Chapter II

105 8 0
                                    

Sesampainya di Rumah Sakit, Shania bergegas meminta beberapa perawat untuk membantunya membopong tubuh lelaki tersebut ke ruang UGD.

"Sus, tolong sus. Teman saya butuh pertolongan, korban tabrak lari" ucap Shania panik.

Beberapa perawat bergegas dengan cekatan membawa pasien menuju ruang UGD untuk diperiksa lebih lanjut. Sementara Shania menunggu dan mendaftarkan lelaki tersebut di bagian administrasi agar segera mendapat perawatan.

"Ada yang bisa saya bantu, Mba?" tanya seorang perawat di meja administrasi.

"Saya mau mendaftarkan seorang pasien untuk di rawat inap disini. Untuk biaya, biar saya yang bayarkan semuanya"

"Baik, bisa dibantu untuk nama lengkap pasiennya mba atas nama siapa?" tanya perawat itu lagi. Namun, Shania bingung saat ditanyakan soal nama lelaki tersebut. Pasalnya, Ia baru saja bertemu bahkan pertemuan itu pun tidak disengaja dan lelaki tersebut pun dalam keadaan tidak sadarkan diri, bagaimana Ia bisa tahu nama lengkap pasien? Dan, Shania baru ingat beberapa saat kalau lelaki tersebut membawa ransel saat kejadian. Mungkin Shania bisa menemukan identitas lelaki tersebut didalam tasnya, entah KTP ataupun kartu pelajar atau kartu mahasiswa yang terpenting yang Shania butuhkan saat ini adalah siapa nama lengkap orang yang sudah Ia tolong tersebut.

"Sebentar Mba" Shania mencari-cari kartu nama dan semacamnya didalam ransel lelaki tersebut yang Ia bawa-bawa sedari tadi, semoga setelah lelaki itu sadar Shania tidak akan dipandang sebagai pencuri karena telah mengobrak-abrik isi tasnya secara brutal. Akhirnya, Shania menemukan yang Ia cari.

"Arshega Brian Dharmendra" ucapnya kepada perawat tersebut.

"Baik, tempat tanggal lahirnya?"

"Hmm, ini data dirinya sus. Bisa di cek disitu" Shania memberikan KTP lelaki itu pada perawat yang bertugas untuk memasukan datanya di komputer Rumah Sakit.

Setelah selesai, Shania menyimpan kembali KTP tersebut di tas lelaki tersebut dan membayar semua biaya perawatan yang diperlukan oleh pasien. Shania sekarang bingung harus menghubungi siapa, bahkan Shania tidak menemukan ponsel milik lelaki tersebut didalam tas. Shania takut, keluarga dari lelaki itu mencemaskan keberadaannya, ditambah jam sudah menunjukkan pukul 07.30 WIB, Shania sudah terlambat ke sekolah 10 menit lalu.

"Bagaimana ini?" Gerutunya dalam hati. Tetapi, Ia juga tidak mungkin meninggalkan lelaki itu di Rumah Sakit sebelum dirinya sadar. Mau tak mau, Shania tetap berada di Rumah Sakit dan tidak pergi ke sekolah atau mungkin nanti Shania akan menghubungi pihak sekolah bahwa Ia tidak bisa berangkat ke sekolah karena ada keperluan mendadak.

Shania duduk di kursi ruang tunggu, sembari menunggu dokter selesai memeriksa lelaki itu, Shania mencoba menghubungi bengkel yang tadi membawa motor lelaki itu.

"Halo, mas. Gimana motor temen saya? Apa ada yang rusak parah?"

"Halo, Mba Shania. Kalo untuk bagian body motor sih cuma lecet-lecet mba. Pegawai kami belum cek mesin bagian dalamnya"

"Oh gitu,, hmm tolong di usahakan ya supaya motornya bisa normal lagi. Untuk biaya bisa di kirim ke nomor WhatsApp saya ya, nanti saya transfer"

"Baik, mba Shania"

Saat sedang sibuk menelpon dengan orang bengkel. Dokter pun keluar dari ruang UGD.

"Keluarga pasien Tn.Arshega?" tanya dokter tersebut.

"Oh, iya. Saya dok" Shania bangkit dari duduknya dan menghampiri sang dokter di ambang pintu ruang UGD. "Gimana ya dok keadaan teman saya? Apa ada cedera serius?"

"Sejauh ini tidak ada. Semua masih aman, hanya ada luka kecil di beberapa titik. Untunglah teman anda mengenakan helm saat berkendara, jadi untuk kemungkinan cedera bagian kepala sangat minim"

"Tapi, kenapa dia bisa tidak sadarkan diri ya Dok?"

"Itu hanya faktor syok saat terjadinya kecelakaan, tubuhnya hilang keseimbangan dan itulah yang terjadi, tubuhnya merespon dalam bentuk tidak sadarkan diri untuk beberapa saat. Dan mungkin, teman anda akan segera siuman nanti" jelas Dokter.

"Hmm, gitu. Apa pasien perlu di rawat inap dok?"

"Ya, kami menyarankan pasien untuk 2 atau 3 hari rawat inap agar pasien bisa pulih lebih cepat. Setelah ini, pasien akan kami pindahkan ke ruang rawat inap"

"Baik dok, kalau begitu terima kasih"

"Sama-sama, kalau begitu saya permisi mau cek pasien dikamar lain" Dokter tersebut berlalu pergi dari hadapan Shania.

"Ya silahkan dok" Shania pun bisa bernafas lega sekarang. Tidak ada yang perlu Ia khawatirkan, semua yang dijelaskan oleh dokter sangat membuatnya merasa aman. Jika dilihat, lelaki tersebut seperti terbiasa mengendarai motor sport, karena pakaiannya pun terlihat seperti pembalap. Mengenakan jaket kulit, helm fullface, dan mungkin itu alasannya dia tidak mengalami cidera parah di tubuhnya saat terjatuh dari kendaraan.

***


Lelaki tersebut sudah dipindahkan ke ruang rawat inap, bahkan Ia juga sudah berganti pakaian dengan baju rumah sakit. Karena pakaian yang Ia kenakan saat kecelakaan pun sudah kotor dan beberapa bagian sobek, karena terseret aspal, mungkin. Ia nampak sangat lelah. Ia hempaskan begitu saja tubuhnya diatas empuknya sofa. Sesekali, Shani memandang wajah tampan lelaki yang sedang terbaring tak sadarkan diri diatas ranjang rumah sakit dengan infusan ditangannya. Bahkan dengan keadaan seperti itu saja, dia tetap terlihat sangat tampan.

Saat Shania ingin memejamkan matanya untuk beristirahat, ketukan pintu terdengar dari luar ruangan.

Tok..tok..tok

"Permisi" sebuah dorongan dari luar berhasil membuka pintu terbuka. Dan ternyata, itu adalah suster yang membawakan makanan untuk pasien. "Ini makanan untuk pasiennya mba"

"Oh, iya sus. Tolong letakan di meja aja ya. Nanti kalau teman saya sudah sadar, saya berikan"

Perawat tersebut pun menuruti permintaan Shania, "Ada lagi yang dibutuhkan Mba?"

"Hmm, nggak ada sih. Makasih ya sus"

"Sama-sama mba, permisi" Shania hanya mengangguk pelan dan pintu ruangan tertutup kembali.

Shania kembali mencoba memejamkan matanya dan kali ini Ia berhasil tertidur di atas sofa, menyandarkan kepala dan lehernya di bantalan sofa yang empuk dengan masih mengenakan seragam sekolah yang dilapisi oleh sweater berwarna biru langit.

Waktu terus berlalu, Shania masih terlelap tidur hingga gadis itu tidak sadar bahwa lelaki yang Ia tolong sudah mulai sadarkan diri. Lelaki itu menatap ke sekelilingnya, Ia terlihat bingung dengan keberadaan dirinya. Ia juga terkejut melihat selang infusan di tangannya dan pakaiannya yang kini telah berganti menjadi pakaian pasien.

"Kenapa gua ada dirumah sakit?" tanya dirinya sendiri. Lelaki tersebut mendapati seorang gadis yang tengah tertidur di atas sofa "Siapa dia?" tanya dirinya lagi. Lelaki itu mencoba untuk bangkit dari posisinya, dan Ia bersandar pada sebuah bantal. Tenggorokannya terasa kering, Ia pun berinisiatif untuk mengambil gelas berisi air mineral yang ada di nakas sebelahnya. Tangannya yang masih melemah, tidak sanggup untuk meraih gelas tersebut. Ia justru membuat gelas itu terjatuh ke lantai dan menciptakan suara yang sangat nyaring dan jelas membangunkan Shania dari tidurnya.

Shania terkejut dan terbangun!

***

ON The RoadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang