Bab 12

71 3 3
                                    

Happy reading guys 😊

Pagi ini Salsa sudah berada di tempat kursus. Sudah tiga bulan ia belajar memasak dan kini hasilnya sudah mulai terlihat. Salsa sangat cekatan dalam memainkan alat dapur, walaupun masih hati-hati pada saat pemotongan bahannya.

Setelah dari kursus, Salsa selalu pulang tepat waktu ke apartemen yang sudah Tiga bulan di tempatinya.

Tak ada acara jalan-jalan lagi karena ketiga temannya,sudah duluan melanjutkan kuliah ke luar kota. Tinggal menunggu dirinya,maka semuanya akan lengkap.

"Lo kok masak buat sendiri aja,gue kan mau." Oceh Sena sebal karena melihat Salsa yang semakin tak menganggapnya.

"Emang Lo siapa sampai harus gue masakin?" Sinis Salsa dan tetap melanjutkan makannya.

"Gua suami Lo,kalo Lo lupa," ucap Sena menekankan kata suami.

"Suami enam bulan maksud Lo!" Salsa kembali mengunyah makanannya tak perduli dengan tatapan Sena yang seakan dapat menembus matanya.

"Sorry,tapi gua gak ada kewajiban buat melayani suami enam bulan gue."

"Lo..." Geram Sena.

"Kenapa Lo gak terima?" Potong salsa

"Bukannya Lo sendiri yang bilang kalau pun gue mau jadi istri yang baik,Lo tetap gak bakalan nganggap gue sebagai istri. Jadi begini lebih baik." Lanjut salsa sembari mencuci piring dan gelas yang tadi di gunakan.

Sena terdiam mendengar ucapan Salsa,ada sedikit rasa tak senang mendengar ucapan Salsa tak ingin melayaninya sebagai suami. Sampai Salsa masuk ke kamarnya pun,Sena masih tak bergeming.

Sementara itu, Salsa yang baru saja masuk kekamar memegang dadanya erat karena detak jantungnya yang bertalu-talu kencang.

****

"Gimana sayang kursusnya?" Tanya Rahma pada menantu kesayangannya.

" Udah lumayan kok ma, walau belum sepandai mama." Jawab Salsa membantu merajang cabe hijau.

"Salsa sayang, mama mau tanya dikit boleh?"

"Iya, mama boleh bertanya apapun, kecuali kapan aku punya anak, soalnya itu di luar ranah aku!" Kekeh Salsa tersenyum.

Rahma tersenyum masam,ia memang menginginkan cucu. Rumah megahnya sangat sepi dengan penghuni hanya tiga orang. Walau telah bertambah mertuanya tetap saja sepi. Hanya dengan kehadiran anak-anak maka rumah akan menjadi lebih semarak.

"Bagaimana kabar rumah tangga kamu? Apa Sena memperlakukan kamu dengan baik?" Tanya Rahma lembut.

Salsa tersenyum miris, dengan hanya melihat senyum miris Salsa, Rahma sudah bisa menduga semuanya. Namun ia sangat berharap Sena dapat memperlakukan Salsa dengan baik.

"Alhamdulillah semua baik-baik saja." Jawab Salsa, baik-baik yang dimaksud Salsa adalah semua masih jalan di tempat. "Kak Sena juga baik kok sama aku."

"Syukurlah,mama tidak ingin ikut campur dalam hubungan kalian. Pertahankan bila memang patut dipertahankan, kebahagiaan kamu adalah hal terpenting." Nasehat Rahma untuk menantunya.

Salsa tersenyum senang, mertuanya sangat baik padanya. Andai saja kak Sena mau menerima pernikahan mereka. Pasti Salsa akan sangat bahagia.

****

"Darimana Lo?"

Setelah ke rumah mertuanya,Salsa tadi bertemu dengan Aurel yang akan berangkat ke luar kota.

"Dari rumah mama Rahma sekalian jumpa sama Aurel." Jawab Salsa sambil berjalan ke dapur, menuangkan segelas air putih.

"Besok-besok kalau mau lanjut ketemuan sama orang itu kasih kabar!" Sarkas Sena tajam karena ibunya dari tadi sibuk menanyakan Salsa sudah sampai atau belum.

"Hmm," Salsa bangkit setelah minum air putih. Badannya terasa lengket,ia ingin segera mandi.

Sena tidak suka melihat Salsa yang terlalu cuek seperti ini. Bagaimanapun juga dia istrinya, tanggung jawabnya untuk menjaga Salsa. Tapi jika mengingat kembali bagaimana Salsa memperlakukan Shella, Sena jadi urung untuk berbaik hati dengan Salsa seperti dulu.

Ddrrttt!!! Bunyi ponsel Sena.

"Hallo ric?" Rupanya Rico yang menghubunginya.

"Lo dimana se?"

"Gue di rumah, kenapa bro?"

"Tadi gue lihat Shella sama cowok,gue pikir itu elo. Tapi berhubung Lo di rumah gue yakin Lo pasti bisa menghubungkan perkataan gue!" Jelas Rico to the poin.

"Maksud Lo apa? Lo dimana lihat Shella?" Cercar Sena dengan suara tinggi.

"Gue di mall xx, eh tapi itu si Shella udah pergi lagi. Lo mungkin bisa ke rumah dia buat mastiin." Kata Rico lagi.

Dari dulu Rico dan Reno sudah tahu bagaimana kelakuan Shella,tapi yang namanya Sena tidak pernah percaya. Cinta memang bisa membutakan hati dan pikiran.

"Lo gak usah gini juga ric, gak mungkin itu Shella. Shella tu udah pasti di rumah lah,dia kan lagi sibuk nyusun skripsi." Bantah Sena tidak ingin percaya omongan negatif tentang pacarnya.

"Gue gak bohong se, udahlah percuma gue ngejelasin semuanya,Lo juga gak bakalan percaya." Rico langsung mematikan ponselnya. Sena itu pintarnya gak ketulungan,tapi begitu mengenai pacarnya bodohnya nauzubillah,Rico sampai angkat tangan menyerah.

Sementara itu Sena terdiam saat Rico memutuskan sambungan telepon. Ia bingung di satu sisi ia harus percaya dengan Shella. Bukannya kalau tidak ada rasa percaya semua hubungan akan kandas. Apapun itu baik rumah tangga, pacaran, persahabatan,relasi kerja semua tidak ada yang berhasil.

Daripada menduga-duga lebih baik Sena datang ke apartemen Shella untuk memastikan kebenaran berita dari sahabatnya. Bagaimanapun juga Sena tidak ingin mereka selalu menjelek-jelekkan kekasihnya. Setelah hari ini mungkin Sena akan menasehati Rico dan Reno agar tidak selalu berburuk sangka terhadap Shella.

Tanpa menghubungi Shella kini Sena sudah berada di depan pintu apartemen Shella yang dulu menjadi hadiah ulang tahun darinya. Seperti biasa Sena langsung memencet kode yang sudah dihafal di luar kepala. Hatinya deg-degan, bagaimana pun juga Sena tidak ingin apa yang dikatakan Reno dan Rico itu benar. Jujur saja ada rasa takut yang hinggap di hatinya saat ini.

Begitu Sena masuk hanya keheningan yang terasa. Sena melangkahkan kaki lebih jauh ke dalam,mungkin Shella ada di ruang tengah. Apartemen yang di beli Sena termasuk mewah karena semua ruangan lengkap dengan fasilitasnya.

Sayup-sayup Sena mendengar suara Shella sedang berbicara. Dan Sena berjalan semakin mendekat saat mendengar lawan bicara Shella terdengar seperti suara seorang pria.

Sena tersenyum miris karena kakinya tanpa sadar membawanya ke arah kamar Shella. Sebenarnya kamar tersebut kedap suara, tetapi karena pintu kamar yang tidak tertutup rapat jadi segala pembicaraan yang dibincangkan di dalam terdengar jelas.

Bukan hanya perbincangan mereka yang terdengar jelas oleh Sena, bahkan penampilan awut-awutan mereka jelas terlihat. Sena dengan jelas melihat kedua manusia berbeda jenis kelamin sedang berpelukan mesra, dengan sesekali bibir mereka saling bertautan.

Tubuh mereka hanya tertutupi selimut, yang pasti di dalam selimut tersebut tidak ada satu pakaian pun yang tertinggal di tubuh mereka.

Sena tersenyum seperti orang tolol. Betapa bodohnya ia karena tidak mempercayai perkataan kedua sahabatnya. Bahkan ia dengan mudahnya bisa di tipu oleh wanita iblis seperti Shella. Kemana saja kepintarannya selama ini bersembunyi.

Sena tanpa sadar mengingat kembali kebodohannya saat menuduh Salsa menyakiti Shella. Tangannya terkepal kuat, membayangkan wajah kecewa Salsa padanya waktu itu.

Tawa renyah Shella menyadarkan Sena pada kenyataan pahit di depannya.

"Brengsek!!" Umpat Sena dengan suara kasar. Ia menendang pintu kamar kuat,membuat Shella dan teman prianya terkejut.

"Sena!" Pekik Shella terkejut.


Jangan lupa vote n coment ya banyak ya!!!

Terimakasih 😘

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 16 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

 SALSA DAN SENATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang