Dandelion Prolog

729 75 23
                                    

"Bermain dengan para pelacur maksutmu?," Tangan Singto terangkat, menepuk punggung Earth dengan gemas.

"Oih Sing jangan terlalu keras, orang-orang bisa mendengar nya." Earth berbisik dengan raut wajah sedikit kesal, sembari menepis tangan Singto agar menjauh dari tubuh bagian belakang miliknya.

"Memang kenapa kalau orang lain mendengarnya? Kau keberatan dengan hal itu?,"

"Tentu saja, jika mereka mendengarnya pasti sebentar lagi akan muncul isu isu buruk bertebaran mengatasnamakan nama ku. Huh, merusak reputasi ku saja."

Mendengar jawaban yang keluar dari mulut Earth, sontak membuat Singto menggelengkan kepala nya berkali-kali. Merasa geli sekaligus aneh dengan tingkah anak itu, haruskah berteman dengan seorang Earth pirapat disebut sebagai keberuntungan?

Ah, tidak mungkin. Bagi Singto berteman dengan Earth adalah hal terburuk yang tidak pernah dia harapkan untuk terjadi, dalam kehidupan nya.

"Kau bersetubuh dengan seorang siswi fakultas lain di parkiran kampus kita, dan kau menyalahkan orang-orang yang menyebarkan isu buruk tentang dirimu?," Earth memandangi wajah Singto yang terlihat tengah memandangi nya, merasa aneh.

"Tidak ada orang yang menyukai ketika isu buruk bertebaran mengatasnamakan namanya, khun Singto,"

"Kau benar, tapi silahkan bercemin khun Earth. Kau yang memancing mereka untuk menciptakan isu buruk itu. Lagipula melakukan hubungan intim di parkiran kampus? oih, kufikir uang yang diberikan oleh orang tua angkat mu itu sudah lebih dari cukup ternyata tidak."

Earth berdiri dari duduk nya, kemudian memandangi Singto dengan raut wajah tak senang.

"Kau mengatai ku tidak mampu, begitu?,"

"Tepat sekali. Kau itu tidak bermodal, ingin bermain dengan wanita yang notabene nya incaran seluruh pria di kampus kita, tapi hanya memiliki parkiran sebagai aset nya. Parkiran kampus pula."

Earth ingin kembali menganggapi kalimat Singto, namun Singto kembali bersuara, membuat Earth mengurungkan niatnya.

"Dengarkan aku Earth, jika kau butuh uang untuk menyewa hotel atau sebuah ranjang king size. Kau bisa mencariku, jangan bertingkah setidak bermodal itu dong. Kau ini membuat ku malu saja,"

Kalah telak. Kalimat Singto membuat Earth hampir tidak bisa berkata-kata lagi sekarang.

"Ah sudahlah, intinya isu buruk itu mengganggu ku,"

"Bakar saja jika memang menggangu mu."

Earth kembali menolehkan kepalanya, kemudian tersenyum licik.

"Apa yang harus kita bakar? berita yang mereka sebarkan atau orang yang menyebar kan?,"

"Keduanya."

✦ ✦ ✦

Singto tiba dirumahnya lebih awal, anak itu pergi memarkirkan mobil terlebih dahulu kemudian berjalan menuju pintu utama rumahnya.

Tangan Singto tergerak untuk meraih kenop pintu rumah itu, namun belum sempat meraih nya. Seseorang sudah lebih dulu membuka pintu tersebut dari arah dalam rumahnya.

"Eh, siapa kau?,"

Singto menaikkan sebelah alisnya, menatap bingung ke arah orang asing yang tengah berdiri berhadapan dengan nya saat ini. Manik mata keduanya masih bertemu, saling memandangi satu sama lain.

"Kau siapa?," Singto kembali bersuara, menanyakan hal yang sama dengan kalimat yang sedikit berbeda.

"Hah? a , aku itu - "
"Aku aku apa? kau penguntit ya?"
"Aw?! enak saja mengatai ku penguntit,"

Dandelion 🔞 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang