Jangan lupa follow dulu sebelum membaca ya bestie<3
Happy reading!
.
.
.1. "Nih, bet nya"
"B-biel, Sha j-jjangan bilang Briel masih di--"
"TOILET." Serempak mereka berdua panik dan langsung berlari menuju toilet. Melupakan teman kesayangan ditolilet sendiri bisa dipastikan Biel, gadis itu kelimpungan sendiri di toilet mencari para sahabatnya yang tiba-tiba menghilang.
...
"Biel..."
Ceklek.
Suara pintu terbuka dan menampakkan gadis dengan wajah murung. Briel, Briella Samaira sahabat sehidup sematinya Resha dan Lisya, biasa dipanggil Biel oleh Resha dan Lisya.
"Hiks gimana sih, Resha sama Lisa tega banget."
Alisya melolot, sumpah di sini Resha tidak bisa menahan tawanya melihat ekspresi Alisya.
"BRIELLA SAMAIRA LO TADI BILANG APA!?""Pftttt."
"HAHAHAA PLIS GAK KUAT GUE." Resha menepuk pelan tangan Lisya agar tidak dilanjutkan. "Sya, untuk kali ini gak papa dipanggil Lisa dulu."
Jadi, selain tidak suka dipanggil Nata, Lisya juga tidak suka dipanggil Lisa. Padahal kan bisa samaan dengan mba Lisa Blackpink yang cantik itu ya kalau dipanggil Lisa tapi, entah kenapa Lisya menolak mentah mentah dengan panggilan itu.
"Ya tapikan—"
"Dasar tukang marah." Potong Briell dengan cepat.
"Harusnya kan gue yang marah kalian tinggal di sini sendirian tega banget sih."Resha mendekat ke arah Briell. "Iya, Biel maaf ya abisnya tadi lo lama gue juga lupa."
"Briella Samaira yang cantik jelita, lo kan bisa langsung keluar aja cari kita kenapa tetep diem di sini." Oke bestie, Lisya mulai sewot.
"Ya tadi gue mau keluar tapi di depan wastafel yang ada kacanya itu rame kakak kelas, Lisya. Gue takut sama..."
"MALU!" Serempak Resha dan Lisya.
Hafal sekali dengan apa kebiasaan sahabatnya ini.Briel memutar mata malas "Ck iya itu tau, eh ini kita gak ikut kumpul di lapangan? Tadi kan ada pengumuman."
"Eh iya bego banget, gimana dong ini pasti udah pada baris."
Lisya berjalan dengan santai keluar dari bilik toilet "Halah gak papa sekali kali, udah kelas 11 kita. Lagian paling penguman bagi kelas doang"
"BAGI KELAS DOANG?!" Cerocos Briel.
"Bisa bisanya Lisa bi—"Lisya melotot ke arah Briel.
"Ekhem, bisa bisanya Lis...sya bilang bagi kelas doang. Gimana kalo gue gak sekelas sama kalian ih."
Briel meralat ucapannya sambil menekan nama Lisya.Resha menghela napas pelan, lelah dengan mereka yang selalu meributkan masalah kecil.
"Bismillah sekelas, kalaupun nanti kita beda kelas. Entah itu gue yang pisah dari kalian atau kita semua pisah yaudah gak papa, kan cuma kelasnya doang yang pisah.""Amin, semuga tetep sekelas ya."
"Eh, btw kal—"
"ADA SIAPA DI TOILET PUTRI." Suara menggema dari luar toilet tempat Resha, Lisya dan Briel sekarang.
"Mam...pus," desis Resha pelan.
"Gimana nih takut," cicit Briel mulai panik.
"Stttt, Biel diem ya. Diem dulu," ucap Lisya menenangkan Briel yang terlihat panik, ia menoleh pada sahabatnya, Resha. "Eh, Sha. Lo kan OSIS, sabi lah sandiwara dikit lo kan anak teater juga."
"Sandiwara gimana, Lisya ya Allah," ucap Resha mulai frustasi.
"Ya poko—"
"KALIAN, KENAPA TIDAK IKUT BARIS." Belum sempat Lisya menyelesaikan ucapannya, tiba-tiba suara bariton seorang guru menginterupsi membuat ketiga gadis itu terlonjak kaget.
"E-eeh, Bapak. Selamat pagi, Pak." Sapa Resha secara spontan saat tiba-tiba guru itu sudah berdiri di depan mereka seraya menatap tajam para muridnya ini.
"Iya pagi, kenapa kalian di sini?"
"Gini pak, tadi saya sama Briel lagi di toilet nah tiba-tiba pas kita mau keluar pintunya susah kebuka. Kebetulan Osis lagi keliling dan kebetulan lagi pas kita teriak Osis yang denger itu Resha..."
***
"OKE LANJUT UNTUK KELAS 10 IPS, SIMAK BAIK BAIK YA. BAGI YANG NAMANYA SUDAH DISEBUTKAN SEGERA MEMASUKI..."
"Gilak jago banget lo, Sya. Bangga gue, btw lama banget masa baru bacain kelas 10 IPS." Briel menepuk nepuk pundak Lisya.
"Byasalah." Lisya mengibaskan rambutnya seraya tersenyum bangga membuat Briel memasang ekspresi seakan ingin muntah saat itu juga.
"Heh udah diem, dengerin itu ntar kena marah."
"Ssttt, Resha." Briel berbisik pelan.
Resha menoleh, menatap Briel yang seperti nya hendak menyampaikan sesuatu. "Mata lo makin merah deh, sakit ya?"
"Enggak, Biel. Gak papa," jawab Resha membuat Briel mencibir nya habis habisan.
"Inggik biil gik pipi, ish selalu aja gitu kalo ditanyain."
"SELANJUTNYA KELAS 11 IPA 1--"
Setelah pembacaan nama siswa-siswi dari kelas 10-12 ternyata takdir sedang tak memihak pada ketiga gadis itu. Resha dan Lisya satu kelas yaitu di kelas unggulan 11 IPA 1, ya... Karena ketiga gadis itu memang di anugerahin otak yang cerdas sehingga dapat masuk kedalam jajaran murid-murid kelas unggulan, tapi sayangnya si cantik bin lemot Briel ternyata beda kelas, ia masuk dalam kelas 11 IPA 2, walaupun berdampingan tetapi tetap saja ada rasa sesak ketika ternyata sahabat kalian tak sama kelas. Kalian pernah gitu juga gak?
"SETELAH PEMBACAAN KELAS SISWA DAN SISWI, DI MOHON UNTUK PERWAKILAN KELAS MENGAMBIL BET YANG NANTINYA AKAN DI BAGIKAN KEPADA TEMAN-TEMAN SEKELASNYA. TERIMAKASIH." Ucap salah seorang guru yang bertugas sebagai MC untuk acara pembagian kelas ini.
Resha. Gadis itu tak terlalu memperhatikan karena sendari tadi sibuk berkutat dengan matanya yang terasa gatal, tadi ia sempat di beritahu oleh Briel tapi ia hiraukan karena mengira kalau nanti pasti juga akan sembuh tetapi ternyata tidak, Resha berkali-kali mengucek matanya yang terasa gatal. Tiba-tiba tanpa Resha sadari ada seorang laki-laki yang berdiri sembari menyerahkan bet kepada Resha namun tak di hiraukan gadis itu, bukan sombong atau bagaimana ya! Resha tidak tahu ada orang yang berdiri didepannya karena terlalu fokus.
"Nih, Bet nya," ucap laki-laki jakung itu menyerahkan Bet kepada Resha yang langsung di terima oleh gadis itu tak lupa Resha juga mengucapkan terimakasih walaupun tak menatap wajah laki-laki itu. Masih sibuk mengucek matanya yang terasa gatal hingga laki-laki itu pergi begitu saja dari hadapannya.
...
"Hiks, sedih banget gak sekelas ih," rengek Briel, gadis itu sudah hendak mengeluarkan cairan bening dari pelupuk matanya.
"Ini kayaknya gara gara gue lupa doa minta sekelas deh semalem makanya kita gak sekelas hiks."
"Biel, jangan nangis. Kita cuma ga sekelas tapi kita kan tetep sama-sama." Resha coba untuk menenangkan Briel sambil mengusap-usap bahu gadis itu.
Lisya mengangguk-anggukan kepalanya setuju pada ucapan Resha. "Kita cuma beda kelas bukan beda dunia kok! Jadi tenang aja bielsayangg."
"Iya sih, tapi kan—"
"Heh kenapa kok jadi mellow gini? Mending kita makan aja gak si? Gue laper hehe," ucapan Resha tanpa dosa yang langsung mendapat jitakan pelan dari Briel, sangat tidak berperikebestie-an memang sahabatnya ini, bisa-bisanya dia sedang sedih malah di ajak makan, kan jadi mauu!
"Lo mah, ah gak berperikebestie-an. Yaudah yuk gue juga laper pengen makan," ucap Briel yang mendapat tatapan tajam dari Lisya.
"Yeuu jamilah gak jelas lo!"
"Gajelas gini juga sahabat lo, Sya." Resha menyahuti.
Lisya begidik ngeri. "Bukan sahabat gue tuh!"
***
TBC...
KAMU SEDANG MEMBACA
GARESHA
Teen Fiction(follow dulu sebelum membaca) "Kamu itu kelabu dan terlalu abu abu untuk dimengerti." ••• Tentang Resha, Ares Sha Reanna Ravan. Gadis kelas 11 SMA yang punya segudang rahasia di balik rahasianya. Ada rahasia dibalik rahasia. Tentang dia yang selalu...