12.Menyakitkan

22 1 0
                                    

Happy reading 🤍

Seorang gadis cantik yang sedari tadi telah membuka mata tapi enggan untuk beranjak dari tempat tidur ia hanya menatap langit-langit kamarnya.sekarang menunjukkan pukul 6 pagi,biasanya ia selalu bersemangat untuk melakukan apapun tapi kali ini dia benar-benar lelah rasa ingin menyerah pada hidup semakin tinggi setelah mendengar kata menyakitkan dari cinta pertamanya tadi malam.

Flashback on

Sepulangnya Qia dari rumah Zendra saat masuk kedalam rumahnya diruang tamu ia disuguhkan dengan pertengkaran hebat antara papa dan mamanya.

"Kamu bisa ga sih mas sekali aja kamu bersikap baik sama Qia setidaknya di depan temannya" Reni berucap dengan penuh permohonan.

"Dari awal saya tidak menginginkan dia,saya sudah nyuruh kamu buat gugurin dia dan kamu ingatkan saat saya menendang kamu waktu kamu mengandung dia kamu pendarahan hebat kenapa saat itu kamu bersikeras buat ke rumah sakit seharusnya tidak usah pergi dan kamu dan anak kamu mungkin sudah mati" dengan tangan mengepal Andi berucap dengan tegas dan penuh penekanan menatap tajam istrinya itu.

Deg

Mendengar kata-kata tajam dari sang papa air mata Qia menetes begitu saja kakinya mendadak lemas dadanya terasa sangat sesak kenapa papanya begitu tidak menginginkannya.

Keiden dan Deva yang ikut menyaksikan pertengkaran orang tuannya dari tangga dekat ruang tamu juga ikut terkejut mendengar penuturan Andi.

Sedangkan Reni hanya menggeleng kepala mendengan itu mengapa orang ini bisa begitu jahat kepada anaknya sendiri.

"Kenapa kamu begitu tega mas,dia itu anak kamu anak kandung kamu juga" lirih Reni

"anak saya cuman dua tidak ada yang lainnya" jawab Andi dengan cepat

"Aku benar-benar ga ngerti sama kamu mas,aku bisa sayang sama anak kamu sama seperti aku menyayangi Qiara tidak ada bedanya,tapi kenapa kamu tidak bisa menyayangi Qiara padahal dia anak kandungmu"

"Jangan paksa saya untuk mengakui dia" ucap Andi penuh penekanan

Sakit hancur itulah yang dirasakan Qiara saat ini papanya benar-benar tidak menganggap dirinya ada.

"TAPI DIA TETAP ANAK KAMU" bentak Reni didepan muka suaminya entah dapat keberanian dari mana dia membentak suaminya itu.

"BERANI KAMU BENTAK SAYA SADAR DIRI KALIAN BERDUA ITU HANYA BENALU DISINI"
Andi bicara tak kalah keras sambil menunjuk-nunjuk muka Reni yang dibanjiri air mata.

"KALAU BUKAN PERMINTAAN TERAKHIR DARI ISTRI TERCINTA KAMU BUAT AKU TETAP BERTAHAN DISINI BUAT JAGAIN ANAK-ANAK KALIAN AKU PASTI SUDAH BAWAH ANAKU PERGI DARI SINI SEPERTI DULU" Reni meledakkan emosinya nada bicaranya sangat tinggi.

Plakk
Andi menampar keras pipi Reni membuat Reni terenyuh kesamping

"Jangan bawah-bawah orang yang telah meninggal" kata Andi dingin

Melihat itu Qia menghapus air matanya kasar kemudian ia berlari menghampiri mamanya membuat Reni terkejut apa Qia mendengar pertengkarannya dengan suaminya tadi.

"Q-ia sejak kapan kamu disini?" Tanya Reni dengan hati-hati

"Baru aja kok ma" bohong Qia
"mama gapapa? Dan papa kenapa nampar mama?"

"DIAM KAMU" Qia tersentak mendengar bentakan papanya

"Mas udah" timpal Reni

"Terus aja kamu belain anak kamu ini, darimana lagi anak cewek baru pulang jam segini kelayapan ngapain aja kamu jual diri atau merusak rumah tangga orang anak sama ibu tidak ada bedanya" Andi berucap tanpa beban tanpa memikirkan hati anak dan istri yang hancur berkeping-keping.

Kemudian Andi berlalu begitu saja meninggalkan keduanya dengan yang sedang merasakan luka yang sama.andi menaiki tangga tanpa menghiraukan kedua anaknya yang juga ikut menyaksikan pertengkarannya tadi.

"Maa"

"Sini sayang"

Reni langsung mendekap kuat Qia membiarkan anaknya menumpahkan air matanya di dadanya keduanya terisak pelan.

"Maafin mama Qia belum bisa membebaskan kamu dari sini mama hanya orang biasa ga punya apa-apa bagaimana cara mama buat biayain hidup kamu kalau kita pergi hidup kamu pasti tambah susah" batin Reni menjerit.

Dulu ia bisa bekerja di perusahaan Andi itu karena Reni temanya Siska itupun sebagai karyawan biasa Reni jug hanya tamatan SMA.

Sedangkan Keiden dan Deva merasa iba melihat keduanya tapi rasa bencinya menutup semuanya.

Flashback off

"Huhhh,semangat Qiara kamu pasti bisa" Qiara menghela nafas panjang sambil memberi semangat untuk dirinya sendiri.

"Tidak semua yang hadir karena kesalahan,akan berujung penyesalan" ucap Qia

Entah mengapa kata-kata itu terlintas dipikiran seolah percaya bahwa kedepannya pasti lebih baik.

Perlahan ia beranjak dari tempat tidurnya mulai mempersiapkan untuk berangkat ke sekolah dia harus bisa membuktikan pada dunia bahwa dia baik-baik saja bahwa dia bisa kuat menghadapi semua masalah yang ada.

To be continue......
Seeyou Next part🤗🤍

ZearaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang