IV. Better Half

36 8 1
                                    

July, 30

Eonnie,
you really are
my better half..

.. for my better day.

and no one can
sweep you away.

So, thank Ryu.

____

Debur ombak serta gelak bahagia orang-orang terus bergema di bawah birunya cakrawala. Siang itu masih pukul satu kurang beberapa menit, sudah saatnya bagi pengunjung Pantai Songdo untuk melepas penat dan mengisi perut mereka.

Semestinya seperti itu.

Namun, tingginya antusiasme membuat sebagian dari mereka enggan menunaikan aktivitas penuh gelora itu.

Sebagaimana dua insan yang masih mendiami saung yang menghadap langsung pada lautan. Tidak ada setitik pun gairah yang nampak pada jiwa mereka, hanya menikmati silir-semilir angin laut sembari memandangi gulungan-gulungan ombak, jauh di hadapan sana.

Mereka bungkam untuk waktu yang cukup lama, bisa jadi ribuan renungan menyesaki keduanya. Hingga salah satu dari mereka menoleh kepada Yuna, sosok di sebelahnya. "Kamu enggak mau cerita apapun sama kakak?"

Yuna merunduk seketika, memikir-mikir jawaban apa yang harus ia katakan pada sang kakak atas tanda tanya sekaligus permintaannya tersebut. Ia menggeleng, hampir tak nampak gerak-geriknya.

"Ada masalah di rumah?"

Yuna masih bergeming dengan pikirannya, apa yang perlu ia ceritakan, dan bagaimana ia harus menjelaskan semuanya? Pikiran itu terus menari di kepalanya.

"Em.."

"Apa?" sang kakak belum menyerah, nyatanya gadis itu masih ingin peduli pada sang adik kesayangan.

"Yuna kangen main sama kak Ryujin," dengan masih menunduk, Yuna mencurahkan hal yang selalu menetap di pikiran dan hatinya beberapa hari belakangan ini.

Ryujin hanya bisa mengembus nafas usai mendengarkan isi hati sang adik, bukannya sama sekali tidak mengharapkan jawaban itu. Tetapi ia ingin tahu, bagaimana 'Yuna kemarin dan hari ini' terlihat berbeda dengan seorang Shin Yuna yang cerah bak mentari siang bolong seperti biasanya.

"Kita sering ketemu di sekolah, kan?" ujar Ryujin.

Sontak Yuna menegakkan kepalanya, kembali mengamati pesisir yang masih riuh-rendah oleh afeksi para pelancong. Peristiwa menyebalkan pagi kemarin berputar-putar di benaknya lagi tanpa permisi, memaksanya memantapkan diri untuk segera menceritakan hal itu pada sang kakak.

"Mulai besok, Papa gak akan ada di rumah. Buat sepuluh hari ke depan," akhirnya gadis itu mau berbagi kisah pada Shin Ryujin. Meskipun masih ada sedikit keraguan untuk melontarkan cerita selanjutnya.

"Ke luar kota lagi?"

Yuna mengangguk pelan, mengayun-ayunkan sepasang tungkai jenjangnya di pinggir saung.

Sementara Ryujin merasakan ganjil dengan cerita tersebut. Yang ia tahu, Yuna tidak akan semurung ini, hanya karena Papa akan berdinas ke luar kota. Yuna dan dirinya bahkan sudah terbiasa ditinggal Papa sejak di bangku sekolah dasar.

Sebagai orang yang paling dekat, ia mengetahui pasti bahwa ada hal lain yang menganggu pikiran adik cantiknya itu.

"Cuman itu?" pancing Ryujin.

Tanpa ia duga, Yuna menggeleng cepat. Nyatanya memang benar. Ada hal lain yang merungsingkan benak gadis itu.

"Kemarin Papa pergi ngejemput sekretaris barunya. Makanya, aku bisa telat ke sekolah," Yuna menghela nafasnya dalam-dalam. Ia tidak paham dengan perasaannya saat ini, bukan kah seharusnya ia bisa maklum. Papa merupakan manajer di sebuah perusahaan, dan pasti harus berhubungan erat dengan relasinya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 08, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

How goes the world with you?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang