Ternyata sihir itu emang ada tanpa diketahui manusia.
--Arlene Aurora Arabela Aires--
ARLENE terbangun dari tidurnya saat kakinya tak sengaja menyentuh sesuatu yang sangat panas seperti lava. Ia bangun dari tidurnya sambil memegangi kaki kanannya yang sudah melepuh memperlihatkan dagingnya yang separuh hangus.
Sial. Ini sangat sakit.
"Oh, astaga ... saya tidak sengaja, ke marikan kakimu," ucap Matilda lembut. Dengan ragu, Arlene menjulurkan kakinya ke depan.
Ia memperhatikan bagaimana orang di depannya kini sedang melakukan gerakan aneh bersamaan dengan mulutnya yang berkomat-kamit membaca sesuatu yang ia tidak tahu.
Arlene kembali berpikir, apakah dulu Matilda seorang Rapper? Lihatlah, ia membaca tanpa bernapas dalam jangka waktu yang lama. Bahkan jika orang lain mendengarnya, Arlene yakin, orang itu hanya menganggapnya lalat yang lewat.
Kegiatan berpikir Arlene terhenti ketika Matilda mengangkat tangannya. Tak lama, ada serbuk-serbuk berwarna biru yang keluar dari tangan Matilda lalu berputar-putar di telapak kakinya.
Arlene menatap kakinya lamat-lamat, aneh. Kenapa lukanya bisa secepat itu menghilang?!
"Sudah selesai, aku akan membuatkanmu-"
"Dimana Mama gue?" tanya Arlene tanpa basa-basi.
Matilda menghentikan langkahnya, ia tidak berbalik melainkan hanya diam sambil membawa se nampan makanan sisa. Ia tersenyum simpul lalu menjawab, "Ibumu sedang berada di tempat yang aman dari jangkauan Magdalena," ucapnya pergi meninggalkan Arlene.
Karena bingung ingin apa dan kemana, Arlene memutuskan untuk mengekor di belakang Matilda. Ada beberapa hal yang mengganjal otaknya yang perlu dijawab.
Arlene duduk di kursi samping Hau yang sudah sedikit kumuh.
Hau : Kompor zaman dulu.
"Lo siapa?" tanya Arlene.
Matilda tersenyum singkat. "Matilda," jawabnya.
"Y-yaa ... iya, gue tau nama lo itu Matilda. Maksud gue, lo itu siapa? Manusia? Jin? Siluman? Penyihir? Atau apa?"
Lagi-lagi Matilda tersenyum mendengarnya. "Aku, seseorang yang tidak perlu kamu tahu, dari mana dan siapa. aku bukan Penyihir, Jin, apalagi manusia. Yang jelas, umurku lima ribu tahun lebih tua dari mu,"
"Eh buset, lo lahir zaman apa? Gila.... "
Tidak ada lagi respon setelahnya. Matilda fokus dengan masakannya, sedangkan Arlene masih bingung dengan pikirannya sendiri.
Bukankah tadi mamanya berada di tempat yang elite? Lalu, kenapa sekarang ia berada di tempat yang sangat kumuh seperti rumah tikus di gorong-gorong?
Tidak, bahkan ini lebih buruk.
"Makan, Arlene." Matilda menyentuh lembut pipi Arlene sampai sang empu mengerjap kaget.
"Makanan apaan nih? Lo gak kasih gue belatung, kan? Setau gue kalau di kasih nasi sama seseorang yang gak jelas kayak setan itu belatung bu-" Lagi-lagi perkataan Arlene terpotong.

KAMU SEDANG MEMBACA
WERELDEN
Fantasía"Bukan seseorang yang pandai bermain hati, tapi seseorang yang pandai bermain tak-tik." Arlene, seorang perempuan yang rela terjun ke dalam dunia sihir untuk menyelamatkan nyawa sang mama. Ia pikir dunia sihir itu serba mudah, hanya mengucapkan "sim...