Abian | Bab 2

17K 1.5K 41
                                    

Langit sore yang terlihat cerah menemani Abi yang tengah berjalan sendirian di tengah jalan yang ramai.

Abi berjalan sambil menghentakkan kakinya kesal, hari ini ia tidak melakukan kebiasaannya yaitu pergi ke sekolah.

Sekolah, tempat di mana bisa mendapatkan ilmu dalam upaya menciptakan anak didik yang mengalami kemajuan setelah mengalami proses melalui pembelajaran. Abi pun begitu, hampir setiap hari kecuali hari libur, Abi selalu datang ke sekolah dekat dengan daerah ia bekerja secara diam-diam tanpa ketahuan guru maupun siswa di sana.

Abi selalu mengintip di jendela sambil melihat dan mendengarkan guru saat mengajar. Sekolah menengah pertama yang Abi kunjungi.

Abi sangat senang melihat anak-anak remaja berpakaian putih abu-abu berangkat bersama menuju sekolah dan sejak saat itu juga Abi melakukan acara ngintip itu.

"Abi hari ini gak dapat pelajaran, ih kesel." Abi menendang kerikil yang ada didepannya, kepalanya menunduk, bibirnya mengerucut sebal.

Bruk

"Aduh gimana sih lo, jalan gak lihat-lihat!" Pekik seorang perempuan di depan Abi.

Abi dan perempuan itu saling menabrak satu sama lain, mereka sama-sama tidak memperhatikan jalan. Abi yang menunduk dan perempuan itu yang berlari dengan mata yang terus menatap ke belakang.

"Sakit tau," gerutu Abi sambil mengusap dahinya yang terbentur dahi perempuan itu.

"Tapi Abi minta maaf kalau tadi Abi yang salah," lanjut Abi sambil menatap perempuan yang sedikit lebih tinggi darinya.

Perempuan itu menatap Abi lama, "Gue juga minta maaf, gue juga salah karena lari-lari."

Abi mengangguk kecil dan menatap dari atas ke bawah perempuan yang memakai seragam putih abu-abu itu.

"Nona!!!"

"Gawat!" Pekik perempuan itu membuat Abi terkejut.
"Ayo lari!!" Perempuan itu berlari, Abi yang bingung mengikuti perempuan itu.

"Kita kenapa lari-lari?" Tanya Abi di sela-sela larinya.

"Ada yang mau nangkap gue, bantuin cari tempat persembunyian," jawab perempuan itu.

Abi yang mendengar itu terkejut, pasti perempuan itu dalam bahaya.
Abi langsung menarik tangan perempuan itu menuju ke dalam pasar. Abi yang sidah tau seluk beluk dalam pasar, ia bisa mencari tempat persembunyian di pasar yang sudah sepi itu dengan mudah.

Mereka bersembunyi di balik tumpukan keranjang-keranjang buah yang sangat banyak dan itu membuat tubuh keduanya tertutupi.

"Bau banget ih, jorok lagi," jerit perempuan itu.

Abi langsung menepuk keras mulut perempuan didepannya kala ia mendengar langkah kaki yang sepertinya tidak hanya satu orang.

Perempuan itu diam sambil menutup hidungnya karena bau busuk yang berasal dari buah-buah yang sudah busuk di sampingnya.

Saat orang-orang itu benar-benar pergi, mereka keluar dari persembunyiannya.

Perempuan itu menarik nafas panjang setelah tidak mencium bau buah busuk tadi.

"Sumpah baunya gak nahan," ucap perempuan itu sambil mengusap peluh di dahinya.

Abi menatap polos perempuan di sampingnya, matanya mengerjap beberapa kali.

"Eh iya lupa gue sama lo, makasih ya," lanjut perempuan itu sambil mengambil uang yang ada di sakunya dan memberikannya ke Abi.

Abi menatap beberapa lembar uang merah itu, "Abi ikhlas kok bantu kamu."

"Udah ambil aja, lumayan nih duit buat lo makan."

"Tapi Abi ikhlas bantuin kamu, gak usah, Abi pergi dulu." Abi melangkah pergi, tapi mendadak berhenti karena mendengar suara perempuan itu.

"Makasih, tapi gue bilangin deh ke lo, jangan sok mampu kalau hidup lo aja jadi gelandangan."

Perempuan itu pergi begitu saja meninggalkan Abi yang sakit hati dengan kata-kata perempuan itu.

Bukan Abi tidak mau, tapi Abi lebih senang dapat uang dari hasil kerja kerasnya, Abi tadi benar-benar berniat membantu saja.

"Abi emang gelandangan, Abi emang bukan orang kaya kayak kamu, tapi Abi juga punya hati yang bisa sakit hati karena ucapan kamu!" Teriak Abi membuat perempuan yang jalannya belum terlalu jauh mendengar teriakan Abi dan ia menghentikan jalannya.

Abi berlari sambil mengusap air matanya meninggalkan perempuan tadi.

--

Dinginnya malam dan sepinya jalanan membuat suara tangisan Abi terdengar keras.

"Sakit hati Abi dengar itu tadi, Abi kan cuma niat nolong dan Abi udah tolak baik-baik, kenapa dia jahat?"

"Walaupun memang Abi gelandangan, tapi Abi kan juga manusia yang memiliki perasaan."

"Hiks-"

Abi berhenti di depan sebuah toko yang sudah tutup, ia merebahkan tubuhnya dan meringkuk agar hawa dingin tidak membuatnya kedinginan.

Air mata Abi mengalir lagi, ia juga ingin hidup seperti orang lain yang mempunyai keluarga, mempunyai rumah untuk berteduh, merasakan kehangatan dan kasih sayang orang tua. Tapi bukannya takdir hidup sudah diatur? Abi hanya menjalankan takdirnya, ia tidak salah.

Abi pernah di bawa oleh sebuah organisasi sosial yang menangani orang-orang gelandangan tapi Abi kabur dari tempat itu karena ia dipukuli oleh orang-orang yang sidah menempati tempat itu terlebih dahulu. Abi pun kabur dan berpindah tempat.

--

Di rumah mewah yang ditempati oleh sebuah keluarga kaya itu tengah terjadi keributan.

Anak bungsu dari keluarga itu tengah dimarahi oleh semua anggota keluarganya. Anak bungsu itu adalah perempuan yang ditemui Abi tadi.

"Kamu ini kenapa selalu membuat kita khawatir, Kanya!" Bentak laki-laki paruh baya yang diketahui merupakan ayah dari perempuan yang bernama Kanya.

Saudara dan saudari Kanya hanya menatap datar ke arah Kanya. Kanya itu anak bungsu keluarga mereka dan hanya Kanya yang tidak sekuat yang lain tapi dan hanya Kanya yang sifatnya berbeda dari saudaranya yang lain.

"Kanya pengen bebas, Kanya gak mau dikekang, Kanya gak mau kemana-mana diikuti bodyguard, Kanya udah besar dan Kanya bisa jaga diri Kanya sendiri!" Teriak balik Kanya.

"Memang, memang kamu sudah besar tapi kamu tidak sekuat kita makanya kita menjaga kamu lewat bodyguard itu," sahut salah satu saudara Kanya.

"Sudahlah, pokoknya Kanya gak mau diikuti bodyguard lagi, Kanya juga pengen kayak kalian yang bebas kemana aja tanpa ada yang ngatur, kalau Kanya bisa pilih, Kanya gak mau jadi anak bungsu!" Kanya berlari menuju kamarnya meninggalkan keluarganya.

"Anak itu benar-benar tidak tau caranya menghargai," desis ayah Kanya.

Kanya memasuki kamarnya, ia lelah. Setelah memisahkan dari Abi, ia ditemukan oleh bodyguard dan dibawa pulang dengan membawa rasa bersalah karena sudah mengucapkan kata-kata yang menyakitkan pada orang yang sudah menolongnya.

"Gue harus cari dia, gue harus minta maaf."

___

Biar banyak dulu partnya makanya cepet update hehe.

Jangan lupa Vote Comment dan Follow user Wp author

Next?

Abian [ on going ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang