“Mana boleh seperti itu, Del? Waktu kerja siapa yang akan kau korupsi?”
“Kenapa Anda bilang begitu, Pak? Aku bisa melakukan apa pun, asalkan tambah lagi jam kerjaku!”
“Tidak bisa!” jawabnya dengan nada yang lebih tegas. “Aku sudah menargetkan gaji untuk karyawan-karyawanku sejak awal, Del. Bagaimana bisa aku menambah waktu bekerja untukmu secara tiba-tiba?”
“Kalau begitu, berpikirlah dulu, Pak. Aku sangat membutuhkannya ....”
“Bukan begitu. Aku tidak bisa, Del, maaf.”
Melangkah pergi, laki-laki dengan setelan casual yang selalu datang pagi untuk membuka Cafe itu, telah menuju area parkir, kemudian membunyikan alarm mobilnya.
Dela terduduk lesu. Wajahnya begitu murung karena gagal mendapatkan gaji tambahan. Sejenak, ia memikirkan cara lain, sebab setidaknya, masih ada waktu hingga ibunya benar-benar berhenti bekerja.
***
“Kau memang karyawan teladan!” katanya lagi, seorang gadis yang tak kalah mungil dari Dela.
“Diamlah, Hana! Mungkin ini sudah menjadi nasibku mendapat Bos yang super pelit.”
Di sampingnya, Hana terkekeh. “Kau tidak mencoba menjual jasa?”
“Jasa?”
“Hm. Seperti Ojek Online?”
“Aku tidak punya motor ....”
“Sepeda?”
Dela mengerjap. Ya, jika itu, ia punya.
“Tapi kau tidak berpikir untuk memakai sepeda, kan?” tukas Hana kala mendapati teman sepekerjaannya itu tersenyum samar.
“Kenapa tidak.”
Hana membeliak. “Kau gila, Del? Kakimu bisa bengkak!”
Dela mendengus. “Kenapa kau histeris begitu? Hanya kaki, kan? Tapi sepertinya tidak, aku sudah sering mengendarainya, bahkan sampai Taman Kota.”
Hana semakin melotot, ia sungguh tak percaya dan kaget dengan penuturan tersebut. “Gila ... gila ....”
“Ayo cepat! Nanti belikan aku bubur ayam, ya.”
“Oke, setelah ini kita impas. Besok ganti kau yang mentraktir!” sahut Hana riang, kembali mengelap meja makan dan membereskan tisu kotor.
“Siap, Komandan!” timpal Dela dengan gesture memberi hormat. Ia berjalan ke arah meja paling pojok, tepat di sebelah dua orang laki-laki yang sibuk memainkan ponsel. Wajah mereka tidak kelihatan, karena posisi agak menunduk, juga, mereka sama-sama mengenakan topi hitam.
Mata Dela menangkap sebuah jam tangan, sepertinya mahal, ah tapi—bukan karena hal itu. Ia tersenyum, mengulum bibir, kemudian tersenyum lagi. Dengan sekali gerak, jam tangan tersebut, sudah berpindah ke saku celana jeans miliknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pour La Vie Delaney
Fiksi RemajaRomance - Thriller - Mystery Jangan salahkan Dela, dia hanyalah kleptomania tanpa diagnosa dan tengah berusaha memanfaatkan peluang yang sudah diberikan oleh salah satu malaikat di bumi. Dia tinggal menyesuaikan saja. Dia tidak merepotkan siapa pun...