TDOL - 10

59 16 2
                                    

“Hentikan.” Rossy bergumam tajam, menyuruh Hugo menghentikan permainan pianonya. Mereka sudah berdua saja sekarang di ruangan itu. Tepat didalam ruang studio musik milik Hugo, sesuai kesepakatan mereka berdua bahwa Rossy akan membantu kesuksesan Album debut mereka yang baru.
 
Dan Rossy menyuruh Hugo memainkan kembali Tuts Tuts piano untuk menemukan nada yang pas demi keselarasan antara lirik dan nada. Hugo menghentikan permainannya dan langsung bertatapan dengan mata tajam Rossy.
 
“Apa yang mengganggu pikiranmu Hugo? Kau tahu bukan lirik lagu ini menceritakan tentang terobsesinya seorang laki-laki terhadap kekasihnya, dia rela mengorbankan apapun agar sang kekasih tetap memilihnya. Coba kau fikirkan ketika seorang yang kau cintai akan meninggalkanmu dan kau tidak bisa untuk melepasnya. Dengan permainan yang menyayat hati itu akan menarik banyak pendengar.”
 
Rossy berdiri di depan Hugo, menatap tajam ke arah laki-laki itu yang terdiam, kemudian mengulurkan jemarinya dan meraih dagu Hugo yang menunduk, laki-laki terlihat begitu frustasi “Apa yang mengganggu pikiranmu, Hugo?”
 
Hugo memalingkan mukanya, melepaskan diri dari jemari Rossy di dagunya, “Tidak.. bukan apa-apa, maafkan aku, kurasa aku hanya lelah.”
 
“Lelah?” Rossy mengangkat alisnya, “Itu bukan kamu sekali Hugo, kita berbagi kehidupan Hugo. Aku tahu kau tidak sedang baik-baik saja.”
 
Pipi Hugo langsung memerah dan Rossy tidak memerlukan jawabannya, dia menghela napas panjang, tampak kesal.
 
“Masalah cinta.” Rossy bergumam menghina tidak mempedulikan pelototan tersinggung Hugo, “Aku hanya berusaha untuk membantumu dan kau malahan berkutat dengan cintamu yang bertepuk sebelah tangan.”
 
Bagaimana laki-laki itu dapat bercerita jika setiap malam Hugo selalu bermimpi buruk. Mimpi yang membuatnya enggan untuk tidur lagi. Mimpi yang membuatnya bergadang berhari-hari. Mimpi dimana Rossy bersama dengan Melvin. Apa dimasa lalu mereka pernah saling berhubungan.
 
Kalian pasti pernah membaca bahwa orang akan terlahir kembali dan kadang ada orang yang masih mengingat kehidupan dimasa lampau melalui mimpi. Jadi jangan kaget bila dimasa lampau wajah kalian mirip seseorang. Jangan berharap kalian ingin menjadi reinkarnasi dari Adolf Hitler atau Elizabeth bathory. Itu pasti akan sangat menakutkan.
 
Hugo ingin bertanya pada Rossy namun itu bukan bagian dari ranahnya. "Lebih baik kita pulang saja atau kau ingin pergi ke suatu tempat."
 
Hugo ingin lebih lama bersama Rossy
dan menghilangkan pikiran itu. Laki-laki itu lalu menarik tangan Rossy dengan tak sabar. Dan Rossy cukup kesusahan untuk mengimbangi langkah Hugo yang lebar.
 
Mereka memasuki mobil, "kau akan membawa ku kemana?"
 
Namun Hugo hanya diam dan trus memutar kemudinya. Rossy mengerucutkan bibirnya kesal. Hugo anggap apa dia, patung Liberti atau jam big bang.
 
"Hugo kita akan pergi kemana? Jika kau mendiamkan ku aku akan menerobos keluar." Ancam Rossy dan berhasil membuat Hugo menoleh menghadapnya.
 
"Kau akan menyukainya."
 
Mobil itu berhenti di sebuah taman yang buka 24 jam. Melirik jam tangan yang menunjukkan angka 11 malam, sedangkan rata-rata tempat wisata di London Inggris buka hingga pukul 6 sore. Apakah kalian pernah mendengar tentang Regent's Park?
 
Salah satu taman yang ada di Royal Parks di London. Terletak di sebelah barat laut London, Regent’s Park sebagian berada di kota Westminster dan sebagian lagi berada di wilayah London Borough of Camden. Regent’s Park tercatat dalam daftar Historic Parks and Gardens sebagai taman dan kebun bersejarah yang ada di London.
 
Pengunjung Regent's Park tidak terlalu padat seperti di siang hari, beberapa adalah remaja sekitar umur belasan tahun, laki-laki dan perempuan yang tengah memandu kasih, semua meluber menjadi satu.
 
“Mau kemana lagi?” Hugo meraih tangan Rossy menautkan jari jemarinya degan jari jemari lembut dan halus milik perempuan itu.
 
Hugo menarik ujung bibirnya membentuk lengkungan indah, dia melangkah perlahan menikmati pemandangan di Regent's Park. Sedangkan Rossy ingin sekali melepaskan tautannya kemudian berlarian di taman itu. Hugo baru mengenalnya tidak lama namun Rossy selalu merasa bahwa laki-laki itu begitu mengerti dirinya. Hugo memperlakukan seperti seseorang yang begitu berharga.
 
Jika dalam hatinya tidak ada nama Melvin mungkin Rossy akan lebih memilih bersama Hugo.
 
"Indah bukan?" Tanyanya sambil merangkul pundak Rossy setelah melepas tautan tangan mereka.
 
"Iya ini sangat indah, terimakasih telah memperlihatkan hal indah seperti ini."
 
Danau Regent's Park terbentang dihadapan mereka dengan begitu indah. Rossy terperengah  terkagum bahkan dia hanya terdiam terpaku melihat hamparan pohon Cemara beralaskan rumput hijau. Danau dengan pantulan cahaya lampu taman membuat pemandangannya lebih indah lagi.
 
"Duduklah!" Hugo telah mendaratkan pantatnya di rumput hijau itu.
 
Hugo melepaskan kemeja luarnya meninggalkan kaos hitam polos untuk menutupi tubuhnya. Kemeja itu dia ikatkan dipinggang Rossy, perempuan itu memakai dress yang terlalu pendek.
 
"Apakah ada serangga disana?"
 
Hugo terkekeh, "Tentu saja ada." Dan dibalas dengan delikan tajam oleh Rossy. "Tidak duduklah aku telah membersihkannya."
 
Mereka duduk berdempetan menikmati suasana malam di Regent's Park melupakan beban-beban yang menghimpit keduanya. Rossy menyandarkan kepalanya di bahu Hugo. Dia memejamkan matanya merasakan hembusan angin yang menerpa wajahnya dengan begitu lembut, seolah membuainya untuk tertidur. Rossy melupakan sejenak permasalahannya dengan Melvin.
 
"Kau tidak lapar? Aku tadi pagi sarapan daging panggang dengan spaghetti." Hugo menyerahkan lengannya kepada Rossy untuk perempuan itu gigit.
 
Rossy menggeleng, "Aku masih kenyang, jika aku lapar aku akan mencari mu."
 
"Baiklah jangn menahannya aku tak mau mati kelaparan." Hugo kemudian tertawa kencang.
 
Tawa Hugo berhenti ketika Rossy mencubit lengannya. Tidak sakit sih tapi tetap aja pasti nanti akan membekas, kulit Hugo yang putih jika terkena benturan sedikit saja akan begitu terlihat membekas. Mereka bermain kejar-kejaran seperti anak kecil dan berakhir duduk kembali seperti sebelumnya.
 
"Aku harap waktu berhenti sejenak, aku ingin menikmati waktu lebih lama denganmu." Hugo mengusap rambut Rossy lembut, dengkuran halus terdengar dari mulutnya.
 
The Darkness of Love
 
Setelah pertemuan terakhirnya dengan Hugo, perempuan itu tidak pernah melihatnya lagi. Rossy yang ketiduran ketika ditaman dan tiba-tiba bangun di kamarnya, tidak mendapati Hugo disana. Mengetuk pintu kamarnya namun tidak ada sahutan, mungkin Hugo benar-benar sibuk. Rossy akhirnya lebih memilih untuk menuju dapur, steak dengan saus BBQ terlihat menggiurkan.
 
“Kau sedang apa?” Rossy tiba-tiba saja muncul di dapur dan mendapati Melvin sedang memanaskan sesuatu dan mengaduk-ngaduknya di panci, perempuan itu tampak tertarik dan melangkah memasuki dapur, mendekat ke arah kompor, kemudian mengernyit, “Apa itu?”
 
Melvin menoleh dan menatap Rossy dengan malu, dia tidak menyangka akan dipergoki oleh Rossy di dapur selarut ini. Dalam hati dia bersyukur karna merasa lapar ditengah malam. Setidaknya dia dapat melihat Rossy dengan gaun tidur hitamnya yang begitu memukau.
 
“Ini mie instan dengan satu butir telur." Melvin mengaduk-aduk mienya hingga seperti bubur. Entahlah apakah laki-laki itu tidak sadar bahwa mienya sudah terlalu matang dan terlihat menjijikkan.
 
“Itu sudah terlalu matang lebih baik kau tidak memakannya.” Melvin mengalihkan pandangan ke panci, dia meringis melihat mienya yang melebur seperti bubur, dia ingin mual.
 
"Kau bisa memesan makanan jika tidak bisa memasak." Peringat Rossy, perempuan itu dengan cekatan mengambil alih panci Melvin.
 
"Aku lapar dan tidak bisa tidur. Pesan makanan pun rasanya sudah terlalu malam, mau meminta tolong Jain aku kasihan karna dia juga kelelahan." Melvin lebih memilih duduk di kursi pantry. Sambil memandang Rossy yang tengh membung masakannya ke tong sampah. Jika itu Frazer pasti sudah Melvin maki-maki. Tapi karna itu sang pujaan hati tidak apa Melvin rela lahir batin.
 
"Maaf membuang makananmu. Aku akan bertanggung jawab."
 
Melvin masih terdiam melihat Rossy yang membuka lemari es dan mengobrak-abrik isinya. Apakah perempuan sudah tidak marah lagi padanya, selama beberapa hari ini perempuan itu selalu menghindarinya. Kejadian waktu itu memang salahnya, Melvin memang pantas ditampar. Dia sudah keterlaluan memperlakukan perempuan selembut dan sebaik Rossy seperti jalang. Melvin bertekad untuk mendapatkan maaf dari Rossy. Mari beri semangt Melvin !
 
"Apakah kau menyukai steak dengan saus BBQ kurasa di dalam kulkas ada bahan-bahannya."
 
 
"Apapun yang kau buat aku pasti memakannya."
 
"Meski aku memasak racun tikus sekalipun." Rossy mulai memilah-milah bahan-bahan mana yang harus diiris atau dibiarkan begitu saja.
 
"Itu tidak masalah, jika aku menjadi hantu aku akan menghantuiku."
 
Rossy mengawali langkah pada dengan memberikan bumbu atau melumuri daging steak dengan bumbu hingga meresap terlumuri hingga merata. Diamkan terlebih dahulu daging selama kurang lebih 30 menit agar bumbu yang di masukkan dan lumuri tadi bisa meresap kedalam daging, sehingga ketika memanggang daging. Maka bagian daging akan dapat memiliki rasa yang lezat dan nikmat. Rossy melumuri pemanggang dengan mentega kemudian daging siap dipanggang hingga berwarna kecoklatan.
 
“Itu terlihat sangat lezat, aku tak tahu kau sepintar ini memasak. Jain bisa belajar darimu, agar menu masakannya bervariasi tidak itu-itu saja.” Melvin menatap Rossy dengan pandangan tak percaya.
 
Rossy tertawa, setelah menatanya dipiring Rossy mulai memotong daging itu menjadi potongan kecil. kemudian menatap Melvin menggoda orang sedang kelaparan itu sepertinya menyenangkan. “ah apakah kau mau coba? Tapi tidak usah takutny ini tidak sesuai seleramu.” Rossy melahap steak itu dihadapan Melvin.
 
Air liur Melvin menetes, melihat betapa nikmatnya Rossy makan membuat alam bawah sadarnya keroncongan. “tak ada niatkah kau membaginya? Bukankah kau berjanji untuk bertanggung jawab karna membuang mie instan ku.”
 
Rossy seolah tak peduli akan protesan Melvin. Perempuan itu begitu larut dalam dunianya yaitu makan. Tanpa di duga Melvin menahan tangan Rossy dan memasukkan potongan steak yang ada di garpu itu kedalam mulutnya.  Sementara itu Rossy tertegun dengan perbuatan Melvin . Lelaki itu begitu dekat dengannya bahkan mulut mereka hanya terpisah oleh daging yang tidak seberapa. “Kau benar, ternyata enak.”
 
Bukankah sama saja mereka sudah berciuman secara tidak langsung?
Pipi Rossy memerah dengan pikiran itu, membuatnya salah tingkah. Sementara Melvin tampaknya tidak peduli, dia menatap Rossy dan mengerutkan keningnya.
 
“Kenapa diam? Ada apa?”
 
Rossy langsung menggelengkan kepalanya, dan meletakkan piring yang berisi steak utuh, steak yang dikhususkan untuk Melvin.“Eh tidak ada apa-apa. Kau bisa memakan ini.”
 
"Aku tidak tahu apakah ini waktu yang tepat untuk meminta maaf. Namun, aku sulit tidur jika belum mendapatkan maaf darimu." Melvin menerima piring pemberian Rossy dan memotongnya kecil-kecil steak sebelum memasukkannya kedalam mulut.
 
"Sudahlah lupakan… anggap saja kau mabuk. Dan satu hal jangn pernah mengatakan apa yang terjadi waktu itu pada Hugo." Rossy membereskan piring dan bekas masaknya. Membelakangi Melvin menghadap wastafel. Saatnya bersih-bersih.
 
"Seperti aku adalah simpananmu." Melvin sambil terus mengunyah steak yang lezat itu.
 
"Terserah kau akan menganggapnya apa. Jangan pernah libatkan Hugo dalam tingkah lakumu yang menjijikan itu."
 
Ah, sial lidah Melvin ketusuk garpu. Apa segitu menjijikan ciuman darinya hingga Rossy begitu membencinya. Apa semua perempuan juga berfikir seperti itu ciuamn darinya adalah najis dan pantas dibersihkan dengan tanah sebanyak 7 kali.
 
"Mendapat maaf darimu sudah terlalu berlebihan untukku. Terima kasih atas masakanmu." Selera makan Melvin hilang begitu saja. Laki-laki itu meninggalkan makanannya yang sisa sepertiga dari ukuran semula.
 
Rossy seolah tak peduli akan apa yang dia ucapkan. Perempuan itu sibuk dengan membersihkan peralatan dapur yang baru dipakainya.








Bersambung ....

THE DARKNESS OF LOVE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang