7

18 3 0
                                    

Gue rasa virus ini bakal lebih lama dari perkiraan gue. Terbukti sekarang udah hampir tiga bulan belom ada tanda-tanda penuruan kasus. Justru semakin banyak korban yang terinfeksi dari yang gue liat di berita.

Kemarin karena stok makanan dirumah udah mulai menipis. Mama minta tolong gue buat nganterin dia belanja. Yang tentu naik mio ijo kesayangan gue alias si bonsay. Boni sayang.

Geli nggak? Yaudah kenyataannya begitu.

Selama perjalanan gue cukup terkejut terheran-heran. Baru kali ini gue keluar ngeliat jalanan lebih sepi dan lengang dari biasanya. Toko-toko juga beberapa ada yang tutup. Gue di supermarket juga nggak begitu lama cuma beli bahan seperlunya dan secukupnya.

"Ma, beli frozen seafood dong," Tangan gue sambil milih-milih, "Ryu mau masak ramen ala korea."

Mama yang lagi ngecek barang belanjaan di troli langsung menatap gue ngeri.
"Elo aja kaga bisa nyalain kompor!"

"Mama! itu kejadiaan udah empat tahun lalu masih aja dibahas."

"Tetep aja tuh kejadian bikin satu rt jantungan!"

"Hadeh, tapi jadi beli kan? Beli dong? Beli ya?" Tanya gue lagi memastikan

Mama menghela nafas. "Asal dapur Mama nggak di ledakkin aja."

"Allahuakbar Ma! Ryu tuh mau masak. Bukan masang bom." Ucap gue frustasi

Akhirnya gue sama Mama lanjut beli barang-barang lain. Kayak buah, bahan masakkan, rempah-rempah, sama yang terakhir masker. Ngomongin soal masker, kemarin gue sempet nonton berita.

Semenjak ada si kecil, entah kenapa gue jadi lebih sering nonton berita. Soalnya semenjak Papa lebih sering kerja dirumah, Papa jadi suka nongkrong di depan tv. Yang mau nggak mau gue jadi ikut-ikutan Papa.

Sedih banget sih, lagi situasi kayak gini ada beberapa oknum yang manfaatin situasi. Nimbun masker misalnya. Haduh, disaat orang berusaha untuk melindungi diri sendiri dengan memakai masker. Karena oknum kayak gitu yang ngebuat kita sebagai masyarakat kelimpungan. Gimana nggak, harga masker dari yang tadinya berapa jadi nggak masuk diakal.

Pengen gue gedor aja gitu hati nuraninya.

Kelar belanja, gue mutusin buat pulang ke rumah. Bingung juga mau kemana lagi. Tempat-tempat buat sekedar kongkow cantik juga banyak yang tutup.

"Ma, ada lagi nggak yang mau dibeli?"

"ANTERIN MAMA BELI POT SAMA PUPUK DULU!" Balas Mama sambil teriak

"Hhhhhhh...mau nanem apaan lagi? Itu kebon aja seucrit."

Mama buka kaca helmnya. "Nurut aja cantik. Besok minggu kita bercocok tanam."

Gue menghela nafas lelah. Kayaknya argumen gue akan selalu kalah kalo lawan debat gue Mama sendiri. Lebih baik ngalah dari pada gue nggak fokus nyetir dan berakhir bonsay nyium tembok rumah orang.

"SIAP NDAN!"

***

Setelah rencana yang kemaren udah Mama susun. Hari ini kita mulai eksekusi. Gue pikir Mama bakalan lupa, trus gue bisa melanjutkan tidur untuk mengejar mimpi. Mimpi mengejar cintanya akang Jaehyun. Sungguh indahnya dunia perhaluan. Tapi sayang, rencana yang udah gue susun tiap weekend selalu berakhir gagal kalau Mama sudah berkata A.

Mau gimana lagi kan, dari pada gue di semprot ceramahan pagi-pagi lalu dibanding-bandingkan dengan anak tetangga yang lebih rajin. Maka gue memilih menjadi Ryu si penurut.

[AADC] - Ada Apa dengan CoronaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang