•07•

467 82 9
                                    

Hujan yang sangat tiba-tiba ini berhasil menghentikan acara sekolah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hujan yang sangat tiba-tiba ini berhasil menghentikan acara sekolah. Lampu-lampu berkedap-kedip karena sambaran petir. Tidak seperti semua orang yang mungkin berada di kelas atau kantin, Baji dan Chifuyu lebih memilih berteduh di area belakang sekolah.

"Sepertinya hujan ini akan berlangsung lama." Celetuk Chifuyu, menadah tangannya menangkap rintik hujan dari atap bangunan.

"Sepertinya begitu," Baji menghela napas, "Haa, sial.. udara seperti ini membuatku mengantuk."

Chifuyu yang mendengarnya langsung bergeser menjauh. Terdengar agak konyol, tapi berandalan yang satu ini mempunyai kebiasaan menghajar orang yang berpapasan dengannya saat mengantuk.

"Bagaimana kalau kita ke kantin saja, Baji-san? Aku lapar." Usul Chifuyu.

Baji mengangguk setuju, "Ya boleh."

Sepanjang perjalanan, Chifuyu memastikan tak ada yang berpapasan dengan mereka berdua, kalau tidak orang itu sudah babak belur. Namun, sepertinya dunia sedang berusaha melucu hari itu.

Kedua pemuda itu terpaksa berhenti saat sekelompok orang menghadang mereka di lorong terbuka.

Kora berada paling depan.

"Yo, Baji-san." Sapanya mengulas senyum tipis.

Baji mengangkat alis namun tak menjawab.

"Kenapa kalian menghalangi jalan kami? Mau cari perkara?" Chifuyu bertanya.

"Chifuyu! Kau sesama kelas 1, jadi jangan sok jagoan!" Teriak salah satunya, maju menantang.

"Hey, hey.. Tenanglah kawan." Kora menarik kerah baju pemuda itu ke belakang.

"Apa maumu?" tanya Baji datar.

Kora terkekeh, maju mendekat.

Kedua pemuda itu kini saling berhadapan. Mata bertemu mata.

"Aku memperhatikanmu dan Y/n sepanjang acara tadi Baji-san. Jujur, aku tidak senang melihatnya."

"Lalu?"

"Apa kau sungguh berpikir Y/n akan menyukaimu?"

"Ya, tentu saja. Kalau bukan aku, siapa?" tanya Baji sinis, "Kau?" ia tertawa kosong, "Kalau kau takut bersaing denganku, lebih baik kau yang mundur, berengsek."

Wajah Kora mengeras, amarahnya tersulut, "Yang benar saja, aku tidak akan kalah dari pecundang sepertimu."

"Lalu, apa masalahmu?"

"Kau."

Baji tergelak, "Aku? Salahku apa?"

"Kalau Y/n lebih memilih lelaki pecundang sepertimu, berarti dia tidak lebih dari perempuan murahan."

Untuk sekian detik keadaan menjadi hening, hanya terdengar rintikan hujan menghantam tanah.

Baji menarik napas tajam.

Circles | Baji Keisuke X ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang