Musim baru, 10 Oktober 2020.
Curah hujan semakin tidak terkendali. Hujan, yang merupakan presipitasi berwujud cairan, bukan berarti salju, es batu maupun slit. Seperti hujan yang memerlukan adanya lapisan atmosfer tebal agar dapat menemui suhu di atas titik leleh es di dekat dan di atas permukaan Bumi.
Seperti seseorang yang mungkin memerlukan banyak syarat untuk sebuah tujuan.
Ibu tersenyum tadi, tidak pernah aku melihat ia secerah itu. Dela menghembuskan nafas pelan-pelan, seakan pohon cemara, lapangan basket yang super luas, gedung perpustakaan dan aula adalah lokasi paling menyejukkan di bumi.
Tangannya terangkat, jemarinya membentuk 'love' di langit. "Aku siap!"
Hari ini, mungkin ia akan kesulitan tidur. Blazer merah dengan kemeja putih. Tebak apa yang akan ada nanti-pikirannya tak jauh dari itu. Sayangnya, kegirangannya harus terbatas tersebab rok super mini yang hanya menggantung sampai lutut. Itu pun, sudah diupayakannya agak lebih melar dengan menarik-nariknya berulang kali. Sambil berjalan sekarang pun, masih dilakukannya.
"Aku harus ke ruangan mana?"
Sempat bertanya-tanya, apa ia sudah mirip pelajar? Salahkan gedung sekolah tersebut yang terlampau luas, besar, dan tinggi menjulang. Salahkan kenapa tidak ada peta di sana. Salahkan pintu-pintu yang terlalu banyak. Salahkan manusia-manusia di sana yang begitu judes. Judes? Ah, benarkah?
"Tidak juga," batinnya. Beberapa siswa dan siswi tampak menyapa, meski tidak terhitung juga yang kelihatan mencibir, merasa aneh dengan keberadaannya.
"Pasti dia bisa masuk G-Star. Fisiknya sangat mendukung!"
"Apa benar dia tidak memakai make up sama sekali? Dia terlalu percaya diri!"
"Matanya sudah cukup bulat, menurutku tidak masalah tampil polos."
"G-Star?" Dela memiringkan wajah, membeo.
Sesaat kemudian, berbarengan dengan ditemukannya ruang Kepala Sekolah, ia juga berpapasan dengan seorang gadis.
Bukan masalah tubuh ramping, tinggi, juga rambut panjang serta dagu lancip. Melainkan lencana di bagian dada gadis itu. Huruf G besar yang di tengahnya bertulisan 'Star'.
***
"Wow! Mata yang indah! Bagaimana bisa kau memilikinya?"
Yang pertama dilihatnya adalah kumpulan manusia-manusia dengan proporsi penampilan berbeda. Tapi yang paling terngiang adalah suara dari sosok gadis di depannya, mengenakan topi dan terus berbicara. "Selamat bergabung di G-Star!" pekik gadis itu, lagi.
"Bahkan dia belum bilang apapun, Bodoh! Kenapa mulutmu berisik sekali!" tuntut seorang gadis yang baru saja bangkit dari kursi. Dela ingat dengan orang itu. "Kau ... kau yakin masuk kelas ini?"
Meski ragu, Dela mengangguk singkat.
"Kalau begitu, selamat datang!" katanya dengan cerita.
"Hm." Dela mengangguk lagi sambil tersenyum manis.
"Jadi, kau mau, kan?"
"Uh?"
"Bergabung dengan kami."
"Hm, aku mau."
Tiba-tiba gadis dengan topi meloncat turun dari meja, melepas topi, hingga tampaklah rambutnya yang hanya sebatas telinga lebih sedikit. "Nah, kan, apa aku bilang! Akhirnya ... G-Star punya anggota baru!"
Tanpa aba-aba, dipeluknya tubuh Dela. "Dia wangi, loh, Jill. Bahkan tidak kalah cantik darimu."Ternyata, orang itu bernama Jill-tampak langsung memutar matanya dengan malas, langkahnya mengarah kembali ke tempat semula. "Terserah. Asal jangan rebut Matte dari aku, maka aku tidak akan peduli."
Dela tak bisa menahan. Bola matanya menuju ke arah Jill-yang tengah tersenyum manja kepada seorang ... cowok.
***
"Ada apa, huh? Kau mengenal Matte? Ekspresimu tidak bisa bohong, Dela. Namamu Dela, kan?"
Mereka berjalan ke arah kelas B.II tempat materi Sastra Inggris sebentar tengah berlangsung. Sepanjang perjalanan, banyak pasang mata membicarakan keduanya. Selain cara berjalan Dela yang tergesa-gesa sekaligus berani mengabaikan Emily-atau panggil saja Em-yang seharusnya tidak berani dilakukan oleh siapa pun di GDIS.
"Hei!"
Dela pun berhenti. Kemudian menatap dengan innocent pada seseorang di sampingnya, begitu dengan orang itu. "Tidak. Aku tidak mengenalnya. Apa ... Matte seorang model?"
"Uhm, dia dibahawi Droomy Agency. Ah! Pasti kau sering melihat wajahnya di majalah bulanan, kan? Aku sudah menebaknya!"
"Iya. Sepertinya begitu."
Gelungan di lengan kirinya begitu menarik tatapan. Dela tidak pernah memilih akan bergaul dan nyaman dengan siapa saja. Juga tidak membuat perkiraan. Namun jika sampai terlibat di lingkaran mengejutkan sekaligus hebat seperti ini bisa ... kenapa tidak?
Dela tersenyum kecil.
Terlintas kejadian beberapa puluh menit lalu. Dirinya dihadapkan oleh pilihan. Namun entah mengapa, ia ingin menggali lebih jauh soal G-Star. Mungkin saja, ia akan mengalami kesulitan atau apapun, sehingga cukup masuk akal jika ia harus mencari tahu. Lagi pula, Kepala Sekolah di sana sangat baik. Sangat baik sekali.
Sambil mengembalikan Album Kelas yang dipegangnya setelah membaca dan mengisi formulir, ia harus mempersiapkan diri dengan pilihannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pour La Vie Delaney
Novela JuvenilRomance - Thriller - Mystery Jangan salahkan Dela, dia hanyalah kleptomania tanpa diagnosa dan tengah berusaha memanfaatkan peluang yang sudah diberikan oleh salah satu malaikat di bumi. Dia tinggal menyesuaikan saja. Dia tidak merepotkan siapa pun...