“Kecaman paling menyakitkan adalah jika menyangkut-pautkan perasaan.”
Di depan kelas, cowok itu menggeliyat tidak karuan. Kedua kakinya terasa kesemutan. Tidak seperti Venus yang berdiri dengan tenang. "Lo bisa diem nggak sih, Bintang?!" tukas Venus risih.
Cowok itu bersedekap dada. "Jadi orang nggak berterima kasih banget. Udah ditemenin buat dihukum, masih aja marah-marah." Bintang melirik Venus dengan ekor matanya.
"Siapa suruh lo ikut-ikutan? Padahal lo udah dapat pinjaman jangka, kan?"
Mendengus kesal, Bintang benar-benar beranggapan bahwa Venus tidak peka. "Terserah lo deh, Ven. Padahal niatnya biar deket sama lo, taunya malah dimarahin mulu."
Venus tidak menjawab perkataan Bintang. Cowok itu selalu membuatnya merinding dengan setiap perkataan yang keluar dari mulutnya.
Kini, giliran Venus kesemutan, ditambah kakinya mulai nyeri. Ia menekuk kakinya ke atas secara bergantian.
Tidak ada yang berani menghindari hukuman Bu Frida. Saat di dalam kelas pun, bernapas saja sulit, apalagi menoleh ke kanan kiri, bahkan belakang. Satu setengah jam berlalu, mereka tetap berdiri luar kelas.
Bahkan Bintang mencoba bernegosiasi dengan Bu Frida, namun hal itu justru menambah hukuman bagi mereka berdua. Itulah alasan mengapa Venus sejak tadi marah-marah kepada Bintang.
Segerombol cowok memakai baju olahraga melewati depan kelasnya. Kelas Venus memang yang paling terdekat dengan kantin. Saat jam istirahat, di sana selalu ramai orang yang berlalu-lalang.
Bintang mendekat ke telinga Venus. "Lo liat cowok yang paling belakang? Dia murid baru. Buset dah, jago abis kalo main basket."
Tatapan Venus beralih pada cowok yang dimaksudkan oleh Bintang.
Sial! Venus mengenal cowok itu. Cowok yang tidak asing baginya, bahkan sangat mengenal. Sementara tatapan Venus dengan cowok itu bertemu secara tidak sengaja, saat itulah Venus langsung membuang muka.
"Eh, Mantan!" teriak cowok itu membuat teman-temannya memandang Venus, sesuai arah pandang cowok itu.
Terpelonjak kaget, tubuh Venus sampai terduduk di teras. "Iya,"
Venus hanya malu, bertemu mantan pacarnya saat masih duduk di bangku SMP dulu. Lebih parahnya, mereka pacaran hanya selama dua minggu.
Tentu saja hal itu tidak luput dari hujatan Bintang yang mengatakan, "Pacaran kok dua minggu? Itu pacaran atau rental mobil?"
Bintang mengerutkan kening penasaran. "Siapa, njir?"
"Sagar."
Menganga tak percaya, Bintang menutup mulutnya. "Sagar Sriwijaya?"
Venus menggeplak pundak Bintang. "Sanjaya, bodoh!"
Mata Bintang mengerjap beberapa kali. Ia masih memperhatikan cowok yang statusnya sebagai mantan pacar Venus itu. Dulu, Bintang dan Sagar berteman baik. Namun karena Sagar pindah sekolah ke luar kota, mereka jadi lost contact hingga Bintang tidak bisa mengenali Sagar. "Gue nggak nyangka itu Sagar. Bikin pangling nggak, sih?"
KAMU SEDANG MEMBACA
WELTRAUM
Teen FictionMalam itu, Venus Auristela memutuskan hubungannya dengan Galaksi Bramantya. Alasannya sangat singkat, yaitu ingin mengetahui seberapa besar Galaksi ingin mempertahankan hubungan mereka. Karena kesal dan kecewa, Galaksi menyetujui keputusan kekasihn...