01.Awal

86 10 4
                                    

Happy reading🤍🤍

Disebuah rumah mewah di Kota besar,Cahaya matahari tampak tidak malu- malu menampakan cahayanya memasuki kamar seorang gadis yang sedang bergulat dengan selimutnya, dia Qiara gadis cantik kulit putih bersih Hidung mancung dengan tubuh mungil. Perlahan gadis itu membuka matanya mulai menyempurnakan semua kesadaran, hari ini hari Minggu tapi tidak ada alasan untuk Qia bermalas-malasan dia harus membatu sang ibu mengerjakan pekerjaan rumah.Gadis itu turun dengan wajah cerah ceria, dengan senyum khasnya terukir di wajah cantiknya.

"Mama"Qia langsung memeluk sang mama yang sedang mencuci piring.
"Qiara hobi banget ngagetin mama, mau bikin Mama jantung?"

"Hehe maaf ma"Qia menggaruk kepalanya yang tidak gatal sambil memamerkan giginya.
"Sini ma biar Qia aja yang cuci piringnya mama kerjain yang lain aja"

"Ga usah Qia biar mama aja,mending kamu duduk sana diem ini juga udah mau selesai dikit lagi mama juga maaf siapin sarapan"
"Ihh mama biar Qia aja"sambil mengambil alih piring yang ada di tangan mamanya.

Reni menghela nafas."Ya sudah mama siapin sarapan buat kita dulu ya"

Setelah semuanya siap dan Qia juga sudah selesai mencuci piring.Qia menundukkan kepalanya melihat papa menuju meja makan dan duduk bersebrangan arah dengannya.Reni masih memanggil deva dan Keiden.Qia memberanikan diri untuk mengangkat kepalanya menghadap sang papa.

"S-selamat pagi pa" Andi hanya menatap sang Anak datar, saat pandang keduanya beradu dengan cepat Andi langsung mengalihkan pandangan kesembarang arah.

"Selamat Pagi papa ganteng"
Deva datang dengan senyum yang merekah diikuti Reni dan Keiden.

"Pagi anak papa yang paling cantik"

Qia hanya tersenyum masam melihat kedekatan kakak dengan papanya sedangkan dia jangankan untuk dekat berbicara pun hampir tidak pernah.
Suasana di meja makan sunyi hanya ada dentingan sendok dengan piring. setelah semua selesai saat Andi dan Keiden hendak pergi suara manja Deva menghentikan semuanya.
"Papa,kak kei tunggu dulu jangan pergi dulu"Andi serta Keiden yang langsung duduk kembali dan Reni dan Qia pun menghentika aktivitas membersihkan meja makan.

"Jadi hari ini kan libur jadi Deva mau ajak papa sam kak Keiden jalan-jalan"

"Kakak ga bi-"

"Sudah kalau kalian ga bisa papa juga pasti ga bisa" potong Deva cepat dengan mata yang sudah berkaca-kaca dan akan berlalu meninggalkan meja makan. Andi dan Keiden menghela napas

"Ya sudah hari ini kita jalan-jalan papa sama kak Keiden temenin" final
Andi.
"Yeyy makasih papa kak Keiden" Deva langsung memeluk sang papa

"Oh iya mama atau pelakor boleh ikut" Deva mengatakan itu dengan lantangnya tanpa memikirkan sedikitpun perasaan sang mama dan Qia.Andi dan Keiden hanya diam kemudian keduanya berlalu diikuti oleh deva kini menyisakan Reni dan Qiara.

"Qia kamu main ikut juga ga?" Reni bertanya dengan nada lembutnya

"Ga ma, nanti mala ganggu lagi,lagian hari ini Qia mau siapin yang harus di bawah untuk MPLS besok"

"Oh iya,mama lupa kalau putri kecil mama ini besok udah SMA" dengan gemas Reni mencubit pipi Qia membuat keduanya tertawa tanpa beban.

Kini di rumah mewah ini tinggallah Qia sendiri mama papa beserta kakaknya telah pergi sejak satu jam yang lalu.Setelah selesai bersiap untuk membeli apa saja yang dibutuhkan untuk MPLS besok Qia langsung pergi dengan cepat supaya pulangnya tidak kesorehan dia takut mama tercintanya khawatir.

*****
Dilain tempat di mansion mewah Nugraha sepasang suami istri tengah mengobrol keduanya menoleh kearah sumber suara ketika suara anak sang anak menggelegar memenuhi mansion ini.

"Pagi pa ma"dengan percaya dirinya Zendra berucap dengan senyum manisnya. Firda dan Dian hanya diam melongo memandangi anak.

"ih papa mama kok ga dijawab sih" Zendra melipat tangannya didepan dada.Membuat Firda dan Dian menunjuk kearah jam menunjukkan pukul 12:30.
Zendra langsung menggaruk tengkuknya yang tidak gatal dan mamamerkan deretan giginya mendudukan dirinya di samping firda.

"Mama bingung harus gimana lagi sama kamu Zen mama ngomong ga pernah di dengerin,jangan main game terus sampai lupa tidur,bangun kesiangan terus mau jadi apa kamu ha?"
Firda menatap tajam sang anak yang diam duduk anteng seolah tiada salah.

"Tu dengerin apa kata mama kamu biar kedepannya ga jadi beban dunia"
Zen menatap jengkel Dian papanya ini hobi banget jadi kompor rupanya,Zen menampilkan senyum penuh arti dia sudah menemukan ide untuk mengerjai sang papa.

"Iya mama cantik,jangan marah terus dong nanti cantiknya hilang"
Firda memutar mata memelas anaknya ini selalu saja bisa merendamkan amarahnya

"Oh iya ma kepala sekolah yang baru itu sering nanyain mama loh,kemaren dia mau minta no WA mama tapi Zen ga hapal hp zen juga mati" Membuat Dian menghentikan aktivitasnya menatap tajam sang anak sedangkan Firda sendiri jengah menghadapi keduanya pasti setelah ini akan ada peperangan.

"Berani kamu kasih nomor mama kamu siap-siap kamu jadi gelandangan" ucap Dian

"Halah sok-sok an mau buang Zen, dulu aja pas Zen baru lahir ga nangis papa hampir pingsan kata oma"

Dian langsung meletakan laptop ke atas meja dan mendekati sang anak
"Heh calon gelandang mana ada papa hampir pingsan ga ada tu didalam kamus Dian Nugraha pingsan ataupun hampir" Dian berucap sambil menatap sengit Zen.

"Papa mau buk-
"Akui aja Dian kalau kamu histeris pas dokter bilang Zen ga nangis pas baru lahir gitu aja susah" Oma Dea langsung memotong yang entah datangnya darimana sambil berjalan menuju ke sebelah Zen.
Skakmat,Dian langsung terdiam dan langsung mengambil laptop melanjutkan kerjaannya membuat Zen dan mamanya tertawa terbahak-bahak melihat kekalahan papa.

To be continue.....
Jangan lupa vote & koment🤍

ZearaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang