06

2.1K 234 34
                                    

Jungkook menghempaskan tangan Taehyung. Berniat pergi, tapi lagi-lagi tangannya dicekal oleh Taehyung. Walaupun keadaannya lemas tetapi kekuatan Taehyung tidak bisa diragukan. Cengkraman Taehyung perkuat agar sang kekasih tidak akan lagi meninggalkannya.

Tidak ada jawaban dari belah bibir Jungkook. Yang ada, tatapan membunuh seakan ingin mencekik leher Taehyung sekarang juga. Jika dirinya tidak menyayangi kedua orang tua Taehyung, sudah bisa dipastikan jika saat ini Taehyung sudah mati ditangannya. Hanya saja ia tau, jika Taehyung pernah jadi bagian kenangan terindah di hidupnya.

"Lo mau gue tembak lagi?"

"Shhh", Taehyung ingin memposisikan dirinya untuk duduk. Tetapi karena lengan di bahunya masih terasa ngilu, sehingga dirinya meringis kesakitan.

"Biar gue bantu."

Tidak ada angin tidak hujan, tiba-tiba seseorang datang dan masuk ke ruangan Taehyung. Jungkook sontak mengeraskan rahangnya. Bisa-bisanya orang ini masuk tanpa seijin darinya. Bahkan Taehyung yang dibantu membuka mulutnya lebar-lebar.

"Lyora, kapan kau datang?"

"Gue baru aja sampai. Tadi gue mampir ke mansion lo, tapi kata bibi lo masuk rumah sakit. Jadi gue menghubungi nyokap bokap lo tadi."

Tanpa mereka sadari, seseorang menatap keduanya dengan pandangan yang tidak enak.

"Gimana luka lo? Masih sakit?"

"Gak, gue udah mendingan. Lo gak-", belum sempat meneruskan ucapannya Jungkook berdehem mengintruksi keduanya.

"Ekhem, sepertinya kehadiran gue ganggu. Gue pulang."

"Jungkook!"

Mengabaikan panggilan Taehyung yang memanggil namanya. Ia cukup kesal karena diabaikan. Sejak kehadiran wanita itu, Taehyung tidak menyadari jika Jungkook masih berada disampingnya. Bahkan kekesalan Jungkook belum sepenuhnya pulih, tetapi Taehyung sudah berulah dengan tingkahnya.

"Dia siapa?"

"Pacar gue."

"Oh."

Pacar? Tidak bisakah Taehyung membanggakan Jungkook didepan orang lain? Bahkan, Jungkook membanggakannya sebagai calon tunangan. Tapi apa ini? Tanpa Taehyung tau jika Jungkook menguping di balik pintu yang tidak tertutup sepenuhnya.

Hatinya sakit, telinganya panas, air matanya tidak bisa dibendung lagi. Sudah terlalu cukup ia memaafkan Taehyung, namun tergantung waktu yang berjalan. Ia pergi begitu saja tanpa berpamitan dengan orang tua Taehyung. Ia tau jika didalam sana Taehyung sudah membaik dengan kedatangan wanita yang sama sekali tidak ia kenal.





Hari berlalu, sudah satu minggu Taehyung dirawat. Sejak kejadian dirumah sakit bersama seorang wanita, Jungkook sama sekali tidak menjenguknya. Handphone nya bahkan tidak bisa dihubungi. Taehyung cemas, namun ia juga cukup kecewa. Pasalnya, Taehyung menanti kehadiran Jungkook saat dirinya tengah sakit. Namun, harapannya nihil. Jungkook bahkan tidak peduli dengannya.

Berbeda dengan Jungkook. Hari-harinya diisi dengan kekosongan jiwanya. Waktu terasa hampa dan begitu cepat. Ia sering sekali melamun. Bahkan dirinya tidak berbicara satu katapun kepada kedua orang tuanya, maupun Mingyu. Ia lebih banyak diam. Ia masih ke kampus, tetapi pikirannya kosong. Dosen hanya menjadi figuran dimatanya.

Untuk menyemil saja dirinya tidak mau, tidurnya tidak teratur. Kantong matanya bahkan menghitam. Makanannya tidak pernah ia sentuh. Hanya meminum susu setiap harinya. Hal itu menjadi kekhawatiran sang mama yang melihat anaknya sangat terpuruk. Pasalnya Taehyung adalah satu-satunya orang dihidup Jungkook. Ia sangat mencintai pemuda itu. Namun nyatanya semuanya musnah. Tidak ada senyuman maupun rengekan. Kedua hyungnya bahkan bekerja dirumah, hanya untuk menemani Jungkook bermain. Tapi nihil, semuanya sia-sia. Ia tidak mood untuk beradu game dengan kedua hyungnya.

ABYSS OF DARKNESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang