Anugrah
Happy Reading
***
Renjun dan Jeno duduk bersisian berhadapan dengan Doyoung yang menatap mereka dengan tatapan penuh selidik.
"Jadi begitu cerita kalian.. " Doyoung mengangguk setelah mendengar cerita dari dua anak di hadapannya.
"Sebenarnya aku ragu akan keluar ASI karena aku keguguran di minggu ke 12, tapi ternyata uhm.." Ujar Renjun takut takut.
"Tidak juga.. Asi juga keluar jika hormon ibu hamil tidak stabil di minggu ke 14. Kau terlihat tidak stabil, jadi itu memungkinkan.. " Jeno menatap Renjun serius dan Renjun serius ingin meninju Jeno karena mengatakan dirinya tidak stabil. Tapi ia tahan karena ucapan Jeno masuk akal.
"Apa Dokter salah mendiagnosis?" Gumam Renjun pelan.
"Tidak juga.. Dokter kadang kurang akurat dalam menentukan umur jika ada beberapa faktor lain yang mempengaruhi..." Balas Jeno.
Renjun menatap Jeno takjub. "Kau seorang dokter?" Tanya Renjun.
Jeno menggeleng. "Aku seorang General Manager.. " Jeno tersenyum tipis.
Renjun mengerjap lalu mengangguk. "Pengetahuanmu menakjubkan.. " Puji Renjun.
Doyoung menghela nafas. "Kalian tidak seperti orang yang baru mengenal, dan Jeno tahu soal kedokteran karena aku dulunya seorang dokter.." Sela Doyoung.
Renjun menatap ibu Jeno itu dengan tatapan bingung. "Oh? Apa itu berpengaruh?" Tanya Renjun.
Doyoung menatap Renjun jengah sementara Jeno sibuk menahan tawanya. Ternyata Renjun punya sisi luar biasa. Menggemaskan, polos dan menyebalkan.
Renjun buru buru menutup mulutnya. "Kalau begitu bisa aku ambil kembali dompet dan ponselku? Aku harus segera pulang.. " Ujar Renjun pelan.
"Oh.. Sebentar biar aku ambilkan.. " Jeno bangkit lalu mengambil ponsel dan dompet yang sepertinya ia simpan di kamarnya karena ia pergi menuju kamarnya.
Tidak lama Jeno kembali dengan Jisung di gendongannya. Bayi itu tidak menangis hanya sibuk mengemut tangannya.
Renjun menerimanya dan langsung mengenggamnya erat. Ia menatap Jisung dengan mata beningnya. "Jisung bangun?" Tanya Renjun.
Jeno mengangguk, kembali duduk di tempat semula. Jisung tertawa lalu tangan mungilnya mencoba mulai mengapai gapai Renjun. "Maa.. Maa.. Ma.. Maa.. "
Membuat Renjun ikut tertawa kecil. "Baby Ji menggemaskan.."
"Itu kata pertama Jisung.." Ucapan Doyoung membuat Renjun membeku di tempatnya.
Kepalanya terasa kaku untuk menoleh menatap Doyoung. Setelah mata mereka Renjun bisa melihat Doyoung menatap Renjun dengan tatapan sendu.
Renjun menatap Jisung yang masih menatap dan tertawa. Renjun tersenyum tipis mengusap Jisung lembut.
Lalu menatap Doyoung dan Jeno bergantian. "Aku harus segera pulang.. Aku janji tidak akan lama dan sekarang aku hampir 5 jam di sini.. " Renjun tersenyum kecil."Baby Ji anak baik.. Nanti Imo mampir lagi kapan kapan ya.. " Renjun kembali mengusap Jisung, merasa gemas dengan bayi itu.
Renjun bangkit berdiri. "Kalau begitu terimakasih banyak.. " Renjun membungkuk lalu berjalan menjauh.
Jeno tidak banyak bicara, melirik Eommanya yang sepertinya sibuk dengan isi pikirannya.
Jisung juga diam lalu mulai merengek sadar jika yang ia panggil "Ma.." akan pergi.
Dia menangis sambil mengucapkan "Ma.." Dengan tangan berusaha menggapai Renjun.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐈𝐭'𝐬 𝐁𝐞𝐜𝐚𝐦𝐞 𝐌𝐲 𝐁𝐚𝐛𝐲 [Noren-Sung]
Fanfiction[COMPLETED] Tuhan entah kenapa memberikan keadilan dengan sangat kejam, Haruskah Jeno bersyukur dengan apa yang terjadi di hadapannya ataukah mengumpat? Ini keadilan yang sangat menyakitkan. Jisung yang kehilangan sang Mama. Renjun yang kehilang...