start

4 3 0
                                    

Sudah seminggu setelah kejadian papa Awan yang mengalami kecelakaan, namun papa Awan masih belum bisa kembali bekerja.

Disini di ruang tamu semua keluarga Awan berkumpul membicarakan hal penting.

"Mama kerja aja ya pa?" tanya mama Awan.

"Gausah ma nanti mama malah kecapekan" saut papa Awan sedih.

"Awan aja deh yang kerja" usul Awan.

"Engga sayang, kamu masih sekolah nanti malah kamu lelah" ucap papa Awan.

"Tapi kan pa"

Belum sempat Awan selesai bicara pintu depan rumah di ketuk. Mama Awan segera membukakan pintu dan menyuruh tamunya untuk masuk.

Ternyata pak Bram sekeluarga yang sedang berkunjung, Awan belum menyadari karna dia masih memikirkan tentang mencari pekerjaan.

"Eh pak Surya bagaimana kabarnya" tanya pak Bram sembari mendekat ke sofa ruang tamu.

"Baik pak Bram, mari duduk"

Awan yang merasa disampingnya ada pergerakan segera menoleh dan boom, dia terkejut dengan orang yang ada di sampingnya. Orang yang disampingnya juga terkejut tapi secepat mungkin mengubah raut wajahnya menjadi datar.

Jadi sofanya tuh ada tiga nah satu sofa cuma bisa buat duduk berdua, jadi mama papa Awan satu sofa, pak Bram dan istrinya satu sofa, dan terakhir Awan dan anak pak Bram satu sofa.

"Ehem, maaf sebelumnya sebenarnya tujuan saya ke sini ingin menjodohkan anak saya Rigel dengan anak anda" ucap pak Bram.

"Apa?!" Awan terkejut tapi tidak dengan Rigel, karna Rigel sudah tau semenjak dari rumah.

flashback

"Sini duduk nak"

Rigel baru saja pulang main bersama teman-temannya, rencananya dia sampai rumah mau istirahat tapi baru saja Rigel membuka pintu suara ayahnya sudah terdengar dari ruang tamu.

Rigel segera menghampiri kedua orang tuanya yang sedang duduk berdua sangat mesra.

"Kenapa pi?"

"Papi mau ngomong penting penting penting banget"

"Alay" gumam Rigel tapi masih bisa di dengar papinya.

"Mi liat tuh masa papi dikatain alay" adu papi Rigel kepada mami.

"Emang alay"

Rigel yang mendapat bantuan tersenyum berbeda dengan muka papi Rigel yang bermuka masam.

"Dah lah, jadi kan Rigel mau ga?"

"Ga" Jawab Rigel santai.

"Astaghfirullah untung papi ganteng jadi sabar"

Mami dan Rigel yang mendengar hanya memutar mata mereka malas.

"Kamu mau ga papi nikahin? Anaknya cantik tau kamu pasti mau, dia juga baik perhatian penuh kasih sayang rajin menabung dan tentunya tidak sombong"

Mami Rigel yang mendengarkan ucapan papi Rigel hanya bisa menghela nafas, bagaimana bisa suaminya bercanda di saat membicarakan hal sepenting ini.

"Maksud papi?" Tanya Rigel.

"Papi mau jodohin kamu, minggu lalu papi nabrak orang dan sampai sekarang orang itu belum sembuh total, papi kasihan dengan keluarganya. Jadi kamu mau ya papi jodohin?"

"Papi kasihan dengan mereka tapi papi gak kasihan sama masa depan aku?" jawab Rigel dingin.

"Tapi papi mau yang terbaik buat kamu sayang, mami yakin dia gadis yang baik-baik" ucap sang mami supaya Rigel menyetujui perjodohan ini.

"Terserah, Rigel mau ke kamar dulu" Rigel berjalan menuju tangga untuk naik ke kamar.

"Nanti malam kamu siap-siap kita akan ke rumah mereka" ucap papi yang masih dapat di dengar Rigel.

flashback off

"Nak" tegur papa Awan, karna tanpa Awan sadari dia berteriak.

"Maksud pak Bram bagaimana ya?" Tanya papa Awan.

"Saya ingin menjodohkan anak sulung saya dengan anak pak Surya, saya yakin mereka akan hidup bahagia"

Rigel yang mendengar itu hanya tersenyum kecut sedangkan Awan masih belum sadar dari terkejutannya.

"Maaf, tapi kenapa tiba-tiba" ucap mama Awan.

"Dari awal saya melihat Awan, saya merasa bahwa dia gadis yang baik dan cocok menjadi pendamping anak saya"

"Bukan karena bertanggung jawab atas kejadian yang sudah berlalu kan pak?" Tanya papa Awan.

Papi Rigel termenung sebenarnya itu salah satu alasan melamar gadis itu, tapi ada alasan yang lebih penting. Hanya papi dan mami Rigel saja yang tau.

"Tidak pak, saya serius ingin menjadikan anak bapak menantu saya"

"Semua saya serahkan pada Awan" papa Awan berucap sambil menatap anaknya.

Awan yang namanya dipanggil langsung memandang orang yang ada di ruangan itu, dia melihat Rigel yang hanya menatap lurus ke depan.

'tapi kalau gue tolak kasian papa, tapi kalau gue terima kan gue ga suka dia, tapi_ udah anjir tapi tapi mulu' otak dan hati Awan sedang berdebat.

"Bismillah Awan mau"

'semoga ini yang terbaik' lanjut Awan dalam hati.

Orang tua Awan dan Rigel senang mendengar itu, beda dengan Rigel yang menghela nafas panjang.

Pembicaraan berlanjut tentang perjodohan dan rencana pernikahan mereka berdua.

Waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam, keluarga pak Bram segera pamit undur diri.

"Baiklah kami pamit pulang dulu ya pak" ucap pak Bram.

"Iya pak, Awan tolong antar mereka ya" Awan yang disuruh papanya hanya mengangguk.

Awan mengantar mereka sampai depan pintu.

"Makasih ya sayang, kita pamit dulu" ucap mami Rigel sambil mengelus pucuk rambut Awan.

Kedua orang tua Rigel sudah berjalan ke arah mobil, tapi Rigel masih diam menatap Awan yang ada di depannya.
Awan yang menyadari sedang di tatap langsung mengalihkan pandangannya menatap Rigel.

Tatapan dingin dan tajam itu membuat Awan takut, tapi cuma sebentar karna Awan ikut memandang Rigel dengan tatapan yang sama. Setelah lima menit mereka saling bertatap mata, Rigel memutuskan pandangan dari Awan.

"Balik" ucap Rigel sambil berlalu begitu saja.

Awan yang tak menganggap serius pun segera masuk ke dalam rumah, ternyata papa dan mamanya sudah tidak duduk di ruang tamu. Akhirnya Awan memutuskan untuk ke kamar mengistirahatkan semuanya.

-----------------------------------------------------------

happy reading guyss

sorry kalau banyak typo
see you

cloudTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang