•08•

495 88 15
                                    

Y/n tak melepaskan pandangan dari jam dinding di kelasnya. Pukul 11.57

Bell akan berdering sebentar lagi. Biasanya, saat-saat pulang sekolahlah yang paling gadis itu nantikan. Namun, mengingat insiden minggu lalu gelarnya sebagai tutor Baji dicabut secara resmi dan paksa. Gadis itu cukup kecewa atas keputusan sepihak dari Pak Haru. Tetapi ia tak dapat berbuat banyak.

TENG! TENG! TENG!

Suara bel terdengar lantang, murid-murid pun berhamburan meninggalkan kelas. Y/n bergegas membenahi barang-barangnya. Beberapa hari lalu semenjak Baji kembali ke sekolah dari masa skorsnya, Y/n jadi mempunyai kebiasaan aneh. Bukan aneh, lebih tepatnya memalukan. Yaitu, memata-matai sesi belajar Baji dengan gurunya yang baru.

"Y/n! Ayo, kita pulang!" Hana menghampirinya.

"Oh, hey Hana! Umm..," ucapnya sedikit terkejut, "Maaf, aku tidak bisa pulang bersamamu hari ini, karena.. karena.." gadis itu memutar otak mencari alasan yang tepat. Hana mengernyitkan kedua alis.

"Karena...." beruntungnya Pak Haru berjalan melewati kelas, "Oh! Aku harus bertemu dengan Pak Haru setelah ini." Cicitnya dengan senyuman gugup.

"Hm... benarkah?"

"Yup! Aku menanyakan beberapa materi kemarin," ujarnya, "Aku berjanji, besok kita pulang bersamamu, Hana."

Hana menatapnya lekat, "Baiklah, aku duluan ya, Y/n."

"Iya, hati-hati."

Begitu Hana sudah tak terlihat, Y/n bergegas meninggalkan kelas. Langkah kakinya tergesa menuju taman sekolah. Ketika ia tiba, Y/n mengambil tempat tak jauh dari mejanya dan Baji biasa belajar, bersembunyi di balik pohon rindang.

Dari sudut pandangnya, Baji duduk membelakangi, gadis itu dapat melihat dengan jelas siapa yang menggantikanya. Emi Etsudo. Y/n tidak begitu mengenalnya. Kabar yang beredar, Emi pun merupakan salah satu murid teladan seperti dirinya. Emi tak mempunyai banyak teman, tipikal gadis yang tak mencolok. Ia berpenampilan seperti kutu buku pada umumnya. Kacamata hitam yang tebal, kepangan dua sisi menghiasi kepalanya.

Sedikit rasa cemburu terselip di dalam dada, apa Baji-kun menyukainya?

Tidak dapat ia pungkiri lagi, rasanya tak rela jika melihat Baji bersama perempuan lain selain dirinya. Kalau saja perkelahian itu tidak terjadi, pasti dirinya yang berada di sana bukan Emi.

"Y/n-chan, apa yang ka-" seseorang menepuk pundaknya, sontak membuat gadis itu terkejut dan berteriak, "Haa!"

"Eh, eh.. tenanglah, ini aku, Chifuyu." Y/n berbalik, mendapati Chifuyu tengah menatapnya bingung.

Pemuda itu terkekeh, "Sedang apa kau bersembunyi di sini?"

Wajah Y/n terasa panas seketika, "Ak-aku tidak bersembunyi," ia tertawa kosong, "Jangan aneh-aneh, Chifuyu."

"Hm.. seperti itu. Jadi, kau tidak sedang mengawasi Baji-san?" cibirnya.

"Hah? Memangnya Baji-kun di mana?" sangkalnya.

"Baiklah, akan kupanggil dia."

"Hey, jangan! Apa-apaan!"

Chifuyu kembali tertawa, "Jadi?"

Gadis itu membuang napas kasar, "Iya, aku sedang mengawasi mereka," akuinya, "Tapi! Bukan seperti yang kau pikirkan ya, aku hanya khawatir Baji-kun akan mengalami kesulitan."

Chifuyu mengangguk mengerti. "Aku selalu mendukungmu, Y/n-chan."

Y/n melemparkan tatapan bingung, "Maksudmu?"

Pemuda pirang itu menggeleng pelan, "Nanti pada waktunya, kau juga tahu," ia tersenyum lembut, "Kalau begitu, aku duluan ya, Y/n-chan." Pamitnya.

Y/n tersenyum, melambai, "Hati-hati."

Circles | Baji Keisuke X ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang