HAPPY READING
Ternyata efek dari olah tubuh yang kulakukan kemarin bertahan sampai sekarang. Hingga pagi ini, aku harus berjalan agak mengangkang. Pergelangan sendi di sekitar pahaku terasa cukup menyakitkan apabila digerakkan. Jadi, aku harus membuka kakiku agak lebar setiap kali melangkah. Sebenarnya, cukup sulit dan tentu saja terlihat begitu aneh. Tapi mau bagaimana lagi?
"Hey! Lo kenapa jalannya kayak gitu?" tegur Fania ketika aku hendak ke kelas.
"Ish!" aku mendengus sebal ke arahnya. "Ini gara-gara latihan kemarin tahu. Besok-besok kalau latihannya olah tubuh lagi, gue mau bolos aja!" ketusku.
"Eit, dah! Gitu amat lo."
"Biarin!" seruku menyilangkan kedua tangan di depan dada.
"Calm down, Ra!" hibur Fania seraya menepuk-nepuk bahuku pelan. "Gue juga awal latihan kayak gitu. Tenang. Lama-lama badan lo nggak bakalan sakit lagi kok."
Aku hanya mengangkat bahu.
"Sabar," ujar Fania pelan tepat di telingaku. Lalu ia menyelinap pergi.
"Woy! Kenapa gue ditinggal?" seruku ketika melihat Fania yang malah berlari. "Bantuin gue naik tangga, Fania! Kaki gue masih sakit."
Aku tersenyum ketika Fania berhenti dan membalikkan badannya. Kukira ia akan menolongku. Ternyata ia hanya menebarkan senyum sambil melambaikan tangannya.
"Gue belum ngerjain PR, Kiara. Dadah! Semangat ya!"
Sialan! Terpaksa aku harus melewati tangga ini dengan kemampuanku sendiri. Untung saja, sekarang masih pagi. Belum terlalu banyak siswa yang datang. Kalau sudah mendekati jam tujuh, pasti ramai orang yang melintasi tempat ini. Bisa-bisa aku malah diejek karena langkahku yang lambat.
"Oy!" tiba-tiba terdengar suara berat dari laki-laki saat aku baru menaiki beberapa anak tangga. Ketika kutengok ke belakang, ternyata Genta.
"Ngapain lo jalan ngangkang gitu? Habis sunat lo?"
"Berisik!" tandasku. "Kalau nggak niat mau bantuin, pergi aja sana, deh!"
"Alah! Pagi-pagi udah ngambek aja lo," cibir Genta. "Masih sakit gara-gara latihan kemarin ya?" tanyanya.
"Menurut lo?" aku mendongak demi melihat wajah cowok itu.
"Iya-iya. Mukanya biasa aja, dong. Di-kon-di-si-kan!" kata Genta sambil menunjuk keningku. Aku pun segera melengoskan wajahku.
"Sini, tangannya! Gue bantu lo jalan," Genta tiba-tiba menggamit lenganku. Dan itu mendadak membuat sesuatu berdesir di hatiku.
"Yuk, buruan!" tegur Genta menyadarkanku untuk segera berjalan.
"Gue bisa jalan sendiri kok," tepisku.
"Nurut aja, deh, lo! Nggak usah sok mau nolak gitu," ujar Genta lalu membawaku melewati anak tangga yang jumlahnya puluhan ini.
Mau tak mau, aku hanya bisa mengikutinya saja. Toh tak ada ruginya dibantu Genta. Perjalananku menuju kelas malah menjadi ringan karena cowok ini. Semua tidak ada masalah, kecuali degup jantungku yang jadi tidak beraturan. Sial!
"Ra," panggil Genta membuyarkan lamunan. "Soal Latihan Alam, lo udah dapet izin dari nyokap sama bokap lo kan?" tanyanya saat kami telah melewati anak tangga.
"Entah," aku mengedikkan bahu. "Gue belum cek email dari bokap."
"Berarti belum nyiapin apa-apa, dong, lo?"
Aku berhenti melangkah dan mengarahkan wajahku pada Genta. "Emang apa yang mesti gue siapin, hah?!"
"Mental lo!" ujar Genta asal. "Ya baju hangat, selimut, makanan. Apa aja. Kayak lo mau kemah gitu. Kan acaranya dua hari terus nginep lagi."
"Gue udah punya semua," tegasku dengan nada datar.
"Ya udah, lo temenin gue beli jaket sama makanan ringan kalau gitu," putus Genta seenaknya.
"Males banget!" tolakku buru-buru.
"Eh! Gue udah bantuin lo naik tangga ya. Nggak ada balas budinya sih."
"Gue nggak minta ditolong sama lo."
"Gue nggak mau tahu. Pokoknya lo harus nemenin gue," ngotot Genta.
"Kaki gue masih ngangkang kayak gini lo suruh-suruh? Masih waras lo?"
"Nggak nerima protes ya gue. Sepulang sekolah nanti, gue jemput lo di kelas," Genta mengancam. "Awas lo nolak lagi."
"Woy! Apa-apaan lo?" teriakku ketika Genta mendadak kabur. "Gue nggak mau ya! Lo pergi aja sana sendiri! Gue nggak takut sama anceman lo!"
"Gentaa!"
"Gentaaa!!!"
Namun, Genta hanya mengangkat sebelah tangannya tinggi-tinggi dan tak peduli padaku. Ia terus berlari menuju ruang kelasnya.
💕
KAMU SEDANG MEMBACA
Teatrikal Rasa [SUDAH TERBIT]
Teen Fiction💕BLURB Sempat dilanda kebingungan saat memilih ekskul di SMA Pelita Jaya, akhirnya aku memutuskan untuk mendaftar ekskul teater. Sialnya, di sana aku malah bertemu Genta, cowok menyebalkan yang tak sengaja kutubruk waktu MPLS. Mampukah aku bertahan...