Seminggu telah berlalu. Yang artinya, Penilaian Tengah Semester baru saja berakhir siang tadi.
Malam ini, Hanin sedang dilanda kebingungan, gelisah, juga bimbang. Masa ujiannya telah berakhir, yang artinya Hanin sudah tidak memiliki alasan selain ingin fokus pada ujian, untuk tetap break dengan Jay.
Memang sih, masih sedikit kesal, tapi selebihnya Hanin telah memaafkan perbuatan Jay. Dalam seminggu kemarin pun, Hanin tidak melihat atau mendengar Jay berulah lagi setelah mendapat skors 3 hari dari sekolah.
Malah, kalau tidak salah, terakhir Hanin melihat gaya berpakaian cowok itu berubah 180 derajat. Seragam yang biasanya di keluarkan, dua kancing atas yang dibiarkan terbuka, tidak menggunakan dasi, kaos kaki, atau sabuk, rambut yang berantakan, bahkan pernah memakai tindik, kini menjadi seperti murid teladan yang biasa dibangga-banggakan oleh guru.
Hanin sampai melongo melihatnya. Sebesar itukah pengaruh dari keputusannya untuk break sementara?
Kalau saja bukan Lucy, sahabatnya, yang menepuk pundaknya dan menyadarkan dirinya untuk tetap fokus, mungkin saat itu juga Hanin akan berubah pikiran.
Not gonna lie, Hanin rindu sama pacarnya itu. Biasanya di malam minggu seperti ini, Jay akan mengajaknya keluar untuk sekedar mencari angin.
Sedari tadi, layar ponselnya menampilkan banyaknya log panggilan whatsapp maupun telepon yang tak terjawab dari Jay selama seminggu lebih.
Saat sedang asik melamun, terdengar suara yang sangat familiar dari belakang. "Ciee yang lagi galau." Hanin mengenal suara ini, yaitu suara sepupunya, Lee Heeseung.
Gadis itu mengerlingkan matanya. "Daripada lo, jomblo," balasnya.
"Bodo amat, yang penting happy," jawab sepupunya itu sembari menghampiri Hanin lalu mendudukkan dirinya di bawah sofa tempat Hanin rebahan.
"Nin," panggil Heeseung, yang hanya dibalas deheman oleh Hanin.
"Lo ga mau balikan ama Jay?"
Hanin meliriknya sebentar. "Gue kan ga putus. Ngapain balikan?"
"Ya sama aja lah, bego. Kasian tuh digantungin seminggu," ucapnya.
"Yaudah lah, bukan urusan lo juga. Emang kenapa sih?" tanya Hanin ketus.
Mendengar itu, Heeseung menoleh kebelakang dengan cepat sambil melempar tisu ke wajah cantik sepupunya. Terciptalah suara decakan dari mulut Hanin.
"Heh! Ga ada urusan gimana? Iya sih masalah lo emang ga ada sangkut pautnya sama gue, tapi disini gue juga terlibat ye anjir," sambar Heeseung.
Mata kecoklatan Hanin menatap balik Heeseung dengan tatapan bingung dilihat dari dahinya yang mengernyit.
"Lo tau? Dari kemaren, tu anak nanyain lo mulu ke gue. Mana suka ngespam lagi, gatau ya orang sibuk begini," jelas Heeseung sambil menyibak rambutnya sok ganteng, membuat Hanin merotasikan matanya malas.
"Siapa suruh lo bales. Tinggal cuekin aja udah, 'kan." Hanin pun kembali bermain dengan hpnya.
Kini Heeseung merubah posisi duduknya menyamping, menghadap Hanin yang sibuk bermain game. "Gini ye, saipul. Dia nih, kalo chatnya ga gue bales, bisa-bisa nyamperin gue ke kampus lagi kek waktu itu."
Karena ucapan Heeseung barusan, fokus Hanin langsung teralihkan dengan sepupunya itu. "Sampe segitunya?"
Heeseung hanya mengangguk, lantaran mulutnya yang sibuk mengunyah makanan.
"Dia emang sebucin itu sama lo."
"Heran gue. Kok bisa Jay mau sama lo yang modelan cem beruk gi-" ucapannya terhenti karena Hanin yang sudah ancang-ancang melempar Heeseung dengan bantal, membuatnya melarikan diri sebelum kena amukan dari sepupunya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heaven (ft. Enhypen)
FanfictionSekumpulan cerita tentang segala imajinasi bersama member ENHYPEN dalam bentuk oneshoot / twoshoot. . . . Welcome to 'surga'-nya para engene !! . . = (member) × oc