WARGA dibuat panik dengan tumbangnya seorang laki-laki di tengah pasar. Ada yang berbondong-bondong untuk melihat, ada juga yang berlarian karena takut.
Seorang perempuan parubaya, yang dijuluki sebagai tabib desa, ia membelah kerumunan untuk melihat ada apa yang terjadi.
Perempuan itu mengangguk-angguk seakan mengetahui sesuatu, setelahnya dia mengisyaratkan warga-warga ditempat untuk membawa laki-laki yang diketahui namanya Alven itu untuk diobati ke rumahnya.
- W e r e l d e n -
Singkatnya, pengobatan selesai dilakukan. Perempuan parubaya bernama Mbah Iroh itu berhasil mengeluarkan batu yang berada di tangan kiri Alven.
Hanya tinggal menunggu waktu saja untuk menunggu Alven sadar.
Tiga jam kemudian Alven terbangun dari pingsannya. Berusaha untuk menyesuaikan diri dengan cahaya redup ditempat ini dan juga dengan rasa sakit.
"Den?" panggil Mbah Iroh menepuk bahu Alven pelan.
"Bumi mu dimana toh?"
Alven ngeblank saat ditanya rumahnya dimana. Tapi tiba-tiba ia mengingat Arlene dirumah yang sedang kesakitan.
"Bu!"
"Kunaon, Den?"
"Temen saya juga dirumah lagi sakit! Sekarang jam berapa?" tanya Alven panik.
"Geus beurang, Den"
"Gila! Bu, ayo Bu! Bantu temen saya!"
Alven menarik-narik lengan Mbah Iroh sampai sang empunya pusing. Mbah Iroh menarik minyak keletik yang berada di mejanya lalu mengikuti kemana orang dihadapannya ini membawanya.
Ia menyingkirkan tangan Alven yang menyeretnya seperti orang kesetanan ketika sudah berada di depan rumah yang dimaksud.
Tanpa pikir panjang Alven langsung membuka pintu itu paksa, pemandangan yang pertama kali ia lihat adalah Arlene yang terbaring lemah dengan kaki bercucuran darah yang sedang dihinggapi banyak lalat.
Mbah Iroh menatap miris Arlene, sementara tangannya mulai mengeluarkan batu yang ada di kaki perempuan itu diikuti hati yang membaca doa.
"Teu bakal bisa cageur," kata mbah Iroh setelah batu berhasil dikeluarkan.
"Dia lumpuh, Bu?"
"Nya."
Jika diperhatikan, memang benar, tulang itu sudah hampir retak dan terputus.
"Nyokot cai jeung kain, Den, jang lilit suku na."
Alven mengangguk menurut, mengambil benda yang diminta Mbah Iroh tadi. Mengabaikan tangannya yang juga sedang terluka.
Setibanya dari mengambil air dan kain, Alven melihat Mbah Iroh yang sedang menumbuk dedaunan, entah daun apa saja yang ada di dalam sana, tapi Alven yakin, pasti dedaunan itu memiliki manfaatnya sendiri sendiri.
Alven menyerahkan air dan kain itu kepada Mbah Iroh, tubuhnya didudukan tepat disamping kaki Arlene, ia bisa melihat jelas darah yang terus mengalir dari kaki yang berlubang itu, sungguh sangat mengerikan!

KAMU SEDANG MEMBACA
WERELDEN
Fantasy"Bukan seseorang yang pandai bermain hati, tapi seseorang yang pandai bermain tak-tik." Arlene, seorang perempuan yang rela terjun ke dalam dunia sihir untuk menyelamatkan nyawa sang mama. Ia pikir dunia sihir itu serba mudah, hanya mengucapkan "sim...