Abian | Bab 22

6.7K 743 69
                                    

Abi memakan makanannya dengan wajah menahan tangis. Suara lembut dari omanya tidak ia dengar sama sekali. Sarapan pagi ini, disuapi oleh Kamila karena sang Daddy sedang melakukan perjalanan bisnis selama beberapa hari lamanya, dan itu juga yang membuat Abi sedih. Ia tidak diperbolehkan ikut karena perjalanan bisnis kali ini untuk membangkitkan kembali salah satu perusahaan yang diambang kehancuran, dan satu lagi, Abi harus ulangan kenaikan kelas saat ini.

Ervin pamit, subuh-subuh tadi suasana menjadi haru karena perpisahan antar anak dan bapak yang sebelumnya belum pernah terpisah dalam waktu lama. Dengan segala pertimbangan, Abi setuju keberangkatan Daddy-nya, setuju hanya di perkataannya saja tidak untuk hatinya.

"Udah gak usah nangis, nanti pulang sekolah ikut kakak ya?" Ujar Ola.

Abi mengangguk pelan, "Beli mainan ya."

"Iya, nanti kita beli mainan yang banyak," balas Ola.

"Udah selesai kan? Ini susu baby, seperti biasa, jika habis, langsung minta ke paman Max," tutur Kamila.

Tas Abi dibawa oleh bodyguard. Abi digendong oleh Rain ke mobil. Kali ini, Rain yang akan mengantar ponakannya itu.

"Abi gak mau duduk sendiri Rain, mau pangku," ucap Abi saat ia akan didudukkan di kursi samping kemudi.

Rain menurut, memangku ponakan manjanya sambil menyetir. Mobilnya mulai berjalan mengikuti mobil depannya, juga diikuti 1 mobil dibelakangnya.

Abi memeluk leher Rain erat, "Daddy kapan pulangnya, Rain?"

"Kan bang Ervin baru aja berangkat, gue juga gak tau kapan pulangnya," jawab Rain sambil mengelus punggung ponakannya.

"Nanti kalau Daddy pulangnya lama, Abi bolehkan tidur sama Rain? Minta gendong Rain?"

"Bolehlah," jawab Rain.
"Udah lo tenang aja, bang Ervin pasti sering nelpon lo nanti, mana mungkin bang Ervin ngebiarin anak kesayangannya terkurung kerinduan."

Mereka sampai di sekolah. Rain mengantar Abi sampai di depan kelas. Mencium dan merapikan poni ponakannya dengan sayang, walaupun ia sering jahil dengan ponakannya ini, tapi sungguh, Rain sangat menyayanginya.

"Nanti dijemput kak Ola, makan siang nanti bunda yang kesini, ngerti?"

Abi mengangguk dan mencium pipi Rain, "Dadah.."

"Semangat! Harus bisa rangking satu, lo rangking satu, kita nonton balapan," ucap Rain membuat Abi mengangguk semangat.

Abi masuk ke dalam kelasnya, duduk sesuai nomor absen. Namanya berawalan huruf A, ia absen pertama, di depan bagian pojok.

Mata Abi menelisik ruang kelas, mencari Ratu yang tidak ada dalam pandangannya.

"Abi.." panggil Claudi.

Abi membalasnya dengan senyuman.

"Mata kamu kok bengkak, kenapa?" Tanya Claudi.

"Habis nangis hehe, soalnya Daddy ke luar negeri tanpa Abi," jawab Abi.

"Oh keluar negeri, cari ibu buat kamu ya?" Tanya Claudi membuat Abi diam membisu.

"Heh..heh..heh, ada apa nih?" Ratu mendorong Claudi agar sedikit menyingkir.

"Pagi bayi gede? Udah belajar kan lo? Anak bayi gak boleh nyontek pokoknya," ucap Ratu.

Abi tersenyum pada Ratu, "Udah kok, Abi udah belajar, Ratu juga gak boleh nyontek."

Ratu hanya mengangguk lalu pandangannya beralih ke Claudi yang hanya menyimak percakapan mereka tadi, "Ngapain lo?"

Claudi tersenyum kikuk, "Gak papa kok, Abi, Ratu, aku balik ke bangku ku ya."

Abian [ on going ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang