❝Kita pernah sedekat nadi, sebelum sejauh bumi dan matahari.❞
- Venus Auristela -
Duduk di pojok kelas, Galaksi memperhatikan dua orang yang saling berdekatan. Tatapannya tak pernah teralihkan sedikit pun. Diam-diam, tangan cowok itu terkepal erat. Namun, wajahnya tak menunjukkan ekspresi apapun.
"Ven! Niat bantu gue gak, sih? Perasaan daritadi liat ke pojok kelas mulu. Emang bener kata orang, mata cewek akan selalu jelalatan kalo liat cowok ganteng dikit,"
Venus meringis, aksi curi-curi pandangnya terpergok oleh Bintang. "Dia ganteng banyak, bukan ganteng dikit," koreksi Venus dengan lirih, agar tidak didengar oleh Galaksi.
Terdengar decakan kesal dari sosok yang sedang dibicarakan. "Harus banget bisik-bisik sambil deketan gitu?" tanya Galaksi datar, lalu memutar bola matanya jengah---ingin segera melalui saat-saat yang menurutnya tak berguna ini.
"Ya, harus! Nanti lo bisa denger. Kalo denger, gue khawatir lo bakal iri dengki," cercah Bintang tanpa mau melirik Galaksi sedikit pun. Ia hanya menatap Venus seja tadi, mulai kagum dengan sahabat masa kecilnya yang sempat terpisah. "Lo mungkin bakal iri lagi kalo tau alasan gue pindah ke sekolah ini."
"Hus! Diem lo, Bintang!" peringat Venus mulai merasa tak enak kepada Galaksi.
"Lo yang diem, Ven. Orang iri, kalo dipanasin biar tambah iri," Satu kata untuk Bintang, yaitu cerewet. "Apalagi gue sekarang jadi tetangganya Ven--"
"Gue gak tertarik dengerin cerita lo!" potong Galaksi datar. Tanpa berpikir panjang lagi, cowok berseragam berantakan itu pergi dari sama dengan langkahnya yang lebar.
"Lo sih, idiot!" tukas Venus kesal.
Bukan Venus Auristela namanya kalau tidak mengejar Galaksi. Ia meninggalkan Bintang yang sedang menyengir untuk menghampiri Galaksi.
"Gal, maafin Bintang, ya? Tadi dia cuma bercanda aja, kok." Venus menatap Galaksi penuh harap, agar cowok itu tak marah kepadanya. "Kamu jadi pinjam kipasnya nggak? Baju Bintang sudah kering, kok. Baterainya juga masih banyak. Ini, kamu pakai dulu." Venus mengulurkan kipas tangan yang selalu ia bawa.
"Bintang! Bintang! Bintang! Gak ada yang lain atau gimana?!" ucap Galaksi meninggikan suara.
Nyali Venus menciut seketika, kala mendengar suara keras dari Galaksi. Ini pertama kalinya, Galaksi membentak Venus. "Ma--maaf... Aku minta maaf," lirih Venus menundukkan kepala.
Ketakutan tercetak jelas di wajah Venus. Sebelum ia mengatakan hal yang membuat Venus ketakutan lagi, Galaksi segera pergi dari sana. Tanpa mau berbicara bahkan meminta maaf. Hatinya ingin berhenti sejenak---merasa kasihan dengan Venus. Akan tetapi, egonya menghentikan untuk melakukan hal itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
WELTRAUM
Teen FictionMalam itu, Venus Auristela memutuskan hubungannya dengan Galaksi Bramantya. Alasannya sangat singkat, yaitu ingin mengetahui seberapa besar Galaksi ingin mempertahankan hubungan mereka. Karena kesal dan kecewa, Galaksi menyetujui keputusan kekasihn...