Bagian 7 (final).

1.6K 115 10
                                    



~Something in Between~
A Story written by Weirdodorks








“Jaehyun-ah...”

Johnny membuka mata ketika rambut poni setengah panjang yang akhir-akhir ini tak dirawatnya itu disingkirkan dari dahinya. Mengedipkan dua netra elangnya yang menyayu untuk sekedar memastikan apakah pandangan matanya tidak sedang membohongi si empu. Air matanya mengalir begitu saja, dengan tangan bergetarnya yang mengambang diudara sebab tak bernyali menyentuh wajah sosok didepannya.

Wajah sempurna yang selama ini disakitinya. Wajah yang selama ini memberikan pelangi dalam hidupnya. Yang membuatnya memutuskan untuk mengakhiri hidupnya dipenjara, sebab Johnny tak ingin lagi melukainya. Bukan sebab Johnny membenci, ia hanya tak ingin rasa ingin memilikinya pada Jaehyun membuatnya lagi-lagi menoreh luka pada sang terkasih.

Terakhir yang Johnny ingat, ia sudah berada di bui. Terpuruk dengan rasa sesal yang menghantui, sampai cercaan dan hantaman narapidana lain di tubuhnya tak ia rasa. Hingga satu benda di kamar mandi penjara menarik matanya. Mungkin jika ia mati, Jaehyun takkan lagi sengsara. Jadi dengan yakin Johnny mengambil benda itu, hanya sebatang sikat gigi. Ia kikir hingga tajam ujungnya, dan dia hunuskan tepat didepan jantungnya.

Jadi...

Apa kini Johnny tengah berhalusinasi?

Apa ia sudah benar-benar mati dan berada di alam lain?

Apa yang tengah berada didepannya dengan tangan yang memeluknya kini hanyalah malaikat yang hanya menyerupai sosok Jaehyun karna ingin menghukumnya dengan rindu yang mendalam?

“Kak Jo, jangan menangis...”

“K-kau...”

“Iya kak, ini aku. Jaehyunmu.”

Johnny terperanjat ketika pahatan secantik dewi itu bersuara. Hendak beringsut melepas paksa tangan yang melingkar di pinggangnya dengan mulut menganga. Sampai ia sadar sesuatu terasa menyengat dipunggung tangan kirinya. Ah, dada kirinya pun terasa nyeri seirama dengan denyutnya.

“Tidak, Jaehyun-ah.. pergi!! Menjauh dariku...PERGI.”

‘Sial, aku belum mati.’ Batin Johnny nelangsa.

Sungguh ia tak ingin melihat wajah ayu Jaehyun yang terlihat kecewa, tapi bayangan Jaehyun yang berdarah dan hilang kesadaran akibat ulahnya menghantam akal sehat Johnny.

“Pergi Jaehyun-ah. Kumohon jangan mendekat padaku. Aku mencintaimu, kumohon pergilah.”

Johnny terus menggumam, sesekali berteriak dengan airmata yang berlinang. Membuat Jaehyun menatap bingung serta miris pada kondisi kekasihnya yang tak lebih baik darinya. Matanya terus menatap secara tidak fokus ke segala sudut ruangan. Mencari entah kemungkinan macam apa yang mungkin bisa menjauhkan Jaehyun darinya.

“Oh my god. Kak, infusmu... DOKTERRRR... SUSTERR....”

Jaehyun berteriak panik, sedangkan Johnny terjebak dalam pikirannya.

Setelah sedikit tenang pasca seorang dokter dan dua suster melakukan penanganan, Johnny kembali tertidur. Dan Jaehyun tak kuasa menahan dirinya sendiri untuk tak ikut menaiki tempat Johnny terbaring. Jaehyun lagi-lagi melingkarkan lengannya ke tubuh kekasihnya itu seakan ia tengah memeluk dunia dan semestanya.

Setidaknya untuk yang terakhir kali, Jaehyun ingin memberikan pelangi bagi langitnya.







.
..
...
....
.....







“Percuma menjadi pelangi untuk orang yang buta warna.”

Begitu perkataan Kai (kakak sepupunya) terakhir kali padanya. Seluruh keluarga Jung menaruh benci pada Johnny, dan Jaehyun diam-diam tahu ia tak bisa menyalahkan mereka akan hal itu. Tapi Jaehyun juga tak menyangkal jika ia begitu benci, ketika disaat seperti inipun, hanya Johnny yang diingininya.

Sepulang dari rumah sakit pasca perawatannya, orang tua Jaehyun mengurungnya dirumah mereka. Membuang segala hal yang dimiliki Jaehyun yang memungkinkannya berhubungan lagi dengan Johnny, atau sekedar membuat jaehyun mengingat pria itu. Bahkan ponsel dan macbooknya, semua dibakar habis oleh orang tuanya yang murka pada hubungan tidak Jaehyun dan Johnny.

“Apa selama ini kami kurang memperhatikanmu? Apa kau tidak bisa berpikir jernih? Apa kau tak bisa menemukan orang yang lebih baik darinya? Kenapa selama ini kau tidak bercerita? Kenapa kau masih membelanya?”

Semua pertanyaan itu tak satupun ingin Jaehyun jawab. Ia hanya mencintai, tapi mengapa seluruh anggota keluarganya memojokkannya. Kemurkaan itu bahkan berlanjut semakin parah ketika Jaehyun berkata jika ia ingin mencabut tuntutan yang ayahnya layangkan pada Johnny.

Jaehyun sudah lelah menangis, mengiba pada tuan dan nyonya Jung. Ia bahkan pernah bersujud dan memohon pada sang appa, untuk mencabut tuntutannya pada Johnny namun tak pernah diindahkan.

“Aku akan membunuh diriku sendiri jika appa bersikeras ingin memenjarakan kak Jo seumur hidup. Ia tak membunuhku ataupun membuatku cacat. Ia hanya mencintaiku Appa, aku yang bodoh. Aku  yang tak bisa menjaga diriku dari pria lain dan membuatnya marah karna cemburu...

....appa, jebal.”

Dan setelah itu Jaehyun pingsan karna kelelahan menangis selama beberapa malam terakhir, terlebih ia juga kehilangan nafsu makan semenjak melihat polisi meringkus Johnny tempo hari. Padahal kondisinya pasca operasi pun belum sepenuhnya membaik.

Hingga akhirnya nyonya Jung yang pada dasarnya berhati lembut itu lebih dulu luluh. Ia ikut memohon pada suaminya untuk diberikan keputusan yang sedikit lebih longgar. Sebab ia tak lagi tega melihat anak kesayangannya semakin kurus dan kuyu, sama sekali tak terlihat se’hidup’ seperti sebelumnya.

“Pindahlah ke Connecticut bersama pamanmu, ia yang akan menjagamu selama disana. Dan jangan khawatirkan soal kuliah. Appa akan mengurus semuanya.”

Final.

Jaehyun yang terbaring di ranjang kamarnya terpaku mendengar kalimat penuh dominasi yang ayahnya sampaikan. Tubuhnya yang melemah drastis tak mampu ia gunakan untuk beranjak duduk. Denyutan dikepalanya pun menjadi-jadi, tapi Jaehyun memilih abai.

“Jika Jae melakukan itu, appa benar-benar akan membebaskan kak Jo?”

“Hm. Tapi jangan harap appa akan membiarkan kalian tetap bersama. Begitu dia bebas, hari itu juga kau harus berangkat ke bandara. Eomma mu yang akan mengantarmu.”

“Beri Jae satu hari appa. Kumohon, Jae berjanji tidak akan lari. Setidaknya biarkan Jae berpisah selayaknya, jadi Jae bisa pergi tanpa penyesalan yang tersisa.”

Jung yang lebih tua mendesah berat, sarat akan kekhawatiran pada putra yang dicintainya sepenuh jiwa. Tapi ia tak bisa memungkiri jika melihat buah hatinya yang pasif tanpa binar ceria seperti saat ini, adalah perasaan yang paling sakit yang pernah ia rasakan dalam hidupnya. Jadi yang dilakukannya hanya mengangguk dan segera meninggalkan kamar Jaehyun, juga supaya anak itu tak melihat air matanya yang mulai turun.

Sayangnya, begitu surat pencabutan tuntutan Tuan Jung pada Johnny akan diproses oleh pengadilan, kabar buruk lebih dulu datang. Johnny melakukan percobaan bunuh diri di kamar mandi ketika semua tahanan tengah dikeluarkan dari sel nya untuk berkegiatan dan mandi di sore yang dingin.

Tapi janji tetap janji. Apapun yang terjadi, Jaehyun tetap harus pergi, menjauhi kekasih yang mungkin akan menjadi memori abadi dalam relung hatinya. Toxic relationship yang mengikatnya bersama Johnny, sepertinya memang perlu diobati dengan perpisahan.

Because when there is rainbow in the sky, there must be something in between.

Storm.














END.

~Something in Between~
A Story written by Weirdodorks








~Something in Between~A Story written by Weirdodorks

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Catatan kaki : hai, aku Weinara/Weirdodorks (panggil aja wei).
Teruntuk kalian semua yang sudah baca cerita ini, aku mau bilang kalau aku sangat berterima kasih.
Aku bukan orang yang pandai berkata kata atau bahkan bercerita, tapi nekat ingin membuat karya di wp meskipun gak seberapa.
Kalau kalian mau berteman jangan sungkan buat dm wei ya, wei selalu suka dapat teman baru.
Sekian salam perpisahan aku buat book ini.





Silahkan kasih kritik dan saran juga kalau berkenan, wei selalu terbuka.

Something in Between [[Johnjae]] END. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang