satu

25 4 1
                                    

Hayyy aku datang bawa cerita baru. Semoga suka ya:)

Tolong pencet bintang di pojok ya.

Makasih yang udah pencet<3

Happy reading

Gadis berambut panjang tergerai dengan balutan seragam sekolah yang melekat pada tubuhnya, ia sedang mengendap-ngendap di balik pagar besi yang menjulang tinggi. Sudah pukul 08.30 namun gadis itu baru saja sampai di sekolah.

Gadis itu nampak celingukan, memerhatikan situasi sekitar. Dirasa cukup sepi dan aman untuk melakukan aksinya, gadis itu dengan cepat mengambil ancang-ancang untuk menaiki tembok tepat di sebelah pagar besi. Tanpa kesusahan gadis itu berhasil memanjat tembok yang cukup tinggi karena sudah terbiasa ia melewati tembok itu saat dirinya terlambat, jadi itu hal cukup yang mudah.

Gadis itu melompat turun ke tanah. Tanpa terluka sedikitpun. Tersenyum senang karena ternyata tidak ada yang melihat aksinya. "Ternyata Dewi Fortuna sedang berpihak ke gue" gadis itu menepuk-nepukkan telapak tangannya dengan gerakan seperti membersihkan debu.

"Tapi sayangnya gue malaikat pencabut nyawa, bukan Dewi Fortuna." Bisik seseorang tepat di telinga sebelah kiri gadis itu.

"SETAN!!!" Gadis itu terperanjat karena terkejut dengan suara bisikan yang tiba-tiba muncul tepat di belakangnya.

"Lo ngapain disitu setan, ngagetin gue tau gak?"

"Nggak ada setan seganteng gue, dan gue emang dari tadi disini, ngeliatin lo lompat tembok sambil ngendap-bgendap kayak maling"

Gadis itu memutar bola matanya malas namun kemudian gelagapan setelah mendengar ternyata aksi lompat temboknya ternyata ada yang menyaksikan. "J-jangan ngarang lo ya, gue abis dari... dari...." ucapan gadis itu terbata-bata. Karena demi apapun sekarang ia tau apa yang akan selanjutnya terjadi.

"Apa? Mau alesan apalagi? Kapan sih lo mau kapoknya?" cowok itu menarik tas yang masih dipunggung gadis yang memanjat tembok tadi. Namun gadis itu malah dengan sengaja menarik kembali tasnya.

"Biarin gue lolos ya Sa kali ini, ntar gue traktir lo deh sepuasnya?." Laksa, cowok itu nampak berpikir dengan tawaran zeya, gadis itu.

"Oke, tapi lo harus bantuin gue dulu." Ucap Laksa. Demi apapun Zeya tersenyum sumringah sekarang dan ia langsung mengangguk setuju.

Zeya mengikuti langkah kaki Laksa. Dengan senyuman yang belum luntur sama sekali sedari tadi. Laksa yang melihatnya mengerutkan keningnya. Namun sedetik kemudian Laksa menyeringai.

Laksa membawa zeya ke tengah-tengah lapangan. Zeya memerhatikan sekitar. Ia tersadar bahwa ia sedang berada di tengah-tengah lapangan. Namun kenapa Laksa membawanya ke tengah lapangan?.

"Ngapain sih sa disini? Panas tau" ucap Zeya sambil terus menatap sekitar.

Laksa menatap zeya dengan tatapan datar. "Lo buta? Tuh sampah banyak, pungutin sampai bersih" zeya membolakan matanya, ia tidak salah dengar? Jadi ini yang di maksud Laksa membantu?. Ini namanya sama saja dirinya di hukum. Laksa sialan.

"Sa jangan bercanda deh, itu sampahnya banyak banget mana lapangannya Seluas sawah bokap gue yang berhektar-hektar"

"Mataharinya juga panas banget, ntar kalo gue item dekil lo mau tanggung jawab? Gue perawatan pake duit ya Sa, bukan pake kerikil"

"Ntar pacar gue ilfiel terus mutusin gue, emang lo mau tanggung jawab juga?."

Laksa menggosok telinganya mendengar ocehan dan mulut mercon Zeya. "Udah curhatnya? Bersihin sampe jam istirahat pertama harus udah selesai." Setelah mengucapkan kalimatnya Laksa berlalu dari hadapan Zeya yang masih berdiri di tengah lapangan seorang diri.

ZeyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang