I. Midsummer Kiddos

63 15 34
                                    

July, 29

Chirpy summer
with lots of joy


_____


Agaknya Juli telah menjadi bulan problematis bagi separuh populasi Bumi, demikian untuk seorang An Yujin yang menyumpal sepasang telinga dengan sepasang airpod biru favoritnya. Selepas perkara menyedihkan yang menimpa dirinya kemarin dulu, ia kembali dipertemukan oleh masalah lain. Darmawisata musim panas merepotkan, yang mewajibkan hak seluruh pelajar untuk berpartisipasi.

Fajar menyingsing tak terlalu lama, namun suasana di halaman luas tempat belajarnya amat ramai. Segenap siswa-siswi dan guru tengah melakukan absensi demi keutuhan agenda tur yang akan berlangsung tiga hari kedepan.

Gadis ber-airpod biru itu rampung menaruh kopernya di bagasi. Langsung memasuki bus dan mendapatkan kursinya, tidak di depan, tidak juga kursi paling belakang. Sepasang kursi di barisan kesembilan menjadi pilihan sempurna, lantas menempatkan diri dekat jendela. Saat ini, ia hanya perlu menunggu teman cantiknya sembari menikmati Hana ga Saku Michi yang dilantunkan oleh THE CHARM PARK, band asal Jepang kegemaran Yujin, melalui airpod yang setia terhubung ke bluetooth ponselnya.

Tiga menit belum juga berlalu, Yujin menyadari sebelah airpod-nya sengaja dilepas oleh sosok yang sudah mendiami kursi di samping. Ah, ia kira adalah teman cantiknya itu, melainkan pemuda bertubuh jangkung yang dua hari silam menemani kesedihannya. Meski topi yang pria itu pakai menutupi sebagian wajahnya, Yujin bisa mengenali hanya dari senyum tipisnya.

"Kak Minhee, sini dong," akhirnya gadis itu bersuara, meski hampir tak terdengar cukup jelas. Yang dipanggil justru menjajarkan wajahnya, mempersempit jarak antara mereka berdua dengan senyum simpul yang belum sirna dari kedua bibirnya.

Yujin terkesiap atas perlakuan teman kecil sekaligus kakak kelasnya itu, ia mendorong bahu Minhee agar segera menjauh.

"Dih, bukan kamu. Tapi airpod-ku itu sini!" ujarnya penuh penekanan sembari memelotot, menunjuk sebelah airpod birunya yang sudah tersemat pada telinga kanan Minhee.

"Mana teman kamu?" ia tak meladeni seruan Yujin, malah bertanya hal yang mestinya tidak juga penting, bagi pemuda itu sendiri. Gadis di sampingnya mendengus kesal, mengalihkan pandangan pada lapangan sekolah yang hampir tiada seorang pun di sana.

"Nggak tau, deh. Aneh banget Yuna bisa telat," tutur katanya terdengar sudah tak terlalu peduli, menurut Minhee.

Yujin dan dirinya pun amat kenal dengan sosok yang tak pernah kesiangan untuk bersekolah itu. Rasa penasaran tak lepas dari benak mereka, hal apa yang bisa membuat Yuna belum hadir sepagi ini. Meski tahu mereka tak jua mendapat jawaban jika memikirkannya sendiri.

Agak jemu, cowok itu melepas topi berwarna biru angkatan laut dan mengenakannya pada Yujin, sampai usil menarik ujung topinya ke bawah hingga kepala si gadis ikut merunduk.

"Ak, sumpah rese bang-"

"Awas! Minggir enggak!" panjang umur, suara cempreng gadis bersurai pirang berponytail menyesaki bus yang sebetulnya sudah- dan masih saja ramai sedari tadi. Rupanya, ia baru menampakkan batang hidung di pagi hari ini.

Minhee heran dengan perangai gadis yang kini manarik ujung lengan seragam musim panasnya, dengan maksud menendang lelaki itu dari kursi miliknya. Sedangkan siswa-siswi yang sudah memenuhi kursi masing-masing hanya asyik dengan aktivitas mereka sendiri. Minhee memberengut, menyahut dengan sedikit bergurau, "Kalau enggak mau?"

"Ini tempat aku, loh, kak!" gadis itu mengembus nafas keburu kesal, tak mementingkan dengan siapa ia mengadu mulut.

"Ya, terus?"

How goes the world with you?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang