Bitter : 13

1K 131 26
                                    

Meski sudah tingkat akhir, Faza masih aktif di Paduan Suara. Sementara kalau soal band, jangan ditanya lagi, Dirty Blossom makin terkenal. Tidak hanya sebagai band metalcore, tapi genre yang biasa mereka bawakan di kafe atau acara-acara sekolah pun sama. Dengan begitu saja, Rizki sudah sangat bangga, pencapaian Faza sudah banyak meski masih muda.

Rizki tidak pernah meminta Faza membatasi kegiatannya di tingkat akhir ini, ia anggap Faza sudah mengerti. Lagipula Faza sudah dewasa, ia bukan anak SD yang masih harus disuapi Rizki. Ia baru akan menegur kalau ia rasa Faza sudah berlebihan, seperti seminggu penuh manggung di kafe, atau tiap Sabtu mengisi acara di lain tempat. Setidaknya Rizki hanya ingin Faza beristirahat sejenak.

Seperti sore ini, akhirnya Faza bisa rehat dari kegiatan ngebandnnya. Ya karena tanggal merah sih sebenarnya, jadi kegiatan perkuliahan Faza juga libur. Sejak pagi ia hanya tidur-tiduran di kasur, baru bangkit dari sana siang hari untuk makan, lalu tiduran lagi dan mandi sekitar jam tiga tadi. Kini, ya rebahan lagi di dipan halaman belakang. Smabil main handphone, agak bosan karena seharian hanya gitu-gitu saja.

Lagi tanggal merah begini, Rizki malah ada urusan keluar kota. Sejak kemarin, sampai besok. Faza agak menyayangkan karena ia jadi tidak bisa merasakan hari liburnya dengan Rizki. Hari ini mungkin sudah lima kali mereka telponan, sebenarnya Faza yang dikit-dikit menelpon, Rizki yang setia menjawab, meski agak telat-telat dikit karena Rizki sedang diajak temannya jalan-jalan menikmati liburan sehari.

“Kamu nih mentang-mentang libur kerjanya cuma makan-tidur-main hp. Mbok ya ngapain gitu loh.”

Faza mendongak, melihat ibunya bawa sapu lidi. Bukan, bukan, bukan untuk memukul Faza, untuk menyapu halaman belakang. “Ya ngapain coba?”

“Nih nyapu. Biar kebakar kalori kamu, gendut mau?”

“Aku gendut malah lucu kali, kayak pas SD dulu.”

“Iya dulu lucu, kamu pikir sekarang kamu masih SD?”

“Tck.” Faza mendecak kesal, “Mama nih lagi PMS apa gimana? Marah-marah mulu.”

“Ada anak laki di rumah sama aja dua-duanya, males.” Farah makin mendumal.

Faza sendiri malah mengernyitkan dahi, sapu lidinya sudah ditangan, ia tetap harus menyapu halaman belakang, meski pikirannya masih bingung ada apa dengan ibunya. Tidak biasanya Farah mendumal kesal begitu, Faza yakin ada hubungannya dengan ayahnya.

Jadi meski sambil malas-malasan, Faza tetap menyapu halaman belakang, ia cabuti rumputnya juga di tanaman milik ibunya. Kerjanya lama, tidak cekatan karena malas maunya leha-leha, tapi meski begitu kerja Faza sangat rapih. Farah tidak perlu mengkhawatirkan halaman belakangnya malah akan semakin berantakan. Faza cukup berguna dalam hal bersih-bersih rumah.

Selesai nyapu, Faza tidak melanjutkan leha-leha di sana, memilih masuk karena hari juga sudah mau malam. Ia lirik ibunya tidak ada di dapur, tapi makan malam sudah terhidang rapi di meja makan. Faza hanya sekadar mencomot udang goreng tepungnya, lalu berjalan berjingkat buru-buru sebelum ketahuan sang ibu. Malas kalau Farah mulai mengomel lagi.

“Ya kamu kalo gak percaya, ya udah. Terserah. Orang aku bener kok, aku ya pergi kemaren-kemaren untuk kerja, ngurusin kebon, ngurusin ikan, mana ada aku main perempuan?”

Faza terhenti ketika ia baru mau menaiki anak tangga.

“Kamu nih kalo curiga suka gak kira-kira.”

“Ya abis-”

“Ya abis apa?” suara Afriza menyela cepat, tinggi hampir menyentak. “Ini suami kerja cari uang kok malah dicurigain. Kamu nih dapet kabar dari mana aku main perempuan? Kok bisa-bisanya mikir suami sendiri selingkuh?”

Bittersweet (BL 18+) [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang