Dingin

7 1 0
                                    

       Yasmin hanya diam memandangi ponselnya ketika ia tau hampir seisi kelas berbisik tentangnya. Sebelah bangkunya kosong, dan tentu saja bangku dibelakang tempat pria itupun sama. Ia hanya memandang geng itu sekilas yang juga menatapnya dingin seakan menerka nerka maksud dari semua. Satu hal yang ia takutkan saat ini. Ya, orang tuanya dipanggil menghadap kesekolah.
      
       Lalu terdengar ketukan pintu dari luar kelas yang mengheningkan suara ocehan mereka. Perlahan pintu itu terbuka, seorang guru laki laki berkumis tebal yang raut wajahnya tampak tegas memandangi seisi kelas. Tak basa basi ia memanggil nama salah satu siswa.

"Yang namanya Yasmin mana ?"

       Semua mata tertuju kearah gadis itu seketika, tapi tak ada yang berani bersuara. Yasmin semakin pucat pasi, tiba tiba saja hatinya seperti tersambar petir.

"Yang mana ?" tanya bapak itu sekali lagi. Mau tidak mau Yasmin mengangkat tangan dengan cemas

"Kamu ya ? Ayo nak ikut bapak sebentar !" ajaknya

       Yasmin kembali melihat teman temannya yang menatap cemas pula. Ia yakin 1000 persen tau alasan namanya dipanggil. Ia mengikuti langkah guru itu dari samping. Tapi bapak itu ternyata tidak seseram tampangnya, beliau seperti menenangkan Yasmin yang ketakutan setengah mati.

"Gausah takut, kamu cuma ditanya nanti gak bakal dihukum"

       Namun bibirnya tak menjawab satu patah katapun, tetap saja ia tau konsekuensinya nanti.

       Diatas pintu itu terdapat plat besar bertuliskan "Bimbingan Konseling" pertama kali dalam sejarahnya disekolah Yasmin memasuki ruang itu.

"Ayo masuk.. Ditunggu Ibu Kepsek didalam" pintanya lembut bapak itu

       Yasmin membuka pintu itu yang mana sudah ada 2 orang siswa yang wajahnya babak belur dihadapan seorang wanita berkacamata yang berwibawa. Mereka bertiga serempak melihat kearah Yasmin. Yasmin menutup pintu itu perlahan, entah mengapa matanya berkaca kaca.

"Sini nak ! Duduk disofa" pinta wanita itu lembut

****

       Gadis itu melihat jam digital sekolah yang tepat di atas pintu masuk kantor, pukul 15.00. Yang seharusnya ia sudah berada dirumah setengah jam yang lalu. Entah kenapa takdir mempertemukannya sekarang dengan sapu ijuk sekolah sekarang. Ia melihat 2 orang laki laki lain yang juga tengah malas melakukan kegiatan itu. Keringat bercucuran diwajah mereka. Yasmin membuang sampah terakhir yang ia sapu dengan susah payah ke tempat sampah dorong ditengah lapangan. Ia kesal karena mereka berdua belum juga menyelesaikan bagian mereka

"Ayo cepetan! mau pulang nggak ?"

       Kedua lelaki itu hanya mendengus malas. Melihat reaksi mereka, mau tidak mau Yasmin ikut mengambil bagian lain lagi. Pertama ia menyapu didekat Raka. Raka terlihat sangat bersalah.

"Yas, sory ya !" ucapnya pelan

       Namun Yasmin memilih enggan menanggapi. Melihat itu, Sam tersenyum puas sekali lagi. Ekspresi Raka kembali kesal menghadap Sam. Yasmin tersadar mereka berdua belum kapok.

"Ck.. !!"

       Tangan gadis itu berhenti. Ia menunjukkan ekspresi kesalnya pada mereka berdua.

"Apa ? Belum puas babak belurnya ?"

       Mereka hanya kembali menyapu.

"Alhamdulillah ya cuma disuruh bersihin ini. Coba kalau panggil wali ? Lagian kaya anak kecil berantem ndak jelas"

"Gaada asap kalo gaada api !" Sam nyeletuk

"Lo nya aja yang baperan !" Raka masih membalas

"Kalian berantemin apa sih ? Cewek ? Nyadar nggak kalian tuh bucin. Nggak malu ? Drama banget diliatnya, masih SMA juga"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 10, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

To YasminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang