Dalam perjalanan pulang Lyriest merasa seperti diikuti namun saat dia menengok ke arah belakang tidak ada siapapun.
Lyriest mempercepat jalannya tapi semakin dipercepat Lyriest juga merasa langkah kaki yang berada dibelakangnya ikut cepat.
Lyriest menegok lagi kearah belakang sambil berlari, anehnya walau dia mendengar gerak langkahnya, tapi masih tidak ada siapapun dibelakangnya.
Akhirnya Lyriest mencoba berhenti sejenak dan saat dia berbalik badan, tiba-tiba Lyriest merasa sebuah tangan menyekap mulutnya dari belakang, saat itu juga seketika badannya melemas dan suara terakhir yang Lyriest dengar saat dia berkata "Aku menangkapmu."
..............
"Hah,hah,hah" Lyriest terbangun dari mimpinya, matanya memandang lurus kedepan, sambil menormalkan detak jantungnya, pelan-pelan menarik nafas lalu hembuskan, hingga merasa sudah normal Lyriest mengambil air yang berada di atas nakas perlahan meminumnya.
'mimpi itu lagi .'
Mimpi dimana ia sedang dikejar-kejar oleh seseorang dan bodohnya dia tertangkap oleh orang yang mengejarnya. Lyriest tidak mengetahui siapa dia, jangankan mengetahui karena setiap dia berbalik badan untuk melihat pelakunya pada saat itu juga dirinya selalu saja terbangun dari tidurnya.
Lyriest sudah sangat sering bahkan setiap hari di datangi mimpi itu, anehnya lagi walau dia mengunjungi tempat yang berbeda dalam mimpi itu, namun dia juga mendapatkan akhiran yang sama yaitu dengan penangkapan dirinya sendiri. Lyriest bertekad akan mencari apa arti dari mimpi itu dan seseorang itu.
Selama ini Lyriest tidak pernah memberitahu kepada siapapun kalau dia mengalami kejadian aneh dalam mimpi. Alasannya karena dia tidak ingin membuat orang-orang yang disayangi khawatir dengan dia. Terkadang Lyriest juga lelah jika terus-terusan mendapat mimpi yang sama.
'Cklek,'
Lyriest menoleh menuju suara pintu kamarnya, di sana ada mamanya, Vedora. Dia berjalan menghampirinya dengan segelas susu di tangannya. Vedora meletakkan gelas itu di atas nakas samping ranjang.
"Kau sudah merasa lebih baik, sayang?" tanyanya. Vedora memeriksa tubuh Lyriest dari wajah, leher sampai tangan.
Lyriest diam, dia menatap mamanya yang masih sibuk dengan memeriksa tubuhnya. "Ma apa maksud aku dalam bahaya?" Lyriest melontarkan pertanyaannya.
Tangan Vedora yang sebelumnya memeriksa, sekarang berpindah ke arah bibir Lyriest, dia menekannya di sana, "Sshhh." Kepala Vedora menggeleng memeringatkan Lyriest untuk tidak bertanya dulu.
"Tapi, aku—"
Vedora berusaha meyakinkan Lyriest dengan mengucapkan, "Tidak sekarang sayang, nanti kau akan mengetahuinya."
Lyriest cemberut, dia melakukan itu hanya di depan mamanya saja tidak dengan yang lain. "Kenapa nanti?" protes Lyriest.
Valora tersenyum, ia sangat mengerti anaknya yang tidak sabaran, dia membalas, "Karena sekarang kau tidak perlu mengetahuinya, semua ada waktunya sayang." Sebelum Lyriest menyahut lagi, Vedora buru-buru menjawab dengan kalimat yang membuat Lyriest berhasil terdiam.
"Jika kau mengetahui sekarang, itu merupakan suatu kesalahan yang akan terjadi di masa depan, kau paham bukan?"
Lyriest mengangguk, apa yang dikatakan mamanya memang benar.
"Yasudah ini diminum dulu setelah itu kamu turun ya ke bawah, ada banyak sepupumu yang mengkhawatirkanmu." Vedora memberi segelas susu hangat di nakas kepada Lyriest.
"Gimana enak susu madunya?" Vedora bertanya.
"Hm, iya ma"
Sekali lagi Vedora tersenyum dan mengambil gelas bekas susu tadi. "Mama turun duluan ya, INGAT nanti ke bawah!" Suara pintu terbuka, dan tertutup terdengar di telinga Lyriest.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Eriscta
FantasyEstast Tavenz (Estastvenz) Keluarga Estastvenz adalah sebuah keluarga kuno yang sampai sekarang berdiri dengan kokoh, keluarga yang mempunyai rahasia, misterius serta bukan manusia biasa. Keberadaannya pun sulit diakui oleh masyarakat, karena kelua...