Abian | Bab 12

11K 1K 10
                                    

Langit siang yang awalnya terang, tiba-tiba redup. Langit menjadi gelap dan seperti akan turun hujan.

Abi yang baru saja selesai belajar bersama Miss Ana, menatap ke arah jendela dengan senang. Apalagi saat air hujan mulai turun membasahi tanah.

"Ih hujan." Abi celingukan, mansion sepi, yang lain beraktivitas seperti biasanya, begitu pula Ilham dan Kamila yang hari ini ada acara reuni.

Yah, Abi sendirian bersama maid dan para penjaga rumah.

"Abi mau mandi hujan!" Pekik Abi dan berlari ke taman samping.

Abi berlarian di bawah hujan, kakinya yang tidak beralaskan sandal langsung menginjak rerumputan.

"Astaga, tuan muda mandi hujan, cepat hentikan!!" Pekik salah satu maid.

Salah satu maid menghampiri Abi dengan payung, "Tuan muda, mari masuk, nanti tuan mudah bisa sakit!"

Abi menggeleng cepat, "Gak mau, Abi mau mandi hujan, bibi pergi aja."

"Tidak tuan muda, nanti tuan Ervin bisa marah jika tau tuan muda mandi hujan."

Abi diam sebentar, "Daddy gak marah kok, Abi mau mandi hujan pokoknya, bibi pergi aja!"

Maid itu terus membujuk tuan mudanya, beberapa penjaga juga turun tangan untuk membujuk bahkan ada yang langsung menggendong Abi masuk ke dalam mansion, namun Abi berlari ke taman lagi.

Abi berbaring di rerumputan, wajahnya ia biarkan terkena air hujan, ia menutup mata, menikmati tiap tetesan air hujan yang mengenai tubuhnya, hatinya tenang.

Jeder

Abi terkejut, ia langsung berlari masuk ke dalam mansion. Ia juga takut jika tersambar petir, bagus kalau setelah tersambar petir punya kekuatan, kalau mati? Ah Abi masih mau menikmati hidup.

"Abi!!!" Ervin datang dengan tergesa-gesa. Setelah mendapat kabar jika Abi mandi hujan dan tidak mau diajak ke masuk dalam mansion.

Abi terkejut lagi saat melihat Daddy-nya datang dengan ekspresi marah, ekspresi yang selama ini belum ia lihat.

"Daddy," cicit Abi pelan.

--

Abi menatap takut pada Daddy-nya, setelah insiden tadi, Daddy-nya langsung memandikannya dan memakaikannya baju tebal. Daddy-nya terus diam, tidak mengoceh seperti biasanya.

"Daddy?" Panggil Abi pelan pada Daddy-nya yang tengah menatap tab-nya.

Tidak ada jawaban.

"Daddy?"

Tidak ada jawaban lagi.

"Daddy marah sama Abi?"

Tidak ada jawaban.

"Hiks, Daddy marah sama Abi, hiks."

Ervin menoleh saat mendengar tangisan putranya. Ia menghela nafas kasar, ia hanya khawatir jika putranya sakit.

Ervin menggendong Abi dan memeluknya erat, "Gak, Daddy gak marah, Daddy cuma khawatir."

"Hiks, Daddy jangan diem aja, hiks." Ervin hanya mengangguk dan mengelus  kepala putranya dengan sayang.

"Makan ya, sayang?" Ervin menyodorkan sendok yang berisi bubur, bubur itu sudah sejak tadi berada di situ, tapi belum tersentuh sedikitpun.

Abi membuka mulutnya dan memakannya pelan.

"Jangan kayak gitu lagi ya? Kalau baby udah ditegur sama seseorang, berarti apa yang Abi lakukan harus dihentikan, oke?"

Abi mengangguk, "Daddy, susu."

Abian [ on going ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang