empat

5 2 0
                                    

Jam pelajaran di mulai. Kelas XI MIPA 3 sangat berisik karena tidak ada guru yang mengajar. Laksa kedapatan lewat depan lewat kelas tersebut karena sehabis dari perpus mengembalikan buku. Kelas itu sangat berisik akhirnya Laksa langsung masuk ke dalam kelas itu.

Laksa mendekati siswa yang duduk paling depan dekat pintu yang menjadi ketua kelas. "Kenapa pada ribut? Udah ada guru yang masuk tadi?" Tanya Laksa.

"Belum kak, nggak dikasih tugas juga, cuma dapet kabar kalo Bu Yuli berhalangan masuk kelas." ucap ketua kelas.

"Lo ketua kelas ini kan?" Tanya Laksa yang diangguki oleh cowok ketua kelas itu. "Terus gunanya lo apa kalo nggak bisa nertibin kelas lo? Mau di kasih tugas atau enggak, harusnya lo sebagai ketua kelas wajib bisa ngatur kelas lo. Karna itu tanggung jawab lo. Mundur dari jabatan lo kalo lo nggak bisa bertanggung jawab sama tugas lo" ucap Laksa lantang. Membuat seisi kelas seketika diam menatap Laksa. Terlihat dari raut wajah Laksa sang ketua osis menahan amarahnya. Matanya menatap tajam ketua kelas di hadapannya.

Atensi Laksa beralih menatap semua siswa yang berada di ruangan. "Dan buat lo semua, ini kelas bukan pasar. Perbuatan kalian ini bisa menganggu proses belajar kelas lainnya. Kalian udah SMA jangan childish kayak anak SD yang susah diatur. Kalo guru nggak ada, inisiatif minta tugas ke BK. Jangan malah ribut teriak-teriak nggak jelas." Setelah mengatakan itu Laksa keluar dari kelas itu.

Semua siswa yang berada di kelas XI MIPA 3 masih diam membisu walapun Laksa sudah keluar. Mereka tidak berisik lagi. Memang teguran dari Laksa sangat ampuh. Selain dari kata-kata Laksa yang selalu sukses menyadarkan namun juga aura dan tatapan Laksa sangat mencekam dan mendominasi. Tidak ada yang mampu menatap Laksa saat cowok itu sedang marah dan memberi teguran pada siswa yang salah.

Laksa kembali ke kelasnya. Ia duduk di bangkunya. "Sa lo pasti dari kantin kan? Lo balikin buku lama banget soalnya. Pasti lo abis makan kan?" Bisik Arga yang duduk satu bangku dengan Laksa. karena masih ada guru yang mengajar di depan jadi Arga hanya berbisik takut pak Jackson mendengar.

"Emangnya gue lo?" Arga menelan ludahnya, niatnya mau godain Laksa malah dia yang jadi korbannya.

"Oh gue tau, pasti lo abis nyamperin Zeya kan? Ngaku lo" bisik Arga kembali.

"Kemaren tetangga gue kepo besoknya mati." Jawab Laksa dengan raut wajah serius. Membuat Arga membulatkan matanya.

"Sialan lo, jangan nakut-nakutin gue sa"

"Yaudah diem, tuh kerjain soal nya" ucap Laksa menunjuk papan tulis.

Di sisi lain Zeya sedang meletakkan kepalanya di atas meja. Pelajaran sejarah memang sangat membosankan. Guru yang bercerita tentang jaman dahulu membuat Zeya mengantuk. Zeya memejamkan matanya. Suara guru yang menerangkan di depan bagai alunan lagu pengantar tidur bagi Zeya. Tidak salah kan jika Zeya tertidur karena suara guru itu terdengar merdu di telinga Zeya.

"Ze bangun, Bu Rosa ngeliatin lo. Zeya bangun woy" bisik Maya sambil mengguncang lengan Zeya pelan.

Bu Rosa menghampiri meja Zeya dan Maya. Maya sudah keringat dingin karena demi apapun Bu Rosa itu galak. Kalo sampe ada siswa yang ketahuan tidur di kelasnya pasti akan habis di tangan Bu Rosa. Maya hanya bisa berdoa sekarang, semoga Zeya di beri keberuntungan agar tidak kena amukan dari Bu Rosa.

Bu Rosa mengetuk meja Zeya dengan spidol. "aduh May berisik, gue mau tidur bentar." Jawab Zeya masih dengan mata terpejam.

Bu Rosa tak menyerah. Ia terus mengetukkan spidolnya di meja Zeya lebih keras. Hingga Zeya terbangun.

"Anjing, gue bilang diem" teriak zeya. Seketika mata Zeya melotot saat membuka matanya. Tamat sudah riwayat Zeya.

"Berani ya kamu tidur di jam pelajaran saya, dan mulut kamu ini apa tidak pernah di ajarkan sopan santun sama orang tua kamu?!" Bentak Bu Rosa.

ZeyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang