Fakta yang menyakitkan bagi Reyn adalah Tante Kira sudah memiliki anak dari Daddy. Berarti mereka telah berselingkuh selagi Mama masih hidup.
Anak itu muncul di belakang Tante Kira. Anak lelaki berumur 3 tahun yang tampak malu-malu. Rambutnya setengah pirang seperti Daddy. Matanya hitam dan kulitnya seperti Tante Kira. Reyn seperti menjadi Carl yang melihat dirinya.
"Maafkan Tante, Reyn. Tante tahu ini salah, tetapi tante tidak bisa berbuat apa-apa." Tante Kira menemui Reyn secara pribadi sebelum Reyn keluar dari rumah itu.
Awalnya Reyn kira Tante Kira itu menyebalkan, tetapi faktanya Tante Kira sangat lemah lembut dan bersahaja. Riasannya walaupun agak tebal dan pakaian yang sangat modern tetapi cara bicaranya masih seperti orang Indonesia kebanyakan, penuh dengan sopan santun.
Daddy meminta maaf lagi kepada Reyn. Dia tahu kesalahan yang diperbuatnya. Dia menyalahkan dirinya untuk semua yang terjadi asalkan dia bisa mendapatkan maaf dari Reyn. Berulang kali Reyn mengatakan bahwa dia tidak pernah marah pada Daddy.
"Reyn... katakanlah apa yang kamu inginkan agar Daddy bisa mendapatkan maaf darimu. Asal satu permintaan Daddy, jangan pernah memutuskan hubungan dengan Daddy." air mata Daddy bergulir saat dia mengatakan itu.
Tetapi Reyn tetap tidak bergeming. Dia mendengarkan saja. Mengatakan semua baik-baik saja, setelah itu pamit untuk pulang. Daddy meminta nomer rekening Reyn untuk memberikan uang untuk mensupport travelingnya, tetapi Reyn menolak. Dia merasa bisa membiayai hidupnya sendiri sekarang. Dia tidak ingin bergantung pada siapa-siapa lagi.
Daddy lalu merasa pusing dan meminta Tante Kira mengantarnya ke kamar. Reyn hanya melihatnya dari belakang. Kemudian pamit pada Tante Kira. Dia juga menyapa anak itu yang bernama Bernie.
Sesampainya di apartemen, Carl menghubungi Reyn dan memarahinya.
"Bodoh deh kamu Reyn. Saat Daddy bilang mau memberikan kamu uang seharusnya terima aja!"
"Yeeee.... enak aja. Penderitaan gue selama ini lebih mahal daripada uang yang Dad mau kasih."
"Ya elu minta dua kali lipat, lah! Tanggung amat."
"Enak aja!"
Reyn lalu bercerita tentang Bernie.
"Itu perasaan gue dulu saat ngeliat lu sama mama lu."
Reyn bisa memahaminya sekarang.
"Tapi jangan menaruh dendam dan amarah pada anak itu, Reyn. Dia tidak salah. Justru kita harus menganggap dia sebagai bagian keluarga kita. Gue dulu salah pas nganggap lu sebagai musuh. Hahahaha!"
"Huuuu... tiap hari ya, ada aja yang lu lakuin ke gue, Carl. Diceburin ke kolam renang, dikunciin di lemari, dicoret-coret wajah gue... Dasar kelakuan si kucing garong!"
Carl tertawa keras dari seberang telepon. Perlahan semua itu kini menjadi kenangan yang akan selalu mereka kenang.
"Next time, kalo lu balik lagi ke Melb, kita ajak Bernie jalan-jalan. Kita buktikan ke Daddy kalo dia bisa berbuat seenaknya tetapi Ibu kita mendidik kita lebih bagus baripada dia."
Reyn mengangguk tanpa sadar bahwa Carl tidak akan melihat anggukan kepalanya.
***
Pertemuan dengan Mr. Petersen juga sudah Reyn lakukan sebelum dia mengunjungi rumah Daddy.
Mr. Petersen menyambutnya dengan sangat ramah dan menerima surat wasiat yang Reyn juga tidak tahu apa isinya.
"Terima kasih Reyn sudah bersedia mengantarkan surat ini kepada saya. Segera setelah saya mempelajari isi surat ini, saya akan menghubungi kamu lagi." Mr. Petersen mengatakan itu dengan tergugu.
YOU ARE READING
THE JOURNEY
PertualanganKehidupan adalah sebuah perjalanan.... Kata itulah yang akhirnya membawa Reyn memutuskan untuk meninggalkan zona nyamannya untuk pergi travelling. Dalam perjalanannya dia bertemu dengan Aldo yang akhirnya keduanya memutuskan untuk traveling bersama...